•••••
Apple pie terbangun berada di pangkuan Thafeza yang tengah memakan buah anggur. Apple pie menggeliat di tubuh Thefaza dan memeluk lengan kekar milik Thefaza dan menjadikan otot lengan Thefaza sebagai bantalannya.
Thefaza mengelus kepala Apple pie dengan lembut, seolah mengatakan kepada anak itu untuk tidur dengan tenang dan nyenyak.
"Thefaza, meski kau adalah tua bangka, tetapi aku menyayangimu!" Seru Apple pie.
Thefaza berdeham.
"Aku tahu itu," jawabnya singkat penuh rasa percaya diri.
Apple pie yang sudah terbangun tak bisa kembali tidur. Saat ia menutup matanya, yang ia lihat hanyalah kegelapan saja. Dia tidak bisa hanyut dalam kegelapan yang terasa nyaman dan mulai merasa bosan.
Apple pie menyodok lengan Thefaza seolah mengatakan kepadanya bahwa dia bosan dan ingin mempelajari lebih banyak hal. Dan seperti biasa, Thefaza selalu saja mengikuti keinginan Apple pie.
Thefaza menghela nafas, dia kemudian tersenyum kecil dan menggendong tubuh ramping Apple Pie ke taman dan meletakkannya di atas rerumputan. Kemudian Thefaza meninggalkan Apple pie di sana sejenak. Dia pergi untuk mencari sebuah benda yang ia simpan di dalam sebuah gudang yang luarnya nampak sangat kecil.
Apple pie bermain-main dengan bunga di taman selagi menunggu Thefaza kembali. Dia mengumpulkan bunga-bunga yang ia anggap cantik, setelah itu dia mulai merangkai bunga yang telah ia petik menjadi sebuah mahkota.
Kedua tangan kecil Apple terlihat sangat andal, ia dapat dengan mudah membuat mahkota bunga. Terlebih lagi saat Apple Pie menggunakan kekuatannya yang berhubungan dengan alam.
Saat Apple Pie selesai merangkai mahkota itu, Thefaza juga kembali dari gudang sembari membawa sebuah kotak yang terlihat sederhana. Apple Pie menoleh ke arah Thefaza dengan senyuman dan menyerahkan mahkota bunga tersebut.
Thefaza menaikkan alisnya dan menerima mahkota tersebut. Kemudian dia duduk di samping Apple Pie yang berusaha untuk mengintip benda yang ia bawa.
"Apple, kau tahu ini apa?"
Apple Pie menggeleng dengan wajah datar, tetapi ia yakin bahwa kotak itu akan masuk ke dalam koleksi mainan yang diberikan oleh Thefaza.
Thefaza tertawa kecil dengan arogan. "Ha!"
"Sepertinya kau sangat yakin bahwa yang kubawa akan kuberikan padamu. Yah, kau tidak salah sih."
Apple Pie mengangguk setuju dengan wajah penuh rasa percaya diri. Setelah itu Thefaza menyerahkan kotak yang terbuat dari kayu dan membukanya. Bagian dalam kotak ditutupi kain beludru merah dan menampilkan cincin indah yang terbuat dari emas dengan ukiran yang kecil namun rumit.
"Wah!"
Apple Pie terpukau dengan ukuran di cincin itu. Meskipun ia mengetahui dengan baik seberapa hebatnya Thefaza, tetapi melihat bagaimana ukiran yang terlalu kecil tetap membuatnya terkejut.
"Bagaimana caramu mengukir di cincin ini, Thefaza?"
"Yah hanya seperti biasa saja. Hal semacam ini sangat mudah bagiku, kau pastinya tahu."
Wajah Apple Pie yang mulanya terpana kembali datar setelah mendengar pernyataan arogan Thefaza.
'Si tua bangka itu memang tidak salah sih,' pikirnya.
"Iya, iya. Aku tahu kau hebat, pertanyaannya adalah bagaimana kau bisa meninggalkan ukiran pada cincin dan bahkan pada berlian yang seharusnya sangat keras."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Chaotic Child Descends to The Surface
FantasyApa yang akan terjadi ketika seseorang berwujud anak kecil yang suka berduel turun ke permukaan?