Two

112 20 6
                                    

Happy reading! Jangan lupa vote yaa!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Obat-obatan yang setiap hari Gray lihat kadang membuat ia ingin menangis terus-menerus, apa akan ada saatnya semua orang meninggalkan dirinya? Ia sudah cukup kehilangan wanita yang pernah tinggal bersama dengannya-ibunya. Setiap hari Gray mengkhawatirkan hal yang tidak-tidak, apa Tuhan akan mengambil semua miliknya?

Selanjutnya apa lagi? Tangisan itu akhirnya pecah secara tidak sengaja, Gojo yang melihat itu buru-buru menghampiri Gray yang berada ditempat tidurnya. Gojo mendekap Gray dengan erat, seolah-olah Gojo akan pergi-seketika ada rasa bersalah Gojo menunjukkan obat-obatan yang setiap malam ia minum secara rutin itu.

"Pah papa.." suara segukan ini adalah hal kedua yang Gojo benci.

"Papa disini kok," elusan puncak kepala yang Gojo berikan selalu-selalu, dan selalu membuat Gray menjadi lebih tenang.

"Papa jangan pergi ya.. G-gray gak mau papa pergi. Papa harus sembuh sampe obat-obatnya habis! Gray pasti selalu doain papa biar cepet sembuh, Gray gak mau ditinggal sama papa.."

"Papa gak sakit kok, nih buktinya papa masih sehat-sehat aja. Papa.. papa gak bakal ninggalin Gray sendirian kok." Apa Gray bisa percaya perkataan dari pria yang ia panggil "papa" ini? Hanya bisa berharap bahwa apa yang dikatakannya itu-benar ditepati.

"Yosh! Udah malem waktunya Gray tidur, biar besok ke sekolah gak terlambat. Papa anter ke kamar deh.."

"Gak! Gray mau tidur sama papa." Gojo turun dari tempat tidur, mencoba mengambil sesuatu-boneka? Ahh boneka ini.

"Masih inget sama boneka monyet ini gak? Kalo gak inget, hmm berarti Gray gak boleh tidur sama papa.." Goda Gojo.

"Inget kok! Inget! Ini pasti boneka yang dikasih sama om Geto kan?" Jawab Gray dengan percaya diri.

"Nahhh, ini baru anak papa. Ayo tidur, papa mau matiin lampu dulu." Gray mengangguk mengerti lalu mulai menyiapkan diri memakai selimut, memeluk guling kesayangannya-bonekanya juga. Kamar menjadi gelap tetapi tetap hangat, tangan kanan kekar Gojo mengelus wajah anaknya yang sudah tertidur lelap. Gojo memperhatikan wajah anaknya itu, betapa lucunya-tak sampai dua menit menatapnya, kedua mata salju Gojo sudah keburu tertutup, dan malam itu pun menjadi malam yang hangat, dan tentram.

"Pew pew pew! Sayang kak Hime banyak-banyak! Dewi penyelamat yang sebenarnya!" Dari kemarin malam lewat chat bahkan sampai sekarang Nobara terus mengulang ucapan itu-bedanya sekarang lewat hadapannya langsung.

"Inget bagi rata! Kakak keluar bentar ya."

"Siapp! Ehh, kak Hime mau kemana?"

"Keluar bentar cari sesuatu," langkah Utahime semakin cepat menuju pintu keluar perusahaan GPI, udara pagi menjelang siang sungguh enak. Tak perlu basa-basi, sebenarnya Utahime ingin keluar mencari sesuatu-mata salju. Bukannya urusan mereka berdua sudah selesai? Mana mungkin! Buktinya gantungan kunci milik Gray masih berada ditangan Utahime-Gray meninggalkannya kepada Utahime.

Ya, Utahime tentu tak menolak hadiah kecil dari anak customernya itu, tetapi gantungan kunci yang mungkin Gray ingin berikan tertukar. Pasalnya gantungan kunci yang berada ditangan Utahime-terdapat foto seorang ayah, ibu, dan anak sedang tersenyum bersama.

Hanya perlu sekitar dua puluh lima untuk sampai di perusahaan besar milik Gojo Satoru, langkah kaki Utahime seketika menjadi berat. Diantara memang ia tak sanggup bertemu dengan customer rada-rada itu atau memang malas, bercampur aduk. Tapi mau bagaimana lagi? Masuk saja lah!

taste like you - Gojo x Utahime . [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang