Chapter 1 : Pekerjaan Baru

27 2 2
                                    


Slurp...

"Biasa aja Dir nyedotnya, itu susu udah habis juga.." ucap Sindy, teman satu kelas Dira yang sedang menatap Dira dengan pandangan miris. Sudah berapa bulan temannya ini tidak mimum susu hingga terlihat sangat nikmat seperti itu.

Dira hanya cengengesan kemudian membuang kotak susu yang tadi dia pegang.

"Enak Sin." jawabnya. Gadis itu melihat jam di pergelangan tangannya lalu membereskan semua alat tulis yang tadi dia keluarkan.

"Mau kemana Dir?" tanya Sindy, cukup kebingungan dengan teman anehnya ini. Jam mata kuliah selanjutnya baru akan dimulai tiga puluh menit lagi dan suasana kantinpun masih sangat ramai, kenapa Dira sudah membereskan semuanya. Bukan masalah apa-apa, hanya saja kalau sedang ramai begini artinya angkat pantat hilang tempat.

"Loh- mata kuliah pak Setyo kan?"

"Dira bodoh sayangku, tiga puluh menit lagi baru di mulai ihh kesal." Sindy memejamkan matanya menahan diri agar tidak menendang temannya ini sekuat tenaga, sedangkan Dira hanya menampakan wajah dungunya kemudian ber'oh' ria.

"Bilang dong dari tadi." Ucap Dira tanpa dosa sama sekali.

"Terserah kamu Dir, aku nggak paham deh." Sindy menghela nafas tidak peduli dengan alien di sebelahnya, tiba-tiba dia teringat sesuatu.

" Dira- kerjaan kamu gimana ? udah nemu lagi?" Sindy tau temannya baru saja keluar dari pekerjaan lamanya. Khawatir dengan keadaan Dira yang memang gadis perantau di ibu kota. Biaya hidup di sinipun sangat tidak masuk akal mahalnya.

Dira mengangguk, bibirnya tersenyum samar lalu menghela nafas. "Udah Sin, kemaren udah interview. Nanti sepulang kuliah hari pertamaku kerja disana."

Mendengar hal tersebut Sindy tersenyum lega. Kekhawatirannya terjawab sudah, dirinya hanya bisa berdoa agar Dira mendapatkan bos yang baik hati tidak seperti bos yang sebelumnya.





Dira melangkahkan kakinya menuju restaurant. Jam kuliah sudah berakhir beberapa puluh menit yang lalu dan Sindypun sudah di jemput oleh kekasihnya. Tinggalah dia sendiri yang harus berjalan di trotoar dengan cuaca yang cukup panas. Jika bukan karena uang dan kebutuhan Dira tidak akan mau seperti ini.

" Selamat siang Andiraku !" sambut kak Andin, seorang wanita tiga puluh tahunan yang bertugas di dapur. Menyambut Dira dengan semangat saat Dira baru memasuki restaurant. Saat interview kemarin, Kata karyawan lain kak Andin memang orang yang sangat ramah dan baik hati.

"Siang juga Kak "sahut Dira dengan senyuman yang lebar. Dari arah meja kasir seorang pria menyahuti Dira. " Dir mau minum nggak? Capek perjalanankan?"

Kak Andin mendengus mengejek. "Heh Tio! Nggak usah modus ya kamu. Dira hati-hati sama Tio soalnya dia predator." Ucap kak Andin yang membuat gelak tawa para karyawan lain. Dira cukup bersyukur sepertinya rekan kerja disini adalah orang yang baik semua. Dan hari itu Dira mulai bekerja dengan semangat.

Demi duit – batin Dira.








Pintu ruangan yang terbuat dari kayu mahal itu di ketuk dengan keras membuat seseorang yang berada di dalam ruangan cukup terganggu.

"Masuk." Ucapnya dengan suara yang datar. Melihat sebentar siapa yang menganggu jam kerjanya membuat dirinya mendesah lelah.

"Ada apa ma?" tanyanya tanpa basa basi. Karena sejujurnya pria itu sedang pusing dan lelah mengatasi beberapa masalah di perusahaannya. Kasus kebakaran gudang pabrik, korupsi di beberapa divisi dan kalah tender beberapa hari lalu cukup membuat kepalanya ingin meledak.

SCELTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang