jejak sepatu mengisi trotoar, klinting berisik lambangkan kedatangan. senja itu, toko pinggir jalan jadi singgah ternyaman. “simit?” segera, anggukan diberikan.
“lana,” baritone menyapa. seketika paras berbingkai rigma legam tersuguh di depan mata.
“lana,” balasnya atas nama ramah tamah.
kelana mematri senyum tipis, nyatanya wajah itu dijumpa lagi. “saya duduk?”
angguk kedua, “silahkan.”
sosok setengah baya yang ailana hapal datang. sepiring berisi dua makanan bulat disajikan dengan kopi pahit kegemaran anak dara. “halo lana, ingin hal yang sama?” tanyanya pada kelana.
pelik. darani agaknya memang pelik. lembar istanbul seolah pada tarik temali segaris. dan memang begitulah yang semesta ingin. kelana dan ailana untuk jadi peleburan sama dan jadi pengaburan seirama, miris.
lagi-lagi sunyi. kedai ramai jenggama hilir mudik, tak dihirau sepasang adam hawa yang terkunci di alam pikir. salju berlomba jatuh lebih dulu di hari pertama januari. segalanya tak luput dari iris kelana yang meringis dalam sepi.
“mau bertukar cerita dengan saya?” serentak dengannya kelana tersedak.
geleng enggan diberi, kali pertama ailana bersuara lebih awal, kelana sungkan harus berbagi cuka.
“tawaran teman kamu saya terima tapi saya hanya tahu kamu kelana. apakah itu teman?”
kopi pahit hari itu adalah yang paling manis yang kelana ingat baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
kelana ingatan // watanabe haruto
Fanfictionkelana yang selamanya menjelajah ingatan dalam ketiadaan © SPICA-RA , 2O21