"Nayeon! Kau cantik sekali."
Nayeon yang disebut namanya oleh teman sekelas hanya terdiam sambil merenung.
"Apakah ini mimpi? Mengapa dia berkata aku cantik? Padahal aku tidak mengenakkan riasan seperti biasanya, hanya menggunakan parfum yang diberi Jimin tadi."
"Apa yang akan kau makan ketika sampai di kantin nanti? Oh, kau membawa buku-buku itu? Mari aku bantu."
"Kau wangi dan cantik sekali, Nayeon."
Nayeon menggaruk kepala karena bingung dan sesekali membenarkan kacamatanya yang menurun."Aneh sekali. Ketika aku berpenampilan seperti awal---natural tanpa memolesi make up, mereka mulai mendekat dan berubah baik."
Di balik punggung seseorang yang sedang kebingungan itu, Jimin menatap lembut disertai senyuman tulus lalu melangkah pergi menuju bangku taman sekolah.
***
Kini kakinya mengayun bergantian, duduk merenung di bawah pohon sendirian.
Perkataan siswi yang bernama Nayeon tadi membuat Jimin berpikir dan tidak mendapat jawaban.
"Tadi kau bilang, buat diri sendiri senang terlebih dahulu sebelum menyenangkan orang lain. Apa dirimu sudah merasa senang?"
"Jika menceritakan kesedihanku pada orang lain, kekuatanku akan menghilang. Bagaimana untuk membantu mereka lagi? Karena tugasku di dunia ini hanya untuk membantu orang-orang yang sedang kesulitan."
Jimin sering berbicara seorang diri karena tidak memiliki teman dekat. Sebenarnya ada tetapi teman yang dekat dengannya hanya satu orang saja.
Bagaimana bisa ia yang bersifat seperti malaikat tidak memiliki banyak teman? Itu karena kutukan. Setiap teman dekat lebih dari satu orang atau yang dianggap spesial olehnya akan ... tiada.
Ini yang tidak disukai Jimin dengan kekuatannya, sesuatu yang berlebihan akan menyebabkan kekurangan. Ia seperti kakek dan ayahnya---dapat menebarkan perubahan hidup seseorang hanya dari racikan parfum buatannya sendiri. Sekali saja tidak melakukan tugas, akan mendapat musibah sangat buruk.
"Banyak yang bilang menjadi diriku itu menyenangkan, tapi mereka tidak tau apa yang sedang aku alami."
Jimin menatap teman-temannya jauh di lapangan, saling bersenda gurau seperti tidak memiliki beban.
"Ini sudah masuk tahun kedua, artinya sebentar lagi aku selesai dari memakai seragam sekolah ini tapi tidak memiliki banyak teman bahkan orang yang dicintai."
Tatapannya kini pada seorang siswi berwajah bak seorang dewi dengan rambut hitam sebahu sedang bermain basket seorang diri.
"Akh! Mengapa aku tidak bisa menatapmu lebih dari tiga detik? Setelah itu jantungku akan merasa sakit tapi anehnya hanya kau yang membuatku seperti ini."
Lagi-lagi Jimin hanya bisa berpikir tanpa mendapat sebuah jawaban.
"Ryujin! Ayo kita ke kantin."
Setelah siswi yang sedang diperhatikan itu berbalik membelakangi, Jimin dapat menatapnya puas dan merasa senang meski hanya menatap punggungnya saja.
Entah mengapa setelah menatap mata siswi bernama Ryujin itu selama tiga detik, jantung Jimin akan terasa sakit sekali. Belum mendapat jawaban pasti namun saat pulang sekolah nanti Jimin akan mendesak kakeknya untuk menjelaskan semuanya.
***
🌸 Publish: 10 Oktober 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFUME
FantasySenyuman yang menyebabkan mata menyipit sudah menjadi ciri khas, suara lembut tetapi mematikan, postur tubuh tegap, orang-orang pun tahu siapa pria bak seorang pangeran ini. Park Jimin. Bagaimana bisa untuk memperlakukannya buruk? Pantas saja Jimi...