Osis

8 0 0
                                    

   02.15pm (pulang sekolah)

Sesuai rencana Neeta, penuh semangat menggandeng lengan Rieka menuju ruang Osis.Tidak seperti Neeta yang penuh antusias, Rieka terlihat santai bahkan terkesan malas.Memang dirinya tidak mempunyai rencana lain, karenanya ia menerima ajakan Neeta untuk bergabung dalam organisasi kesiswaan ini.

   Senin esok acara pelantikan anggota baru di laksanakan, membuat seminggu terakhir mereka harus latihan baris-berbaris sepulang sekolah.Rieka sangat membenci latihan.Namun, sudah terlanjur melangkah, ia tak bisa berbalik.

  Sejak awal niatnya hanya menjadi anggota biasa saja, menghindari tanggungan beban jabatan.
"Niatku dari awal hanya menemanimu Neet" jawabnya setiap kali Neeta bertanya kenapa tidak menjadi koordinator bidang atau posisi lainnya.

"Iya-iya, terimakasih Rie, aku takkan memintamu mengambil posisi lain lagi, hihii" cekikik Neeta melihat wajah acuh Rie, dia sendiri berhasil mengambil jabatan sekretaris.

"Neet jujur padaku, kau mati-matian ingin jadi sekretaris karna kak Eka kan?" Rieka bertanya, melirik dengan senyum jail ke arah Neeta yg masih setia menggandeng lengannya.
"Ah ituu, hanya karna dia sekretaris sebelumnya bukan berarti karna dia kan" Neeta menjawab dengan mengalihkan pandangannya.
"Hanya sedikit termotivasi" gumamnya kemudian, namun masih terdengar oleh Rieka.

"Sudah kuduga, dasar" Rieka mencolek pipi Neeta gemas, sahabatnya ini benar-benar menggunakan otaknya di segala situasi.

  Setibanya di ruang Osis, tampak siswa lain sudah berkumpul, namun masih sibuk dengan urusan masing-masing.
"Rieka" Seseorang memanggil Rieka yg masih sibuk menggoda Neeta, mengedarkan pandangannya ia menemukan Eka sedang berjalan kearahnya.

  Tas ransel dengan ukuran lumayan besar, kacamata yg bertengger di hidung mancungnya, tangan kiri memegang beberapa map plastik dan tangan kanan memegang kresek yg tampak terisi penuh. Sedikit Rieka melirik ke arah Neeta yg tampak gelagapan berusaha tenang.

"iya kak? butuh bantuan bawain barang kakak?" Tanyanya saat Eka berhenti beberapa langkah di depannya.
"eh ga perlu Rie, ini ada yg nitip" Eka menyodorkan kresek yg dibawanya, Rieka menerima lalu membuka dengan penasaran.Didalamnya terdapat susu coklat, sandwich buah dan beberapa lolipop.

"Dari Jiwa" Jelas Eka
"Jiwa? siapa?" Rieka bingung, seingatnya ia tidak memiliki teman bernama Jiwa
"Asta, dari Asta Sadajiwa" Tambah Eka menjelaskan
"Heeee, kak Asta? makhluk itu? buat kak Eka aja deh" Rieka menyodorkan kresek tersebut kearah Eka, ia masih kesal dengan Asta.Pipinya mengembung teringat setiap berpapasan Asta slalu mengejeknya dan memanggilnya pendek.

  Eka tetap diam, tangannya sibuk dengan map, sama sekali tidak berniat mengambil kresek yg di sodorkan Rieka.

"Ambil saja, jarang-jarang dia baik, lagi pula rezeki tidak boleh di tolak" acuhnya
"oiya Neet, ini dokumen yg pernah kakak bikin, mau di jelasin dulu? kalau mau kita bahas di dalam saja" Eka beralih ke Neeta, menyodorkan salah satu map yg di bawanya, menunggu jawaban dari gadis berkacamata itu.
"Wah boleh kak, Neeta butuh bantuan kakak biar lebih paham apa aja tugas Neeta nanti" jawabnya antusias, melupakan Rieka yg masih merasa kesal.

"huh, yaudah deh, aku juga belum makan, makasih kak" setengah kesal Rieka berucap, bagaimanapun ia juga lapar, hanya sedikit kesal saja.
"Makasihnya ke Jiwa, kakak cuma bawain. Ayuk ke ruangan" Eka berlalu memasuki ruang Osis, disusul Neeta dan Rieka.
"yg bawainkan kak Eka, jadi ke kak Eka aja" dengusnya kemudian. Neeta dan Eka menggeleng pelan melihat tingkah Rieka.

  Eka akui Rieka memang memiliki daya tariknya sendiri, dia mudah bergaul dan berteman, bahkan dirinya yg susah bertemanpun mengakui itu, kadang dia juga merasa kepribadian Rieka agak unik, terkadang terlalu semangat terkadang seperti tidak memiliki energi untuk hidup, mungkin karna itu Asta bisa tertarik padanya.

CandyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang