🌸[5] - Ulang Tahun

66 46 78
                                    

"Selamat ulang tahun, Sayang!"

Tidak terasa sekarang sudah satu tahun dari kematian kakek Jimin. Rasanya api yang menyala pada lilin kue ulang tahun itu seperti membakar hati. Tatapan pun akan berubah menajam setiap melihat kue ulang tahun tepat berada di hadapan.

"Sudah aku bilang tidak menyukai hal seperti ini, Bu." Jimin menjauh dari kue yang dibawa ibunya dan menyibukkan diri dengan buku-buku di meja.

"Sekarang hari ulang tahunmu, Sayang. Ayo, makan kue ini dan berhentilah banyak menulis seperti itu. Ketika libur sekolah kau selalu sibuk menyendiri sambil seperti ini. Sekali-kali pergi berkencanlah dengan wanita yang kau sukai." Kalimat terakhir yang dilontarkan ibunya terdengar seperti candaan tetapi tidak bagi Jimin.

Jimin yang menghentikan aktivitasnya membuat ibunya terdiam kaku ketika tatapan anaknya semakin menajam.

"O-oke, Ibu tidak akan membicarakan soal pasanganmu, tapi kue---"

"Hentikan, Bu." Suara Jimin benar-benar datar dan dingin. "Tinggalkan aku sendirian."

Ibunya tersenyum dan perlahan melangkah menuju pintu dengan kue utuh pada kedua tangan. Matanya mulai berkaca-kaca ketika sudah memunggungi Jimin dan mulai bergelut dengan pikirannya.

"Ibu tidak pernah tahu apa yang kau mau, Jimin."

Telepon yang berdering membuat ibunya kembali membalikkan badan.

"Hallo ? Oke, sebentar lagi aku ke ruang latihan. Haha!  Kau ini ada-ada saja, Kak Hoseok."

Jimin segera mengambil handuk dan menuju kamar mandi melewati ibunya yang masih belum pergi.

"Kau akan pergi, Sayang? Apa Ibu boleh tahu kau akan pergi ke mana?"

Langkah Jimin terhenti dan menjawab tanpa berbalik. "Aku bukan anak kecil lagi."

Setelah Jimin menghilang dari pandangan, tidak sengaja mata ibunya tertuju pada sebuah foto tergantung di dinding. Foto Jimin kecil yang tersenyum sampai mata menyipit, entah mengapa membuat hatinya tersentuh dan tangisan pun mulai pecah.

"Ah, iya, Ibu lupa jika kau sudah dewasa. Pasti banyak perubahan, 'kan? Memang begitu jika sudah dewasa."

Meski tersenyum, air matanya tidak pernah berhenti mengalir.

***

Suara musik yang diputar terdengar menggema pada sebuah ruang tari karena hanya ada dua orang di dalamnya.

"You and me ~"

"Haha!  Kak Hoseok selalu bersikap lucu."

Jimin tertawa terbahak-bahak ketika kakak kelas bernama Hoseok itu bernyanyi dengan nada yang terdengar lucu.

"Ayolah kita menari bersama, jangan hanya merekam saja." Hoseok berpura-pura merajuk dan menyibakkan hoodie nya karena kepanasan.

"Istirahat saja dulu, kau memang selalu menggila ketika sudah menyangkut tarian." Jimin menyimpan handphone  ke lantai dan menepuk tempat kosong di sebelahnya menyuruh Hoseok duduk.

"Kau pun sama saja. Daritadi hanya menari, menari, dan menari. Sekarang diam pun karena sudah lelah, 'kan?" Hoseok membalas sambil mematikan musik pada handphone nya yang diletakkan pada meja ujung ruangan.

Tiba-tiba terdengar suara pintu mengetuk, jelas saja membuat keduanya saling memandang bingung. Siapakah seorang siswa yang datang di hari libur ke sekolah selain mereka berdua?

Hoseok membuka pintu perlahan dan senyuman lebar mulai muncul berbanding terbalik dengan Jimin yang malah berubah datar.

"Happy birthday, Kak!"

"Astaga, Ryujin! Kau membuat kami terkejut. WahKue untukku? Terima kasih." Hoseok menerima kue yang dibawa Ryujin lalu mengusap kepalanya lembut.

Jimin selalu berkhayal jika sang penerima kue itu adalah dirinya namun karena takdir membuatnya terdiam dengan keadaan hati terbakar.

Hari ulang tahun yang tidak diketahui siapapun selain keluarga membuat dirinya merasa tenang namun menyakitkan. Karena kekuatan yang dimiliki membuat Jimin merahasiakan tentang hidupnya dan sekarang akan lebih berhati-hati dalam memandang setiap wanita.

Ia hanya tidak ingin jika aturan selama tiga detik menatap mata orang yang dicintai dan setelah itu menimbulkan sakit dalam jantungnya, diketahui oleh siapapun karena itu akan mendapat resiko buruk untuknya nanti.

Dan ya, orang yang dicintai itu sekarang berada tepat di hadapan bersama dengan sahabat terbaiknya.

"Jimin, ke mari! Ayo, kita makan kue bersama!"

Suara lembut Ryujin membuat Jimin ingin menatapnya namun selalu memalingkan tatapan dan membuat Ryujin merasa jika Jimin membenci dirinya.

Sekarang Jimin malah melangkah pergi menuju toilet melewati Hoseok dan Ryujin yang menatap bingung.

"Sebentar, biar aku yang menyusulnya." Hoseok mengusap halus bahu Ryujin dan segera mengikuti Jimin.

Kini Ryujin sendirian di dalam ruang tari dengan rasa sakit mulai muncul dalam hati.

Sampai pada toilet, Hoseok menghentikan langkah dan menatap punggung Jimin yang bergetar tanda sedang menangis dalam diam.

Hoseok bingung apa yang sebenarnya terjadi pada Jimin? Sudah seringkali Jimin bersikap seperti ini namun Hoseok tidak pernah mendapat jawaban.

"Kau selalu menolongku, tapi aku tidak bisa menolongmu. Maafkan aku, Jimin."

***

Happy birthday, Park Jimin! ✨

Happy birthday, Park Jimin! ✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌸 Publish: 12 Oktober 2021

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PERFUMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang