Aku Tenang

9 5 0
                                    

Hebat, sekarang aku nyaris hampir membeku di tempat. Duduk manis dan dipeluk oleh hawa yang perlahan menguliti rasa hangat hingga menyisakan suhu yang mencekik tulang-tulang. Setoples kue kering yang baru saja aku banggakan nampak sudah teronggok menatap nanar makhluk ciptaan Tuhan ini yang masih berharap dan terus berharap.

Dari berbagai sisi semua mendukung diriku untuk menangis. Tidak, priaku berkata bahwa dia sangat lemah bilamana menatap linang bening yang kapan saja bisa dibarengi teriakan nyaring, walau senantiasa selalu bisa mengering hanya dan selalu dengan sapuan hangat darinya.

Tadi, lebat yang turun atas curahan sang langit sekarang telah usai, perannya pun tergantikan oleh rintik yang berbisik gemericik. Angin malam jua semakin menggelitik kala gemericik masih tersisa setitik demi setitik. Oh, haruskah penantianku berakhir dengan titik juga?

Sungguh aku menyesal telah berspekulasi seperti itu tadi! Kalian bisa dengar ada yang mengetuk sopan pintu kayu tepat di depan tempatku duduk? Atau ... mungkin hanya halu semataku ya?

Tidak, tidak, tidak. Kini ketukan sopan itu kian dibarengi dengan sahutan namaku olehnya yang tak kalah halus, kendatipun tidak dapat dipungkiri, rintik hujan sedikit menggerus suara halusnya. Tuhan, jika aku bermimpi tolong jangan sampai tampar pipiku, cukup sadarkan aku dengan cara terbaik-Mu.

Aku tidak salah lagi! Kekasih yang kudamba sudah bertatap denganku lagi. Sungguh aku harus berterimakasih berkat iktikad baik si rintik yang mengundang kekasihku di malam indah. Kini, kisah kita tidak punya alasan untuk berakhir titik. Akhirnya pula, tarian dalam rindu yang kita ciptakan dengan sedu sedan nan mengabu ini perlahan memelan dengan anggun dan membungkuk sopan, serta tirai merah mulai tertutup. Selesai.

Rindu yang tertambatkan oleh pasak besi berupa jarak pun kini telah lalu, kita berhasil meruntuhkannya. Engkau yang bertamu, kita yang bertemu, aku yang menjamu, kita jua yang memadu. Sungguh, malam ini aku mengatakan sejujurnya bahwasanya tidak dapat kubiaskan dengan kata-kata, meski ada kosakata baru yang pas itu pun tetap tak pernah mampu. Tapi tunggu ... ada satu hal yang mengganggu.

"Tuan, aku tak akan bertanya mengapa dan karena apa engkau datang terlalu larut. Namun, apa dirimu sudah memastikannya, memastikan bahwa benar-benar tidak ada seorang pun melihat kita bertemu? Aku terlalu kalut dan takut akan konsekuensinya, tuan."

"Lihatlah betapa cemasnya dirimu ini hmmm. Sungguh, aku sudah memastikan dengan sempurna kalau tidak ada yang melihat diriku bertemu denganmu adinda. Lagi pula, bagaimana bisa aku bertindak sembrono dan berujung mengorbankan kisah kita. Melihat seorang lelaki sendirian yang basah kuyup memasuki rumah yang sayup temaram serta ... bekas tragedi 2016 silam, itu sungguh mengherankan bukan kalau nyatanya terjadi, adinda?"

Benar, sangat jelas benar sekali. Pria tercintaku tidak mungkin melakukan sesuatu tanpa penyusunan yang matang terlebih dahulu. Kini semuanya bukan lagi penghambat kita bersatu, selagi detak yang bertalu dalam tubuhku yang tak menentu ini masih bertaut dengan milikmu, semua takkan bisa melakukan apa-apa bahkan detak milik kita masing-masing akan kelu mengucapkan sepatah kata untuk menentang kita.
















Dinyatakan rampung.














(***)








Hai hai epribadi! Jadi gimana menurut kalian ending cerita yang aku buat? Sesuai perkiraan atau malah nggak terduga? Aku yakin sih pasti banyak yang nebak bener kalau mereka bakal ketemu dan yah kalian musti tahu kalau pertemuan mereka bukan sekedar ketemu kan? Hehehe sorry untuk yang merasa belum sesuai keinginan kalian.

Dan lagi maaf bila ada typo atau salah kata penempatannya, kalian pembaca cerita ini berhak kok buat mengoreksi!

Tentu aku nggak lupa juga bakal mengucap beribu terimakasih buat yang selalu support aku dengan cara kalian sendiri. Yo, aku seneng banget! Terakhir terimakasih juga untuk yang mau meluangkan waktunya buat share cerita ini. Untuk semua, sehat selalu ya!

TERIMAKASIH

SALAM CINTA

selarasarasa

Menari Dalam RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang