|3| Hari yang ambyar

18 4 3
                                    

•••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





🍎 HAPPY READING 🍎

"Fhiuh..." aku menghela nafas ketika sudah sampai di depan kelasku. Rasa lelah akibat berlari sudah tergantikan menjadi panik. Perihalnya, pintu kelasku sudah tertutup rapat dan bila memang sudah masuk, guru super galak yang sedang mengajar.

Aku berjalan-perlahan tapi pasti. Membuka sedikit pintu yang tidak terkunci. Rasa panikku semakin melanda ketika aku tidak mendengar suara bising dari teman-teman kelasku.

Plukk...

"Aw, anjeng!" bisikku tertahan.

Lemparan penghapus papan tulis telah menyadarkanku. Ruangan yang tadinya kuanggap sepi kini berubah menjadi pasar malam yang ramai. Aku melihat sinis pada orang yang melempariku dengan penghapus itu.

Dengan takut, orang itu mendekat dan mencoba membujukku.

"Aduh, Jani. Gua kira siapa dah, maap ya, Jan," ucap orang itu cengengesan. Bukannya menjawab, aku malah acuh tak acuh pada orang itu. Aku mengabaikan segala panggilan yang orang itu katakan.

"Jan,"

"Woe, Jani. Maap elah."

"Jani, Jani seriusan nggak sengaja."

"Bisa diem nggak sih, Raka!" ucapku menggebrak meja. Aku tebak, bukan hanya Raka saja yang terkejut, yang lain pun sama halnya dengan Raka. Seluruh mata tertuju pada aku seorang.

Aku melihat wajah Raka yang sedih, aku tak tega, tapi aku juga kesal dengan perbuatannya yang membuat mood-ku semakin menurun.

"Udah, Rak, lo mendingan duduk dulu aja dah. Jani biar gua yang bujuk," ucap Rara-sahabatku.

"Jani, maap ya. Nggak sengaja gue," ucap Raka sebelum ia pergi ketempat duduknya.

Tak membalas, aku langsung menenggelamkan wajahku di atas meja. Malas untuk berkomunikasi, huh! Mood ku pagi ini benar-benar ambyar!

Selama jam pelajaran, aku habiskan dengan diam. Biasanya, aku aktif dalam beberapa pelajaran seperti Bahasa Indonesia dan Seni-budaya. Yap, hanya dua pelajaran itu yang aku gemari, jangan tanya kemana yang lain jelas aku tidak tertarik dengan itu semua.

Jam istirahat telah tiba. Setelah tiga jam merasakan kantuk yang luar biasa akibat pelajaran IPA yang menguras tenaga. Aku masih diam, masih sebal akibat pagi tadi. Raka, lelaki itu kembali mendekatiku. Dengan wajah yang terlihat nelangsa tanpa senyum yang mengukir di wajah chubby nya.

"Jan, maafin gua, ya?" pinta Raka. Aku masih tak acuh dengan lelaki yang meminta maaf itu. Sebenarnya, aku tidak marah sama sekali. Aku hanya sebal, tidak lebih dari itu.

Otak jahilku mulai berkerja, senyum jahil yang kini terukir dibibirku.

"Oke, gue maafin. Asalkan ..." ucapku menggantung.

Setelah tidak Bersamamu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang