Kota Lama, 2021

242 17 10
                                    

Kedatangan Rhea kembali ke kota lama disambut dengan awan mendung dan keramaian stasiun. Matanya menelisik seluruh sudut stasiun, memperhatikan hal apa saja yang sudah ia lewati setelah selama empat tahun terakhir berada di kota orang untuk menyelesaikan studinya.

Diantara banyaknya perubahan yang ada, hanya satu perubahan yang membuatnya merasa seperti ada sesuatu yang hilang.

Empat tahun lalu, setiap kali mengunjungi stasiun, Rhea akan selalu duduk di kursi tunggu paling ujung sambil membaca buku pelajaran. Belum genap sepuluh menit membaca, biasanya seorang anak laki-laki dengan seragam yang sengaja dikeluarkan, jaket denim yang jarang dicuci, sepatu penuh coretan, dan beberapa luka lebam di wajahnya menghampiri Rhea dengan dua buah roti di tangannya.

"Pulang sama gue aja, nggak usah naik kereta."

"..."

"Rhe, ayo, nanti si Veronika marah gara-gara kelamaan nunggu."

"Veronika siapa lagi?"

"Motornya Mas Rama."

"... aneh."

"Nih roti buat lo."

"..."

"Kalo rotinya diterima berarti jadi pulang bareng gue."

"Kalo rotinya gue tolak?"

"Sama aja, pulangnya bareng gue."

Memori itu terputar lagi di ingatannya. Sengaja Rhea menundukkan kepala guna menyembunyikan senyuman dan wajahnya yang kini sudah memerah.

Senyuman itu nyatanya tidak dapat bertahan lama, beriringan dengan angin yang berhembus kencang—sehingga mampu menerbangkan beberapa helai rambutnya—senyuman itu luntur dari paras ayu si gadis.

Ada beberapa alasan yang membuat Rhea sedikit menyesali keputusannya untuk kembali ke kota ini.

Ada rasa bersalah yang hinggap pada perasaannya perihal keraguan yang sempat ia simpan beberapa tahun lalu.

Ada rasa bersalah yang hinggap pada perasaannya perihal dirinya yang meninggalkan pemuda itu tanpa mengucap kata selamat tinggal.

Ada rasa bersalah yang hinggap pada perasaannya perihal dirinya yang masih belum bisa jujur.

Karena pada dasarnya, kisah yang dulu sempat mereka tulis bersama harus terbengkalai begitu saja tanpa ada akhir yang jelas sebab kepergian salah satu tokohnya secara tiba-tiba.

Apakah hari ini akan menjadi akhir dari kisah tersebut?

Atau justru akan ada kejutan lain yang semesta siapkan untuk akhir cerita mereka?

[•]

"Lo masih suka baca novel, nggak, Rhe?" Percakapan melalui telfon itu dimulai dengan Nala yang bertanya perihal novel.

"Dulu sering, tapi sekarang udah jarang," jawab Rhea dengan suara sedikit lebih keras—mengingat saat ini hujan turun begitu deras sehingga suaranya pasti tidak akan terdengar apabila ia tidak menaikkan volume suaranya.

"Gue lagi suka baca novel-novelnya Suara Aksara."

Rhea mengerutkan keningnya, merasa asing dengan nama penulis tersebut. "Oh, penulis baru?"

"Kalau buat nerbitin novelnya dia udah mulai dari dua tahun yang lalu, sih. Tapi namanya baru dikenal sekarang-sekarang ini."

"Itu nama aslinya emang Suara Aksara?"

"Bukan. Itu kayak nama pena nya aja. Dia nggak pernah ngasih tau identitas aslinya."

Rhea menganggukkan kepalanya menanggapi kalimat Nala barusan.

libra, haechan.✓Where stories live. Discover now