Sejuta kali memandang langit hanya satu yang terlihat yaitu, awan mendung dengan suka rela masih tertera di atas sana. Terlihat menyeramkan untuk para burung yang terbang mencari makan. Terlalu menyedihkan untuk orang yang tak suka hujan. Terlalu bising untuk orang yang tak suka gemuruh petir.
Tapi Shamara suka. Dia suka bulan desember, suka harum hujan dan tidak lupa suka dengan lengkungan senyum seorang Candra Hanum. Shamara memang belum diterima cintanya. Namun Shamara dengan senang hati menyerahkan jiwa juga raganya untuk Candra seorang. Sedikit lebay, tapi Shamara serius akan hal itu.
Sama seperti saat ini. Saat awan mendung juga gemuruh petir seperti siap akan menghantam bumi, Shamara setia dengan senyumnya. Bukan menatap langit, namun menatap pria pujaannya. Sungguh kampus akan jadi tempat terindah Shamara saat ini. Tawa Candra menjadi candu yang memabukkan saat ini.
"Heh Sha! Jangan bengong sambil senyum-senyum gitu kaya orang sakit jiwa tahu.", Irmasari, atau yang sering Shamara panggil Irma itu menyenggol pelan bahunya. "Siapa? Lihat Candra?", Lanjut Irma. Mencibir kantin kampus itu tempat makan bukan lihat cowok yang kamu suka, Irma hampir mencibir seperti itu setiap hari.
"Ckk, ganggu aja. Kenapa?", Shamara mengucap masih dengan senyum yang menenteng. Jauh berbeda dengan cuaca hari ini.
"Kelas tadi ada tugas ga? Tadi aku tidur.", Ucap Irma sembari sibuk mengeluarkan laptop dari tasnya. Bersenandung ria, padahal jelas ia habis ketinggalan kelas hanya karena tidur.
"Siapa suruh, drakoran sampai begadang.", Shamara mencibir lalu menyodorkan bukunya. Shamara suka heran dengan Irma, katanya kisah di dalam drama Korea itu indah-indah. Shamara yakin itu tidak mungkin terjadi di dunia nyata.
"Maraton drakor seru, Sha. Coba deh kalau ga percaya.", Irma dengan gesit menyalin semua materi dari dosen tadi. Jago sekali memang Irma sampai-sampai ia tidur, dosen tidak tahu.
Shamara masih lekat menatap Candra. Yang terlihat mengobrol dengan teman-temannya. Entah apa yang dibicarakan sampai-sampai pujaannya itu tertawa. Shamara ingin menjadi teman Candra, supaya menikmati tawa Candra setiap hari katanya. Tapi tidak. Shamara tidak cukup dekat untuk dikatakan teman Candra.
Candra memang orang yang humoris. Menebar senyum juga membuat tertawa orang menjadi hal yang lumrah dilakukan Candra. Namun Candra menjadi pria penolak jika sandingkan dengan perempuan. Muka yang datar selalu terlihat jika berhadapan dengan perempuan. Entah kenapa. Tapi pernah sekali Candra berpacaran. Setelah putus, Candra terlihat dingin kepada perempuan. Tidak ada tahu alasannya.
Netra Shamara mengikuti arah berjalan Candra. Melihat Candra yang sepertinya akan meninggalkan kantin kampus, dengan gesit Shamara melenggang mengejar Candra. "Irma, bukunya nanti dibawa dulu ya. Biasa mau rutinitas.", Mendengar Shamara berbicara seperti itu. Irma sudah tahu Shamara akan apa.
Shamara menyamakan langkahnya dengan Candra. Melihat Candra dari samping membuat Shamara berbunga-banga. Ia kan melakukan rutinitasnya, yaitu memberi bekal nasi goreng untuk Candra. Buatan sendiri yang pasti.
"Apa sih, Sha?", Candra mendengus, berhenti melangkah kala tangan kecil Shamara menghalangi jalannya.
"Nasi goreng buat kamu, Can.", Senyum Shamara terlihat. Menampilkan deretan giginya, lucu sekali. Tapi tidak untuk Candra.
Seperti biasa, Candra hanya mengambil kotak makan berwarna kuning dilanjutnya jalan tanpa menggubris Shamara. Candra menerimanya hanya supaya cepat selesai. Candra sudah hafal betul, hari Senin kotak makan warna biru, hari Selasa berwarna kuning, hari Rabu berwarna toska, dan hari lain dengan warna lain. Candra tidak tahu warna apa itu.
"Dihabiskan ya, Can.", Shamara berteriak menatap punggung indah Candra. Shamara akan mendapat kotak makannya lagi, saat sore nanti. Itu pasti. Candra selalu mengembalikan kotak makannya setiap sore saat berpapasan di fakultasnya. Kata makasih sembari melenggang itu yang di lakukan Candra saat mengembalikan kotak makannya.
•♪•
Sebenarnya Shamara tidak setiap hari ada kelas ekonomi. Namun demi Candra, ia rela menjelajahi fakultas Candra hanya untuk melihat dan mendengar kata makasih dari Candra.
"Shamara, cari Candra?", Itu Renjuna, teman fakultas dan teman rumah Candra, katanya.
"Iya Jun. Mau pulang kamu?"
"Iya. Candra tadi di belakang. Duluan Sha."
"Ya. Hati-hati."
Shamara tersenyum kala ia melihat Candra yang berjalan dengan kotak makan warna kuning darinya. Jika cinta adalah penyakit, mungkin Shamara sudah sakit kronis cinta. Shamara tak masalah dengan Candra tidak mencintainya balik. Shamara sudah senangnya selangit hanya karena Candra mau setiap hari memakan masakannya.
"Makasih.", Dijulurkan kotak makan itu dan berlalu meninggalkan Shamara yang masih ditempat sama dengan senyumnya.
"Hati-hati Can, Besok lagi ya.", Candra mendengar teriakan itu. Candra heran kurang menyebalkan apa ia saat bersikap dengan Shamara. Candra hanya bisa bergumam.
"Ga bosan-bosannya."
Seperti tadi, mereka tidak cukup dekat untuk dikatakan teman. Candra juga tidak cukup ramah untuk menyebut mereka saling mencintai. Yang pasti Shamara sudah mencintai sejak dulu. Ingat betul hanya karena Candra memberinya satu cap copy latte miliknya sendiri untuk Shamara. Dengan alasan Ia melihat milik Shamara tumpah karena ulahnya dan teman-temannya. Cukup membuat Shamara terkesima hingga saat ini.
Shamara hanya gadis biasa, seperti yang lain. Dari keluarga yang tidak kaya-kaya amat. Shamara memang anak tunggal. Tapi ia tidak merasa kesepian. Ia akan berwarna merah jambu jika ia dapat diwarnakan. Ia berpikir selama Candra belum memiliki kekasih tidak apa-apa untuknya berusaha mengambil hatinya. Menghancurkan tembok besar milik Candra untuk para perempuan. Sudah terhitung hampir satu tahun ia mengejar Candra. Dan belum juga lelah ataupun bosan. Malah Shamara bertambah senang. Hobi baru kata Shamara.
Munafik kalau Shamara berkata ia tidak cinta kepada Candra Hanum. Jujur banyak perempuan-perempuan kampus yang suka Renjuna. Jelas Renjuna anak fakultas Ekonomi, anak organisasi, anak pendiam namun berkharisma, junjungan para dosen. Siapa yang tak kenal Renjuna, Shamara pun kenal. Tapi Shamara tidak menyukai Renjuna. Ia memilih Candra Hanum yang berhasil mengetuk hatinya. Anak humoris namun cuek. Bukan anak organisasi. Mungkin otaknya tak sepintar Renjuna, namun tawanya yang manis melebihi pria manapun bagi Shamara.
Shamara akan menghabiskan satu hari hanya untuk bercerita bagaimana Candra di kampus. Irmasari korbannya. Menjadi teman dekatnya Shamara,Irma harus kebal telinga, pasalnya Shamara akan menyebut nama Candra Hanum sehari mungkin seratus kali. Irma tidak menghitung tapi Irma jamin itu. Irma berpikir, Shamara anak bodoh yang suka dengan orang yang tidak menyukainya balik. Jujur Irma akui, Shamara memang cantik, kulitnya pun bagus, nada suara milik Shamara yang tidak pernah meninggi saat ia marah cukup membuat Shamara bertambah cantik. Namun Irma perlu jujur pula, sepertinya Shamara agak goblok untuk hal cinta mencinta. Lelah Irma menasehati manusia yang sedang jatuh cinta itu.
Entah apa yang akan menjadi akhir kisah drama cinta Shamara juga Candra. Kami harap berakhir bahagia.
Bersambung...
"Aku suka kamu,Can. Tidak masalah kamu belum atau tidak suka sama aku. Aku, Shamaratih akan suka kamu selamanya."
-Shamaratih untuk pujaannya-
"Jangan suka aku. Dasar keras kepala."
-Candra Hanum untuk Shamara-
KAMU SEDANG MEMBACA
Perihal Rasa Sesal
Fanfiction"Candra, kamu tahu kan? Aku sayang sama kamu. Tolong jangan sedih. Hidup memang seperti itu, hanya perihal menyambut dan kehilangan. Aku harap kamu kuat untuk menyambut kehilangan-kehilangan lainnya." "Aku tahu itu, tapi jujur. Tentang kehilanganmu...