Dulu, sewaktu Hyunsuk menemukan ayah dan adiknya yang sudah mati dirumahnya sendiri, hal pertama yang dilakukan Hyunsuk adalah tidur.
Hyunsuk ikut tidur ditengah-tengah tubuh ayah dan adiknya yang sudah mendingin dan kaku, memeluk keduanya dengan sayang untuk terakhir kalinya.
Hyunsuk tidak menangis. Sedikitpun tidak ada air mata yang keluar dari matanya. Hyunsuk hanya memperhatikan nama ibunya yang tertulis di leher ayahnya.
Setelah satu jam berbaring, baru Hyunsuk bangun dari tidurnya dan berjalan menuju meja tidur yang ada disamping kasur, mengambil 2 botol obat tidur kosong dan sebuah surat kecil. Hyunsuk membuka suratnya dan membaca isinya.
Hyunsuk, Ayah minta maaf.
Dunia Ayah terlalu berat tanpa Ibu, dan Adik masih terlalu kecil untuk kehidupan yang berat dan jahat ini tanpa Ayah dan Ibu.
Hyunsuk sudah besar dan bisa menanggung semuanya sendiri.
Ayah dan Adik sayang Hyunsuk.
Hyunsuk memandang antara surat dan ayahnya secara bergantian dalam diam.
Hyunsuk mengambil telepon genggam milik ayahnya yang ada didalam laci meja, dan menelpon pamannya yang tinggal tidak jauh dari rumahnya untuk mengabari kematian adik dan ayahnya.
Satu hal yang Hyunsuk pelajari saat itu, Hyunsuk tidak ingin merasakan ditinggalkan, dan dia tidak ingin menjadi jahat untuk meninggalkan. Hyunsuk terlalu takut merasakan apa yang dirasakan ayahnya karena kehilangan ibunya, dan membuat orang lain mati perlahan karena dia tinggalkan.
Hyunsuk hanya ingin menikmati dunia yang indah ini sendirian dan mati sendirian.
.
.
Hyunsuk terlalu takut untuk keluar rumah saat ini. Sudah dua hari sejak dia tahu seseorang sedang mencarinya, Hyunsuk tidak keluar rumah sedikitpun.
Tidak pergi ke kampus, tidak pergi bekerja, hanya dirumah dan menghabiskan waktu dengan bersantai.
Hyunsuk berencana untuk terus dirumah sampai dua hari kedepan sampai seseorang memukul-mukul pintu rumahnya dengan kencang.
"Ya! Hyunsuk! Choi Hyunsuk! Buka pintunya!" Yeonjun menggedor-gedor pintu Hyunsuk dari luar dengan kencang. Hyunsuk yang mendengar teriakan Yeonjun memutar matanya malas dan segera bangun untuk membukakan pintu.
"Lama banget sih. Minggir, aku mau masuk." Yeonjun mendorong Hyunsuk kesamping dan masuk kedalam seenak jidatnya.
"Ayo siap-siap, kita pergi hari ini." Yeonjun duduk disofa Hyunsuk sambil menyilangkan kaki. "Kemana?" Hyunsuk bertanya kemana Yeonjun akan membawanya hari ini.
"Ulang tahun Soobin, cepat siap-siap!" Hyunsuk menghela nafas karena terbiasa melihat kelakuan Yeonjun yang seenaknya.
"Hhh, beri aku lima menit." Yeonjun memberikan jempolnya pada Hyunsuk dan Hyunsuk segera bersiap untuk pergi.
.
.
Kalau tau seperti ini, lebih baik Hyunsuk tidak ikut Yeonjun pergi.
Ulang tahun Soobin sangat ramai, banyak orang berdesakan untuk sekedar mengucapkan ulang tahun dan lanjut berpesta di taman belakang kediaman Soobin.
Yeonjun pergi meninggalkan Hyunsuk karena menemani Soobin menyambut tamu-tamunya, dan Hyunsuk hanya bisa menyingkir dari kumpulan orang sebanyak ini.
Hyunsuk duduk menyendiri jauh dari kerumunan masa sambil memperhatikan orang-orang yang berpesta menikmati musik yang hingar.
Saat sedang melamun, seseorang menahan bahunya dari belakang dan menekannya dengan kencang. Hyunsuk menggerang kesakitan dan berusaha melawan seseorang yang menekannya dari belakang.
Orang yang ada dibelakang Hyunsuk menundukan kepalanya rendah dan berbicara disamping telinga Hyunsuk.
"Ketemu."
To Be Continued.
Haii, kembali lagi di chapter 3. Sekali lagi, maaf banget kalau ada salah pengetikan atau typo.
Semoga kalian seneng baca tulisanku dan maaf banget kalo aku suka lama update hehe.
See you di next chapter ya <3.
KAMU SEDANG MEMBACA
sweet • hoonsuk • [ON-HOLD]
FanfictionSoulmate bagaikan cermin yang kita gunakan untuk melihat diri kita sendiri, tidak ada yang bisa ditutupi karena semuanya terlihat dengan jelas. - hoonsuk - soulmateau - bxb - mature content🔞