Bab 2 = Tipe Ideal

145 46 7
                                    

Cora Darcy
{Location at Hospital}


Seven sins. Tujuh dosa. Jika bisa kutebak nama tengahnya pasti Deadly sehingga nama lengkapnya Seven Deadly Sins.

Aneh sekali.

Apakah orang tuanya memang mempunyai selera humor yang buruk? Lucu sekali mereka menamakan anak mereka sebagai pendosa. Jika itu yang terjadi maka spekulasiku adalah Seven merupakan anak yang dilahirkan tanpa direncanakan. Tapi jika aku berpikir seperti itu maka aku merupakan orang yang jahat. Bisa saja Seven Sins dinamakan karena orang tua Seven menyukai hal yang berbau mitologi bahkan ada juga film Seven yang dibintangi oleh Brad Pitt.

Dari cara Seven berpakaian saja dia sudah seperti Brad Pitt. Jadi asumsiku mengapa orang tua Seven memberi nama anak mereka Seven karena Brad Pitt. Tidak kurang dan tidak lebih (aku hanya bercanda).

"Kak!" panggil Vicky yang membuyarkan lamunanku. Aku yang masih membaca email Seven hanya menoleh ke arah Vicky yang sedang menonton film di tv yang sudah disediakan di rumah sakit.

"Apa?"

"Pokoknya jangan marah ya, soalnya aku dah lama gak makan ini." ucapnya dengan nada yang lembut. Aku memberikan tatapan heran kepada Vicky sedangkan Vicky tersenyum bersalah. Setelah itu datanglah Asa dengan berberapa kantong berisi makanan pedas.

Mataku melotot tajam ke arah Vicky serta Asa sekaligus. Asa yang melihatku mulai panik dan memberikan beribu alasan.

"Kak, gua bisa jelasin please ini kemauan Vicky bukan gua yang berinisiatif," belanya sendiri. Vicky mengerutkan dahinya.

"Oh jadi Bang Asa di pihak Kak Cora," tukasnya. Asa mengangguk, "iya gua di tim Cora,"

Sepertinya Asa lebih takut kepadaku dibanding Vicky. Padahal dia hanya adik tingkat tapi bagiku dia sudah seperti orang yang bisa diandalkan. Namun kali ini aku kesal karena dia memberikan makanan pedas kepada Vicky.

"Tapi aku serius udah jarang makan makanan pedas lagi," rengeknya. Aku memutar bola mataku mendengar omong kosong Vikcy. Jika dia sudah jarang memakan makanan pedas, kenapa dirinya berada di rumah sakit?

"Bullshit, sini makanannya," aku mengambil makanan yang ada di tangan Asa. Sebenarnya tangan Asa semakin kuat ketika aku mengambil makanannya, tapi ketika aku melotot, dia melepaskan semua tenaganya menahan kantong plastik tersebut.

Karena kantong itu sudah berada di tanganku, ku sisihkan makanan yang baik dan makanan yang tidak baik untuk Vicky. Makanan yang tidak baik ku ambil dan kuletakan di dalam tas ku sedangkan makanan yang bisa dimakan Vicky kukembalikan kepada Asa.

"Hehe, makasih udah nyisahin tobleron. Sayang Kak Cora banyak-banyak," ucapnya kepadaku.

"Gue bakal pergi bentar, lo bisa jagain Vicky kan?" mataku tidak melihat ke arahnya tapi ke arah kantong plastik yang dipegang Asa. "Jangan kasih dia makan yang gak baik, cukup makanan yang dikasih dokter aja,"

"Siap kak, pokoknya jangan kasih Vicky makanan yang gak sehat," dia mengulangi perkataanku. Dengan begitu, aku harus mempercayai Asa meskipun dirinya bakal memberikan salah satu makanan terlarang kepada Vicky.

Brengsek.

"Eh kak, lu kapan balik? Soalnya gua ada kerkom sama Jake." aku terkadang bingung kenapa dia harus meminta izinku untuk berpamitan, particularly dia bukan adik kandungku dan semisal aku harus menyelamatkan Vikcy atau Asa di saat ada kejadian yang tidak menyenangkan, sudah seratus persen aku akan menyelamatkan Vicky dibanding Asa.

Intinya aku senang Asa berteman dengan kami, tapi aku tidak akan mempertaruhkan nyawaku untuk menyelamatkannya.

"Palingan sejam gue keluar mau ketemu temen," bohongku. Sebenarnya aku penasaran dengan lelaki yang menghampiri kami kemarin hari. Aku penasaran mengapa dia mengatakan bahasa Jepang, apakah dia butuh penerjemah? Jika dia membutuhkan penerjemah maka aku bisa membantunya.

SEVEN 🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang