Shim Jaeyoon x Lee Heeseung
Fanfiction by dreamdream_u###
"Kalian kenal sama Jaeyoon gak? Yang sering menang olimpiade itu?" tanya Layla pada circle-nya
"Jaeyoon yang cupu itu?" tanya Diska bingung
"Emang siapa lagi yang punya nama Jaeyoon selain dia?" Sarkas Gaeul
"Emang dia kenapa? Menang olimpiade lagi?" tanya Maeumi menatap Layla yang membuka pembicaraan "Gak ada yang peduli sama prestasi dia walaupun dia menang 100 kali berturut-turutpun, ya kecuali guru tua itu Shi hyuk ssaem" lanjut Maeumi sambil tertawa "Bukan itu, tadi dia kedapatan natap Kak Hee dikantin terus diciduk sama Jay" Layla mengingat kejadian beberapa waktu yang lalu saat dia berada dikanti untuk membeli cemilan "Gak lama kena bully lagi dia" Layla mengangguk menyetujui ucapan Yeona
###
"Shim Jaeyoon, tumben anak pintar kaya lu di kantin lagi? Biasanya di perpustakaan" Jay duduk disamping Jaeyoon yang sedang memakan makan siang yang ia pesan, Jaeyoon hanya menunduk tidak menjawab atau memberi respon
"Kurang enak ya? Maka-nya lu makan pelan"
Lagi-lagi ucapan Jay tidak digubris oleh Jaeyoon
Jay yang kesal karna tidak direspon mengambil secara paksa cola yang ada di tangan Ni-ki
"Cola gua njir!"
"Minta sedikit" Jay membuka tutup cola tersebut dan menumpahkannya pada nasi Jaeyoon hingga isi cola tersebut habis
"Coba lu makan pasti enak"
Bukan itu bukan suara Jay tapi suara Heeseung yang entah sejak kapan sudah berada didepan mereka
"Cepat makan Jaeyoon, crush lu yang nyuruh"
"Bukan Jaeyoon tapi lu, Jay"
Yang disana bingung kenapa Heeseung ikut campur dalam permainan Jay, padahal selama ini ia tidak peduli kepada orang yang menjadi korban bully
Bahkan jika ada seseorang yang jatuh didepannya ia memilih untuk pergi, dari pada membantu orang tersebut bangun
"Lu nanti olim kan? Makan aja bekal gua biar lu bisa fokus" Heeseung menaruh kotak bekal yang ibunya buat tadi pagi untuk makan siangnya, setelah itu ia berlalu dari sana
###
"Hee lu kenapa si?" tanya Jay kesal, beberapa hari ini Heeseung sering kali rusak suasana saat ia mengganggu Jaeyoon
"Apa yang kenapa?"
"Kenapa lu gak bisa diam pas gua ganggu Jaeyoon? Sedangkan gua ganggu yang lain lu diam aja"
Heeseung menaikkan bahunya acuh "Ya suka hati gua lah, kenapa lu yang sewot?"
"Lu ganggu kesenangan gua Hee!"
"Ya kalau kesenangan lu gak mau diganggu, jangan ganggu Jaeyoon!" Heeseung berujar emosi
"Gila lu Hee" saat Jay hendak memukul wajah Heeseung lebih dulu tangannya ditahan oleh Jaeyoon
Disana Jaeyoon melepaskan kacamatanya berucap "Lu kalau mau mukul gua sampai matipun gua gak peduli, asalkan tangan sialan lu ini gak nyentuh Heeseung" Jaeyoon menghempaskan tangan Jay sebelum dia lepas
"Mau jadi pahlawan lu? Mentang-mentang selalu di bela sama Heeseung"
"Lagipula mana mau Heeseung sama dominant culun kaya lu" lanjut Jay
"Tapi setidaknya gua gak kasar sama submissive kaya lu"
Heeseung yang namanya disebut kedua dominant kelahiran sama ini memilih untuk diam, tidak pergi dari sana atau menyela
Ia hanya ingin menikmati perkelahian yang akan menjadi perbincangan hangat beberapa hari kedepan
###
"Sudahlah Shim Jaeyoon, Hee gak mungkin mau jadi pacar lu jadi jangan ngomong kaya gitu seakan lu dominant idaman"
"Eh kata siapa?" tanya Heeseung bingung
"Ya kata gua lah, lu gak dengar gua ngomong tadi?" Jay berdecak kesal
"Ooh . . . Iya si gua gak bakal mau jadi pacarnya Jaeyoon, siapa yang mau pacaran sama dominant culun, pintar dan kebanggaan guru-guru" Heeseung berjalan pelan lalu berhenti disamping Jaeyoon dan menatap pria itu
Sedangkan disana Jay tersenyum miring dan menatap Jaeyoon remeh
"Gua mau nya jadi suami dia kalau pacar masih bisa direbut, iya gak Jaeyoon?" Heeseung memeluk Jaeyoon dari belakang, menaruh dagunya di bahu pria itu
"Kalau lu jadi suami gua, gak ada yang berani rebut soalnya lu sudah jadi hak milik gua. Iya kan?" Pria cantik itu mengecup pelan pipi tirus Jaeyoon
Tidak peduli dengan pekikan tertahan murid-murid yang ada disana, Heeseung masih nyaman memeluk dan mengendus leher jenjang Jaeyoon
Jaeyoon sendiri tidak tau harus melakukan apa, ia hanya berdiri kaku dengan semua perlakuan Heeseung otak pintarnya seketika berhenti begitu saja
END