Cora Darcy
{location at hospital}Vicky sakit perut. Orang tuaku yang mengabarkan bahwa Vicky sakit perut sampai di rawat di rumah sakit. Mom memberikan alasan bahwa Vicky sering makan makanan yang pedas sehingga dirinya masuk ke rumah sakit.
Mom menyuruhku untuk menjaga Vicky selama di rumah sakit selagi mom mengetahui bahwa ujianku sudah selesai seminggu yang lalu. Sebenarnya aku ingin pergi menginap di rumah Winter tapi kelihatannya mom mendesakku untuk menjaga Vicky. Apa boleh buat, Vicky juga keluarga ku dan memang tugasku untuk menjaganya.
Aku yang sudah berkemas menuju rumah sakit sekarang mengendarai mobilku yang tidak seberapa ini. Karena bensinku habis, aku menepi mencari gas station terdekat. Sebenarnya mengendarai mobil sendirian di tengah malam ini merupakan kejadian yang menakutkan bagiku namun harus kuperhatankan akibat suruhan orang tua. Jika saja Vicky tidak sakit mungkin aku tidak akan mengendarai mobil malam hari hanya seorang diri.
Aku menepi ke gas station di samping kiri. Ku parkirkan mobilku di belakang mobil truk besar. Tentunya aku turun sembari truk besar itu mengisi bensinnya, dan berjalan menuju minimarket yang sudah di sediakan di sekitar mini market tersebut.
Kring!
Aku melihat lelaki bertubuh tinggi melihat ke arahku tanpa berbicara sepatah kata. Biasanya jika menjadi penjaga kasir, tentunya mereka akan menyapa dan menawarkan produk baru yang ada di toko mereka.
Lelaki ini berbeda. Mungkin dari perawakannya yang menurutku tampan (namun karena tinggi lelaki ini mendapatkan kekurangan), dia tidak perlu melakukan omong kosong yang sering dilakukan orang-orang.
Karena hal itu, aku beralih pandangan menuju makanan yang bisa aku makan saat aku menjaga Vicky. Sembari mengambil beberapa makanan, aku mendengar suara mobil menuju ke arah minimarket. Suara mobil itu kemudian redup bersamaan dengan lampu mobil yang redup seketika.
Aku melihat lelaki tinggi turun dari mobil. Dia memakai jas panjang berwarna hitam serta masker dan topi hitam. Sejenak aku menghela nafas, lalu aku berjalan menuju ke arah kasir.
Lelaki yang menjaga kasir lebih memperhatikan pria yang baru masuk dibanding aku yang sedang menyerahkan makananku untuk dibayar. Aku melihat tanda pengenal yang tertera di bajunya.
Mark Tina, nama laki-laki dan nama wanita. Aku tertawa kecil membaca namanya di dalam hati dan lelaki ini memperhatikanku setelahnya. Tawaku berhenti, lalu aku fokus untuk melihat harga makanan yang kubeli daripada memperhatikan dirinya dan lelaki berjas panjang.
Beep! Beep!
"Bukan daerah sini?" tanyanya tiba-tiba. Jantungku berdegub kencang seketika, bukan karena apa-apa. Aku tidak menyangka suaranya raspy dan tangannya yang keren (?).
"Bukan," jawabku. "Hehe," entah mengapa aku tertawa, suasana semakin canggung setelah aku tertawa.
Cora brengsek!
"Pantes," ucapnya. "Totalnya 250,00" ucapnya sembari menyerahkan makanan yang sudah dikantongi plastik olehnya. Aku menerima kantong plastik dan menyerahkan uang pas kepada penjaga kasir.
"Oh iya sama uang bensin, berapa ya?"
"150,00" aku juga memberikan uang pas kepada Mark Tina. Dia menerimanya dan kini kegiatannya kembali memperhatikan pria berjas hitam.
"Oke," jawabku. "Selamat malam," seharusnya dia yang mengucapkan selamat malam kepada pembeli, namun fokusnya kepada pria berjas hitam membuatku berpikir bahwa pria ini menyukai sesama jenis. Tapi itu hanya asumsiku saja, tidak ada yang benar selain narasumber tersebut yang mengkonfirmasikan rumornya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN 🔚
FanfictionCora bertemu dengan Seven disaat adiknya sedang dirawat di rumah sakit akibat terlalu banyak makan makanan pedas. Namun semakin lama Cora mengenal Seven, semakin banyak hal aneh yang terjadi menimpa adiknya di rumah sakit. Perawakan Seven yang mist...