sapa

17 5 0
                                    

setengah warsa dijagat asing, ia berpijak tak kenal teman pun rekan. menyendiri dibising manusia lalu lalang, menyudut diluas ruang tak terbatas. hanya intuisi dan cakrawala yang rajin didengar.

senja lalu memutih, nihil corak barang segaris. bumintara ini lain. tak sama dengan dunia yang ia pijak januari silam. nyatanya ia dilempar sejauh benua membentang.

kini petak singgahnya ditepi lajur kendaraan. dibelit potong kain tebal pada leher, dilindungi sorot tajam iris, dibentengi kaku raga yang tak goyah. eksistensinya kabur akan huru hara dan gegap gempita.

janaloka, kamu harus dengar.

malam ini ujung tahun. dentang menggelegar mengawal hampa berjalan. tak akan pernah ada prosa datang meski mau atau enggan. hanya lagu dari irama sumbang jalanan. selebihnya, angan.

titik putih jatuh dari kabut yang berkerumun. satu keping malu-malu sampai pada surai yang melamun. jiwatma berlalu di hadapan, bergoyang asta yang terbungkus kain lembut. “permisi,” suaranya ragu.

dongak pelan bermula, sorot tanya si jelaga menyusul. lantas dijawab gerak kikuk, “saya pikir anda mabuk dan perlu dibantu.”

“saya baik.” janaloka dengar, catat baik-baik tiap kosakata. “hanya sedang meratap.”

sisi hampanya diisi, hening kemudian. si puan diam, hilang kata dan malas berkata. sedang tuannya menjelajah alam raya dengan pikiran. “kelana.”

“ailana,” sambutnya sepadat tanah istanbul.

kelana ingatan // watanabe harutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang