Halaman keempat : Selamat Ulang Tahun

56 11 9
                                    

Pagi ini saya berdiri di depan rumah berwarna hijau toska dengan membawa sebuah kue. Masih terlalu pagi untuk bertamu sebenarnya, tapi kali ini saya nggak mau kedahuluan yang lain untuk memberi ucapan selamat ulang tahun.

"Balik badan dulu, lilinnya belum dinyalain."

Rhea merotasikan bola matanya sambil tertawa pelan. Dengan gerakan cepat saya mengambil korek api di dalan saku celana dan menyalakan lilin dengan angka 18 diatas kue tersebut.

"Sekarang udah boleh balik."

Begitu Rhea berbalik, raut bahagia terlihat jelas di wajahnya. "Gilang lo tuh—ah, makasih banyak ya udah inget hari ulang tahun gue."

"Iyee, ini tiup dulu nih lilinnya."

"Ayo bareng sama lo."

"Enggak ah, kan lo yang lagi ulang tahun?"

"Udah ayo, nurut atau kita musuhan sampe tua?"

Jangankan musuhan sampai tua, musuhan tiga hari saja saya bisa uring-uringan. Akhirnya kami meniup lilin bersama lalu tertawa. Gadis di depan saya ini terus tersenyum tanpa henti, dalam hati saya berharap semoga kedepannya dunia menjadi lebih baik buat dirinya, dan kalau boleh... menjadi lebih baik untuk kita.

"Rhe, ada surat."

"Hah?"

"Baca ya, tapi nanti. Ini gue sendiri yang nulis."

Butuh keberanian buat saya menulis surat itu. Persetan dengan respon yang akan Rhea berikan setelahnya, yang jelas saya merasa sekarang waktu yang tepat untuk mengutarakannya.

"Hahaha lucu amat surat-suratan segala."

Saya cuma tersenyum, sambil sesekali mengusap tengkuk.

"Yaudah nih bawa masuk kue nya terus ayo kita berangkat."

"..."

"Kenapa kok diem?"

"Nanti gue turunnya di pertigaan aja ya, jangan di depan sekolah banget."

Aneh, nggak kayak biasanya.

[•]

Hujan turun sangat deras disaat semua siswa bersiap untuk pulang. Akhirnya banyak siswa yang berakhir menunggu di dalam kelas—atau depan kelas masing-masing.

Dan saya adalah satu diantara mereka yang memilih untuk menunggu di depan kelas.

Sejak tiga puluh menit lalu, mata saya nggak pernah lepas dari seoarang gadis yang berdiri di kelas seberang sambil berbincang dengan temannya. Kebetulan, saya memang beda kelas dengan Rhea. Entah kenapa dia lebih banyak diam, lama dia tidak menyadari keberadaan saya hingga akhirnya pandangan kami saling bertemu.

Baru saja saya bangkit—berniat menghampiri, Rhea juga turut bangkit dari kursi dan pergi menghindar.

"Lang, lang, lang."

Dari arah lain Upal datang dengan langkah terburu-buru. "Lang, jadi ngasih surat ke Rhea?"

"Jadi. Udah tadi pagi."

"..."

"Kenapa?"

"Enggak, nanti juga tau sendiri lah."

[•]

Hujan baru reda tepat di jam lima lebih sepuluh sore. Seperti biasa saya nggak langsung pulang, memilih bergabung dengan teman-teman satu circle di sebuah warung yang letaknya di dalam gang.

"Wets Lang, gimana kabar?"

"Ya gini-gini aja lah urang mah."

Keadaan warung kali ini sangat ramai. Ada yang sibuk makan karena lapar, sibuk bermain catur di pojok warung, atau mereka yang sibuk membicarakan foto-foto perempuan yang tiba-tiba tersebar di group chat.

"Lang, buruan pesen. Makan sepuasnya, Jagra yang bayar." Itu barusan Hanan, anak kelas sebelah.

"Dalam rangka apa dia bayarin kita makan?"

"Lah, masa nggak tau lo?"

Dahi saya berkerut, baru mau menjawab namun sempoat terhenti saat seorang teman lainnya menawarkan sebatang rokok.

"Biar rada tenang lah, tegang amat muka lo."

Saya terkekeh sebelum mengambil gulungan tembakau itu dari tangannya. "Nuhun, bro."

"Jadi gimana?"

"Apa yang gimana?"

"Jagra. Apa yang gue nggak tau?"

Asap rokok masih mengepul di udara, dan sebelum Hanan menjawab, Jagra datang bersama Rhea di belakangnya. Disusul dengan sorak-sorak ramai semua yang ada disini.

"Jadian nih bro?"

"Anjirr lah, kasih selamat nggak nih?"

"Eh kasih selamat dong, cewek gue ulang tahun sekarang." Dan dengan bangganya Jagra merangkul Rhea dan menyebutnya sebagai cewek gue.

Mata saya masih nggak lepas dari Rhea, begitupun dengan dia yang matanya masih terus tertuju pada rokok yang ada diantara jari telunjuk dan jari tengah saya.

Teman saya itu nggak pernah suka melihat saya merokok. Tapi saya nggak peduli, sengaja saya terus menghisap gulungan tembakau itu tanpa membuang lalu menginjaknya.

"Selamat, Rhe. Soal surat tadi, anggap aja gue nggak pernah bilang hal itu sama lo," bisik saya sebelum pergi dari tempat itu.

 Soal surat tadi, anggap aja gue nggak pernah bilang hal itu sama lo," bisik saya sebelum pergi dari tempat itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.




















________________________

Sunflwreuu selamat ulang tahun y, semoga happy birthday

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Sunflwreuu selamat ulang tahun y, semoga happy birthday.

ini telat sebenernya, tapi gapapa trobos aja deh.

semuanya habis ini langsung istirahat ya!!❤❤

libra, haechan.✓Where stories live. Discover now