Janji • E U N O I A

19 3 0
                                    

Haruto tidak tahu harus apa sekarang, bahkan menangis pun rasanya tidak bisa karena ini terlalu membuatnya terkejut, ia membalikkan badannya melihat Hana yang masih asik menonton.

"Aku harus apa, tuhan?"

"Aku harus apa, tuhan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Dengan mata berkaca-kacanya, Haruto berjalan menghampiri Hana lalu duduk berlutut di hadapan adik kesayangannya.

"Hana..." panggilan itu terdengar sangat lemah, "Hana sayang kan sama kak Haru?" tanya Haruto.

Gadis kecil itu mengangguk sebelum menjawab, "Hana sayang kak Haru, sayang Ayah, sayang Ibu juga! Sayang banget! " jawabnya dengan penuh semangat.

Mendengar itu, Haruto hanya bisa menahan diri untuk tidak menjerit saat ini. Jika Haruto bisa memilih, ia memilih untuk ditusuk oleh ribuan jarum daripada harus mendengar kabar buruk tentang orang tuanya. Ia memang masih kecil, Namun fikirannya sudah cukup dewasa untuk memikirkan bagaimana caranya bertahan hidup tanpa kedua orang tua.

Haruto menggenggam erat jemari Hana lalu menatapnya dalam, "Hana, siap-siap dulu ya. Om Jhuan bakal datang ke sini buat jemput kita." ia memberi jeda pada kalimatnya, "Tapi Hana harus janji, apapun yang bakal terjadi nanti, Hana gak boleh nangis, gak boleh marah, gak boleh sedih" Haruto menunjukkan jari kelingkingnya yang berhasil dibalas oleh Hana.

"Janji!" Hana masih tidak mengerti keadaannya sekarang, tapi yang pasti ia sudah berjanji.

Saat Hana pergi, Haruto tidak bisa menahan tangisnya lagi, ia menangis sejadi jadinya namun tidak mengeluarkan suara. Bagaimanapun sekarang Hana adalah tanggung jawab seorang Haruto, jadi ia tidak boleh terlihat lemah apalagi di hadapan adiknya.

.
.
.

Udara malam yang dingin, lorong rumah sakit yang cukup sepi, dan suara rintik hujan menambah kesan tegang pada diri Haruto dan Jhuan yang berjalan beriringan. Hana bagaimana? Gadis kecil itu diam di mobil mengingat usia Hana yang baru menginjak enam tahun.

Sesampainya mereka di sebuah kamar, mereka dihadapkan dengan dua orang yang tengah berbaring kaku di atas ranjang rumah sakit yang tak lain dan tak bukan adalah kedua orang tua Haruto.

Pria kecil tampan itu mengangkat tangannya untuk menggenggam tangan sang Ayah yang sudah terasa dingin. "Ayah... Bukannya Ayah udah janji bakal beliin aku mainan? Kenapa Ayah malah pergi? Seingat aku Ayah tidak pernah sekalipun mengingkar janji pada Haru atau Hana." lalu ia beralih kepada sang Ibu yang kondisinya sama dengan orang yang ada di sebelahnya, "Ibu, besok pagi siapa yang bakal menyiapkan kami sarapan? Besok aku harus sekolah loh bu..." Haruto berusaha untuk berinteraksi dengan orangtuanya walaupun ia sendiri juga tau itu mustahil, tapi Haruto tetap berharap keajaiban datang kepadanya.

Saat Jhuan merangkul anak dari sahabatnya itu, Haruto langsung berbalik badan lalu memeluk Jhuan dan menangis di dalam dekapannya.

"HARU GAK KUAT! GIMANA HARU BISA HIDUP TANPA AYAH IBU!? GIMANA CARA JELASINNYA KE HANA!? HARU MARAH PADA TAKDIR!" akhirnya amarah Haruto keluar tak terkendali hingga menjatuhkan diri dan memukul-mukul tangannya ke lantai. Jhuan pun mencoba menenangkan, dengan menangkup kedua pipi Haruto yang sudah memerah, lalu ia mengusap ai mata yang masih jelas terlihat mengalir.

"Masih ada om Jhuan... Haru tidak usah khawatir ya"

Lalu Jhuan memeluk tubuh kecil itu dengan erat, ia sangat tidak suka melihat anak kecil seperti ini apa lagi anak kecilnya adalah Haruto— si anak yang baik, ceria, dan penurut.

.
.
.

Lima hari kemudian...

Suasana masih dalam berduka, kakak beradik satu ini masih belum bisa mempercayai kenyataan bahwa orang tua mereka telah tiada. Apalagi Haruto yang terus saja menyalahkan takdir hidupnya.

Hana tengah bersandar di bahu sang kakak, usapan demi usapan Haruto berikan pada Hana.

"Hana jangan sedih, masih ada kakak sama om Jhuan di sini. Asal Hana gak boleh pergi juga ya" kata-kata itu berhasil kelur dari bibir manis milik Haruto.

'Aku berjanji akan menjaga Hana, aku tidak akan membiarkan siapapun mengambilnya atau menyakitinya' monolognya.

'Aku berjanji akan menjaga Hana, aku tidak akan membiarkan siapapun mengambilnya atau menyakitinya' monolognya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Episode dua

Janji • E U N O I A
Watanabe Haruto
.
.
.

Note :

Di sini aku cuma masukin anggota treasure ya, gak ada boy/girl group yang lain.
Tapi kalau kalian ngebayangin original character di sini sebagai idol boleh kok hehe:D

Hope :

Aku harap kalian suka!
Aku harap banyak yang vote, banyak yang komen juga^^•

E U N O I A • Haruto WatanabeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang