Jiwa

8 1 0
                                    

   Roti bakar dengan selai, segelas susu coklat, segelas teh hangat, serta segelas cappucino yang tampak masih mengepul asap, tak lupa beberapa macam buah di dalam keranjang.Sederhana, mungkin karna tidak ada nasi, terlihat sangat sedikit, bagi masyarakat Indonesia tanpa nasi maka bukan makan, mungkin karna itulah sarapan di sebut makanan ringan.
  "Jiwa turun makan duluu" Setengah berteriak wanita yang masih terbilang cantik, walau sedikit tanda penuaan terlihat di wajahnya.
  "iyaa ma,tapi jiwa ga duduk sarapan ya,bawa roti aja,hari ini piket kelas soalnya" Seorang laki-laki menuruni tangga, seragam sekolah rapi tertutupi jaket hitam, tak lupa tas ransel di punggung, mata coklat terangnya melirik jam tangan kulit, memastikan ia tak akan terlambat.Di ambilnya sepotong roti, berjalan ke arah wanita yang di panggilnya mama.
  "Ati-ati loo jiwaa,jangan makan di motor itu rotinya" ucapnya sambil meletakan piring berisi telur mata sapi.
"iyaamm inii jugaa mm makaamm" Jiwa berkata dengan mulut masih berisi,meraih tangan Sang ibu, mencium tangannya,
"Jiwa berangkat ya maa, papa masih ganti baju, tadi Jiwa udah pamit, Assalamualaikum" jelasnya, di comot kunci motor dari atas meja.
  "Iyaa, waalaikumsalaam,ati-ati loo yaa" tambah Sang ibu, walau anaknya sudah cukup jauh dari garis pandang.

  Di putar gas motor,dengan kecepatan yang tidak terlalu tinggi.Jiwa, begitu ia di panggil,tapi hanya beberapa orang yang ia perbolehkan memanggilnya demikian.Sedang dalam perjalanan ke sekolah saat ini, seorang siswa semester 5, kelas 12 yang sebentar lagi akan melangkah ke jenjang yang berbeda.Menjadi anak tunggal yang di dapat orang tuanya setelah 7 tahun penantian, tak ayal membuatnya menjadi sosok yang manja, bagaimanapun dia seorang laki-laki, yang di tuntut mandiri, terkadang terasa sepi, namun banyak orang yang hadir dalam hidupnya.
 
  Sesaat sampai di sekolah, di parkirnya motor dengan tertib, melangkah ke kelas, namun niatnya terhenti, ada suatu objek(?) yang menarik perhatiannya.Terlihat sama dengan yang lain, seragam putih,rok abu-abu,jilbab putih biasa, tak ada yang begitu berbeda.
"Apa mungkin sesuatu yang tidak kusadari di ambil tanpa di sadari?" tersenyum melihat sesorang yang entah mengapa singgah di matanya, bahkan ia tidak mengenalnya, ini pertama, benar-benar kali pertama netranya menemukan hal seindah itu (?)
  "mungkin hanya kebetulan" ia memutuskan melanjutkan langkahnya "namun kebetulan juga bagian dari takdir" kalimat yang tiba-tiba terlintas dalam benaknya.
  Jiwa tidak pernah percaya akan pandangan pertama, namun perasaan aneh yang menarik perhatiannya membuat Jiwa berfikir ada hal yang tidak dia sadari telah terjadi.Terbiasa sendiri membuatnya tak terlalu memikirkan pasal rasa, mungkin memang karna belum ada yang singgah.
Jiwa bukan seperti karakter dingin yang tak tersentuh, namun dia memang suka mengamati, bukan berarti ia tak memiliki sisi atraktif.Kau tau sikap seseorang dapat berubah tergantung dengan seseorang yang mereka temui, dan sejauh ini ia belum pernah bertemu seseorang yang membuatnya menampilkan sisi lainnya kecuali Sang mama dan papa nya.
  Manusia memiliki banyak sisi dari sikap, dan Jiwa belum merasakan semua sisinya.Akankah ia bertemu dengan sesorang yang mampu membuatnya merasakan sikap baru?



-Asta Sadajiwa



.

-page 283 of 365-

CandyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang