Setelah kejadian dimana Karin menginjak kaki Jevan, dia benar-benar meninggalkan tugas nya untuk pergi ke kantin dan memilih tidak mengikuti jam pelajaran pertama nya. Mungkin kalian pikir semua siswa teladan itu rajin, nyatanya karin kebalikan nya. Dia memang pintar, tapi dia juga terkadang bosan dengan belajar.
Saat sudah sampai di kantin, Karin duduk sambil meminum es teh pesanan nya. tak lama teman teman nya berlari menghampirinya.
"aduh rin, lo ga papa kan? tadi di aniaya Jevan ga?" pertanyaan Winara membuat semua disana keheranan.
"heh! lo kira kdrt pake di aniaya segala" Winara tersenyum bingung mendengarkan ucapan ningning
"ya maap, tapi beneran lo ga apa apa kan??" Winara bertanya lagi, karin menatap malas temannya itu
"iya elah, gua ga kenapa napa kok. lo pada kenapa si takut banget gila"
"ya kita takut aja, soalnya lo ga tau jevan itu orang nya gimana, dia gak suka ada yang ikut campur atau ngurusin hidup dia apa lagi sampe barang dia rusak" Giselle yang lelah berdiri akhirnya mendudukan diri nya di samping karin sembari membuka bungkus permennya
karin mengerut kan dahi nya, merasa teman-temannya ini terlalu berlebihan mengenai Jevan. memang nya semengerikan apa Jevan itu, apa dia seorang monster berwujud manusia? atau Malaikat pencabut nyawa?
"lo udah hampir dua tahun sekolah di sini, masa lo ga tau cerita tentang Jevan sih." ningning memastikan bahwa karin sebenarnya tahu tentang Jevan barang sedikit. tapi Karin tetap menggelengkan kepalanya acuh.
"lo inget tahun lalu, seorang murid pindahan yang culun?" winara memulai pembicaraan yang bisa dibilang mereka lagi gibah.
karin berfikir sejenak, dia ingat seorang siswa pindahan baru yang culun, lalu karin mengangguk kan kepalanya
"nah! lo inget ga masalah kenapa si murid pindahan itu pindah lagi keluar dari sekolah ini?" tanya Winara
"inget, kasus bullying kan? dia di bully sama sekumpulan anak cowo cuman karena ga sengaja nabrak motor sama numpahin air ke baju nya. terus baru satu bulan pindah lagi, iya kan?" Karin mengingat ingat semua itu, dia tidak pernah melihat kejadian itu secara langsung baginya itu tidak penting selagi itu bukan orang yang dia kenal, jadi dia tau hanya dari mulut mulut temannya
Winara mengangguk membenarkan jawaban Karin "bener banget jawaban lo, ga sia sia lo duduk di belakang somi si biang rumpi sekolah"
Karin mendelik "terus? hubungannya sama Jevan apa?" dahi Karin tiba-tiba di sentil oleh Giselle
"dongo deh, gua pikir dengan winara cerita, lo bisa cepat ambil kesimpulan siapa jevan. lo ternyata cuman pinter dipelajaran doang ya, selain itu lo bego, rin" Karin tidak terima dengan ucapan Giselle, dia melempar tisu bekas miliknya membuat Giselle jijik
"jorok anjir!"
"jadi? maksud lo, yang bully si anak pindahan dulu itu Jevan?" karin memastikan, dan teman-temannya mengangguk membenarkan
Karin terkejut, dia tau betul bagaimana jadinya dengan anak pindahan itu, terakhir kali anak itu ke sekolah dalam keadaan luka di badannya. membayangkan dirinya ada di posisi itu karin langsung menarik lamunan mengerikannya itu
"kok ga ada yang laporin ke kepsek si soal kasus bullying ini? OSIS nya juga kemana dulu anjr." karin bertanya
teman temannya seperti kebingungan bagaimana cara menjawab pertanyaan Karin.
"ya gimana ya gue bilang nya, ga ada yang berani nyalahin jevan atau berani sama jevan bahkan kepsek juga." ningning ragu ragu menjawab
"soalnya kan jevan anak dari donatur terbesar sekolah ini" Karin terkejut dengan jawaban ningning, seketika dia melamun
'tunggu bentar, jadi ini maksudnya bokap jevan itu salah satu partner bisnis papa dong!?' Karin masih bingung
"sumpah, gue baru tau jevan itu tukang bully, tapi kenapa cewe cewe masih mau sama dia yang kelakuan nya ga manusiawi gitu? kalau gua jadi mereka, gua ogah banget deh. langsung ilfeel dah." karin berbicara seolah muak dan jijik dengan jevan. baginya cewe cewe di sekolah nya ini sudah terlalu di butakan dengan ketampanan seorang jevan, hingga tidak ada yang melihat dengan baik sisi buruk seorang jevan yang jahat seperti setan bagi Karin.
