Semesta Memihakmu

44 6 2
                                    

___

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

___

Kala itu, Feli yang baru saja kembali dari suatu tempat, duduk dipinggir ranjang miliknya. Tatapannya kosong, menatap sembarangan benda didepannya. Perlahan matanya bergulir, ke laci meja belajarnya yang berwarna abu-abu gelap tersebut.

Gadis itu bangkit. Berjalan dan menuju kearah meja belajarnya, kemudian duduk di kursi yang memang sudah ada sejak lama-pengamat diam-diam. Lalu setelahnya, tangannya bergerak menarik laci mejanya agar terbuka. Mencari sebuah buku yang bukan miliknya itu, melainkan milik seseorang yang baru saja dia temui tadi.

Buku berwarna hitam tersebut di buka. Selembar demi selembar dibaca dan di pahami, kemudian diingat. Matanya kosong, namun tetap bergulir membaca kalimat-kalimat yang di tulis acak tersebut. Tak sampai satu menit, air matanya kembali turun. Meninggalkan jejak, lalu di basahi lagi, bergantian.

Tangannya bergetar, kepalanya kembali pusing, setiap kisah yang sudah dilewatinya dengan sosok yang tadi ia temui kembali hadir, menghantarkan rasa sesak diruang dada. Tangannya berpindah, memegangi dadanya yang semakin terasa di tekan oleh setiap rasanya. Isakan kecil lolos dari mulutnya, suaranya tercekat menahan semuanya.

"Ranju, lo gak mau balik?"

Nama sosok yang dia temui tadi disebut, dengan jelas dan nyata. Sosok yang menghantarkan sakit tersebut, malah tersenyum dalam ingatan gadis yang sedang menahan sesak itu. Semakin dipaksa, semakin semuanya terasa menyesakkan, Feli berusaha.

Senyuman seorang Ranju seperti musik menyedihkan, Feli kehilangan arah, satu persatu kata, suara dan kenangannya hadir menjadi satu- menghantam kehidupan Feli untuk kedepannya. Feli menggeleng, kemudian berteriak, mengatakan kata "Tidak."

Lalu setelahnya, matanya bergulir menangkap sebuah foto yang tergantung dengan rapih di dinding kamarnya. Ranju dan dirinya, semuanya lengkap-semua kisah ditempel rapih oleh Ranju untuk dirinya, untuk rasa sesak dan bersalahnya.

"Nanti, kalo gue gak ada disamping lo setelah lo selesai operasi, jangan nyariin, ya."

"Lho, emang lo mau kemana? Bukannya mau nemenin masa-masa recorvery gue? Katanya janji."

"Iya, gue tepatin janji gue kok, cuma wanti-wanti aja, Fel. Gak semua janji bisa beneran terkabul 'kan?"

"Ngomong apa si, Nju? Jangan ngelantur, deh."

"Gue gak pergi kemana-mana, kok, cuma pindah tempat aja."

Ternyata, ucapan Ranju tentang pindah tempat itu benar adanya. Ranju-nya pergi, berpindah tempat. Tempat paling indah di alam semesta ini. Keinginan Ranju untuk membuat gadis yang di cintainya ini sembuh, dikabulkan oleh Tuhan juga Semesta. Ranju memilih berpindah, ketimbang menetap bersama Feli disini. Feli menggeleng, semuanya terlalu menyakitkan. Dan kesadarannya pun hilang. Jiwa dan tubuhnya tak mampu menopang lebih jauh, pandangannya menggelap. Tak berpindah seperti Ranju, hanya sekedar tidur melepas lelahnya sebentar.

___

Bab ini selesai, jangan terlalu larut dalam cerita ini- masih banyak cerita lain yang harus kalian selami.

feeDefausta - fR

feeDefaustaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang