Soulmate.
Menjijikan. Hal yang paling Hyunsuk benci didunia ini adalah soulmate.
Tidak bisa hidup sendiri saat soulmatemu telah pergi. Hyunsuk benci itu.
Hyunsuk benci saat Ibunya meninggal karena sakit kanker mata saat umurnya 12 tahun dan Ayahnya tidak bisa hidup tanpa cintanya.
Ayah Hyunsuk bunuh diri menyusul Ibu sebulan setelah Ibu meninggal. Mengajak adiknya yang masih berumur 5 tahun meminum sebotol obat tidur dan meninggalkan surat kecil diatas meja tidur, disamping kasur tempat mereka terbaring kaku.
Harusnya Hyunsuk tidak pergi keluar rumah saat itu, Harusnya Ia tidak ikut pertandingan sepak bola yang dulu dia nantikan dan impikan. Seharusnya Ia tidak meninggalkan Ayahnya sendiri dalam kondisi patah hati karena Ibunya.
Andai saja Ayah menunggu Hyunsuk pulang sambil membawa piala kemenangannya dan ikut membawanya bunuh diri untuk menunjukan pencapaiannya kepada Ibu.
.
.
"Dingin."
Hyunsuk menggosokan kedua telapak tangannya dan memasukannya kembali kedalam kantong mantel musim dinginnya.
Hyunsuk berjalan kaki menuju ke tempat kerjanya. Hyunsuk adalah mahasiswa tingkat akhir yang bekerja di caffe milik sepupunya--Choi Yeonjun--sebagai part-timer.
Kemarin malam salju pertama muncul dan suhu udara mulai turun secara drastis. Hyunsuk benci udara dingin, karena ia gampang terserang flu dingin.
"Oh! Hyunsuk-ah! Selamat pagi!." Yeonjun yang sedang menurunkan bangku caffe tersenyum menyapa Hyunsuk yang baru tiba.
"Pagi Yeonjun, sini biar aku saja." Hyunsuk langsung mengambil alih pekerjaan Yeonjun dan mulai menurunkan semua kursi yang ada di caffe.
"Wow, seperti biasa, semangat kerjamu oke juga." Yeonjun memberikan tepuk tangan ke Hyunsuk dan hanya dibalas gelengan pelan.
"Oh! Aku hampir lupa, nanti kita tutup lebih cepat ya. Yeri dan Heeseung sudah kukabari tadi."
Hyunsuk memberikan pandangan bingung.
"Memangnya mau ada acara apa?"
"Aku mau kencan sama Soobin." Yeonjun tertawa pelan dan pergi kedapur belakang menemui Yeri dan Heeseung.
Hyunsuk hanya bisa menggeleng melihat kelakuan sepupunya itu. Bucin.
.
.
"Hyunsuk! Heeseung! Aku duluan ya! Kuncinya aku taruh di meja samping kasir!." Yeri melambaikan tangannya dari depan pintu keluar dan pergi menaiki mobil soulmatenya yang sudah menunggu Yeri sedari tadi.
"Heeseung, kalau mau pergi duluan nggak papa kok." Hyunsuk masih merapihkan beberapa meja dan kursi yang terlihat berantakan.
Yeonjun sudah pergi dari setengah jam lalu dan Yeri baru saja dijemput soulmatenya, hanya ada Heeseung dan Hyunsuk di caffe ini.
"Kak Hyunsuk memangnya nggak takut sendirian?" Heeseung bertanya ke Hyunsuk yang masih menggeser meja dan kursi.
"Nggak, aku nggak takut. Cepat pulang sana, besok 'kan kamu masih sekolah." Hyunsuk mengusir Heeseung dari caffe dengan mengayunkan tangannya kearah pintu keluar.
Heeseung itu siswa SMA tingkat akhir yang juga bekerja di caffe milik Yeonjun, dia bekerja paruh waktu untuk membantu perekonomian keluarganya.
"Oke, aku pulang dulu ya Kak." Heeseung mengambil tas dan barang-barangnya dan segera keluar dari caffe setelah berpamitan pada Hyunsuk.
Hyunsuk menghela nafas setelah Heeseung pergi dan duduk disalah satu kursi caffe dan melamun melihat kearah jalanan yang cukup ramai lewat jendela caffe.
"Cantik." Hyunsuk melihat salju yang jatuh diatas jalanan dan mulai membentuk gundukan kecil.
Dunia masih terlalu cantik untuk Hyunsuk tempati.
.
.
Hyunsuk berjalan kaki menuju apartemennya. Sambil bersenandung pelan, Hyunsuk mampir ke minimarket yang berada tidak jauh dari kediamannya.
Hyunsuk masuk ke supermarket dan membeli beberapa makanan dan minuman untuk stok kulkasnya.
Hyunsuk masih memilih beberapa barang yang dia inginkan dan samar-samar mendengar ucapan selamat datang yang dikatakan penjaga kasir kepada orang yang baru saja tiba di minimarket.
Setelah selesai memilih, Hyunsuk berjalan kearah kasir diikuti orang dibelakangnya yang ikut mengantri.
Hyunsuk mengambil barang bawaannya dan berbalik menuju pintu keluar.
"Tunggu!" Orang yang tadi mengantri dibelakang Hyunsuk, memanggil Hyunsuk yang sudah memegang gagang pintu, bersiap untuk keluar.
Hyunsuk menoleh dan memberikan pandangan bertanya pada orang yang sedang berjalan mengampirinya.
"Kartumu jatuh." Orang itu mengulurkan tangannya dan memberikan kartu milik Hyunsuk yang terjatuh.
"Oh! Terimakasih!" Hyunsuk tersenyum kepada penolongnya dan mengambil kartu miliknya.
Tangan mereka bersentuhan.
Tiba-tiba waktu terasa lambat untuk Hyunsuk, kepalanya terasa ringan dan jari kelingkingnya terasa panas.
Hyunsuk menatap jari kelingkingnya yang tidak sengaja bersentuhan dengan orang didepannya.
Jarinya mulai menunjukan sebuah ukiran nama yang tidak akan pernah Hyunsuk lupakan seumur hidupnya.
Park Jihoon.
To Be Continued.
Yes, cerita soulmate au pertamaku.
Maaf kalau ada typo atau salah kata ya <3.
KAMU SEDANG MEMBACA
sweet • hoonsuk • [ON-HOLD]
FanfictionSoulmate bagaikan cermin yang kita gunakan untuk melihat diri kita sendiri, tidak ada yang bisa ditutupi karena semuanya terlihat dengan jelas. - hoonsuk - soulmateau - bxb - mature content🔞