"sumpah deh, jevan tu sebenernya berlebihan soal tadi. padahal dia yang salah malah nyalahin gua. dasar sinting" Karin berbicara dengan kembali meminum es teh nya.
berbeda dengan teman-temannya, wajah mereka berubah menjadi pucat dan takut seketika.
"lagian ya cewe cewe itu bego apa gimana dah mau sama iblis kaya jevan" winara mengode dengan mata nya saat karin sekali berpapas mata dengannya.
"apaan sih win, kenapa mata lo? kelilipan? cacingan?"
"oh iya, lagian ya, jevan itu menurut gue ga ganteng ganteng banget si! masi ganteng ka Taeyong lah" karin masih belum menyadari dengan perubahan wajah teman temannya
dengan suara lirih ningning bersuara "karin udah, plis jangan di bahas lagi..."
"kenapa si lo pada pucat gitu. kaya abis di liat setan, apa tipes lo pada? emang di belakang gue ada setan??"
Giselle dan Ningning menggeleng-gelengkan kepalanya dengan masih fokus kebelakang Karin, sedangkan winara menunduk kan kepalanya menghindari tatapan seseorang di belakang Karin.
karin yang merasa seperti ada deru nafas dibelakang lehernya, membuat tubuh nya merinding sekaligus geli, hingga ada dua tangan besar dan berurat mengurung dirinya membuat dia sedikit tertunduk bahkan suara berat yang berbisik di telinga kirinya membuat tubuhnya meremang.
"iya, gue setannya. lo ga takut ngomongin setan kaya gue? hm??" suara itu, Karin tau dia siapa, cowo sialan tadi pagi pikirnya. dia melirik temannya satu satu dengan tatapan tajamnya seolah meminta tolong, tapi mereka bertiga meninggalkan dia begitu saja berdua dengan jevan.
keadaan kantin memang masih sepi karena masih jam belajar, teman teman Karin sudah tega meninggalkan dia sendiri berdua dengan jevan. dalam keadaan Karin duduk dengan jevan yang mengurung nya dari belakang.
"jauh jauh lo dari gue! sikap lo gini ga sopan tau ga!! lo ga malu di liat orang? cih dasar sinting" Karin sebenarnya takut, bahkan dalam keadaan yang menurut nya ambigu begini malah membuat jantung nya berdetak cepat
jevan tidak bergerak sedikit pun dari tempat nya, malah lebih mendekatkan dirinya dengan Karin lalu berbisik lagi di telinga Karin.
"lo sebenernya takut? atau... lo salting gue giniin?"
"IDIH!? Sorry, salting ke elo? najis banget deh." Jevan tertawa mendengar jawaban Karin, lalu menjauh kan diri. karin dengan sigap berdiri dan berniat meninggalkan jevan.
Jevan menarik tangan karin sehingga membuat Karin berbalik dan menabrak tubuh Jevan. genggaman tangan Jevan membuat Karin meringis.
"lepasin." karin menatap mata Jevan yang tajam, Karin meminta lepaskan jevan malah memperkuat genggaman nya membuat Karin mengaduh kesakitan
"aaa!! Jevan! lo gila!!? ini sakit bangsat!" karin sungguh menahan sakit karena genggaman Jevan.
"inget, Lo yang mulai ini semua. bukan gue, jadi yang akan minta akhirin ini semua nanti juga lo Karin Andhara" ucap Jevan sembari melepaskan genggaman tangannya. karin mendorong tubuh jevan dan memegang pergelangan tangan nya yang merah lalu berlalu pergi meninggalkan jevan yang tersenyum sinis.
"dasar orang gila. tukang bully"
KAMU SEDANG MEMBACA
ʙᴀᴅʙᴏʏ || 𝐋𝐞𝐞 𝐉𝐞𝐧𝐨
Fanfiction"Yang duduk di sini tu cuman buat murid yang berprestasi bukan tukang pembuat onar kaya lu." Karina menatap tidak senang dengan jeno di samping nya "Kursi ini bukan punya nenek moyang lu, jadi suka suka gue mau duduk di mana aja" "Ya udah duduk dima...