|2| Alasan klasik

25 6 3
                                    

🍉 HAPPY READING 🍉

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍉 HAPPY READING 🍉

.
.
.
.
.

Hari telah menyapa pagi. Burung-burung bersuara seakan semangat menjalani hari ini. Namun, tidak denganku. Pagi ini aku merasa sebal akibat papaku yang terlambat untuk mengantar ke sekolah. Sebenarnya, tidak sepenuhnya salah papa, sih. Suami dari mamaku itu sudah bilang sejak awal, kalau aku naik angkutan umum saja, tak perlu menunggu dia kembali dari antar sekolah Jana, kembaranku.

Aku dan Jana beda sekolah, ingin mencoba suasana baru tanpa ada yang tahu kalau kita berdua kembar. Aneh memang, tapi memang seperti itu. Kami adalah kembar yang tidak ingin di panggil kembar.

Jam sudah menunjukkan pukul 07.46 aku sudah telat hampir 20 menit. Walaupun biasanya aku telat. Entah itu karena kesiangan, macet, atau aku yang sengaja mengulur waktu.

Di tengah kegelisahanku, orang yang sedari tadi aku tunggu datang juga. Dengan wajah yang bisa di bilang kurang bersahabat, aku mulai menaiki kendaraan roda dua itu. Berharap semoga tidak ada kemacetan yang membuatku semakin telat.

10 menit dalam perjalanan, kini aku sudah tiba di depan gerbang yang tertutup rapat. Pemandangan biasa yang ku lihat di pagi hari. Aku mulai menyalami tangan papaku kemudian pamit untuk memasuki area sekolah. Di depan, sudah berdiri tegak sang penjaga sekolah.

Dengan polos aku menampilkan senyuman yang mungkin bisa menyihir orang itu supaya membukakan gerbang untukku.

"Selamat pagi, Mang Metay," sapaku dengan senyum yang mengembang.

"Aduh, Jani-Jani. Sudah telat berapa menit kamu?" bukannya balas sapaanku, penjaga sekolah yang ku panggil Mang Metay itu mengeluh.

"Yah Mamang, kayak nggak tau jalanan Teluknaga aja. Yang macetnya subhanallah," jawabku mulai beraksi.

"Tapi kamu seharusnya bisa datang lebih pagi. Supaya ngga kena macet lagi, Jani!" ucap orang itu masih kesal..

"Baiklah, gini aja deh, Mang. Jani bakalan janji datang pagi asal Mamang bukain gerbangnya dulu. Gimana, sepakat? Oke, sepakat!" ujarku memberikan kesepakatan yang aku sepakati sendiri.

"Yasudah, asalkan kamu janji setelah ini. Mamang bukakan gerbang ini," jawab Mang Metay pasrah.

"Aaaa, maacih Mamang," ucapku ketika sudah berhasil masuk.

"Sekarang, kamu janji dulu. Baru setelah itu kamu masuk kelas," pinta Mang Metay. Aku melihat jam yang melingkar di tanganku-sebenarnya jam itu mati, tapi aku enggan untuk menggantinya jadilah aku selalu pakai jam ini.

"Aduh, Mang. Mom Lena sudah masuk kelas. Jani pamit dulu. Janji nya nanti aja, ya. Permisi, sampai jumpa Mang Metay," ucapku setengah berlari dari tempat sebelumya.

.
.
.
.
.
.

TBC
Siapa nih, yang sekolahnya suka telat. Cung tangan. Sini, berteman sama aku. Hahaha

12 Oktober 2021

Setelah tidak Bersamamu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang