Shim Jaeyoon x Lee Heeseung
Fanfiction by _siambisius###
Ini menyenangkan. Tidak ada yang benar benar bisa menenangkan dirinya selain ini. Heeseung saat ini sedang berdiri memandang lautan. Lautnya biru. Sama persis dengan bilah pupil matanya. Sesekali desiran ombak membasahi kakinya saat ombak kembali menyapa tepian. Heeseung berdiri memandanginya dengan lekat. Anak angin perlahan membelai begitu lembut paras eloknya. Burung burung camar berterbangan di tengah sana. Heeseung tak dapat menggapainya. Walau hati ingin. Tapi kekuatannya tak mampu.
Heeseung mulai menunduk kepala. Menatap bilah kakinya yang menapaki pasir basah lautan. Heeseung menatapnya lamat lamat. Entah kenapa atensinya terkunci penuh pada tapak kakinya. Adaapa?
Perlahan ia menundukkan tubuh. Melipat kakinya dan membiarkan tubuh bagian bawahnya di sapa air laut. Ada deburan yang menepis di wajahnya. Namun Heeseung tak peduli tentang itu.
"Kau suka?" Seseorang tiba tiba bersuara di balik tubuhnya. Heeseung tak lantas membalikkan tubuhnya. Ia tahu siapa pemilik suara berat yang menanyainya barusan. Pangerannya? Apa bisa Heeseung katakan demikian?
"Aku cukup senang. Terima kasih." Ucapnya tulus. Heeseung tak pernah berbohong tentang apapun hal yang sukainya. Sayangnya tawa lepas itu jarang ia temukan di beberapa hari terakhir mereka bersama. Terlalu banyak tekanan yang ia rasakan. Itulah sebabnya Heeseung rada sedih jika mengingat itu.
Heeseung menangkup dua tangannya. Menanti air bah laut masuk datang ke dalam tangannya. Bersamaan dengan itu, Heeseung juga mendapatkan sebuah kerang laut indah. Ia bersembunyi di balik pasir rupanya. Dan Heeseung menemukannya.
"Lihat ini." Heeseung coba menunjukkan itu padanya. "Jake." Nama pangerannya di sebut. Namun Jake masih diam ditempat. Tak ada tanda tanda ia tertarik untuk mendekat. "Aku ingin kau melihat sesuatu." Pinta Heeseung merajuk.
Jake akhirnya tertarik. Ia menarik tubuhnya mendekat. Ada Heeseung yang memutar sedikit tubuhnya untuk membuat Heeseung dapat menangkap bagaimana ekpresi Jake tentang apa yang diremukannya.
"Cantik."
Sepatah kata yang sesuai dengan harapannya. Namun tak memiliki makna dari si pengucap. Datar dan kosong. Heeseung kembali murung lagi. Dikembalikannya kerang itu pada rumahnya. Pantai.
Heeseung beranjak bangun. Ia berdiri tepat di hadapan Jake. Ia sadar sesuatu memang sejak awal. Perbedaan dirinya dengan Jake. Bukan hanya tentang tinggi badan keduanya. Tapi perbedaan yang menentang takdir yang telah ada sejak lama dalam dua wilayah berbeda itu.
"Sampai kapan kau akan begini?" Heeseung bersuara lirih. Jake menatap sorot mata sendu itu dengan tatapan tajamnya. Tak peduli dengan dirinya yang harus sedikit mendongak untuk menatap lawan bicaranya.
"Kenapa kau peduli?" Heeseung mendapatkan balasan yang tak esuai ekspentasinya. "Kau pikir setelah apa yang terjadi, akan membuatku kembali berdamai?" Jake mengikis jarak kedekatannya dengan Heeseung. Menyadari itu, Heeseung menarik mundur langkahnya. Hingga tersudutkan oleh ombak laut yang sudah sampai di batas pinggangnya. Heeseung pun sudah bukan lagi berpijak pada tanah padat. Kali ini adalah pasir basah. Yang kemungkinan jika Heeseung tak beruntung ia takkan jatuh terperosot.
"Maafkan aku." Heeseung berucap kata itu pada Jake. Sebab memang ini masuk pada ranah kesalahannya. Heeseung nekat menghabisi keluarganya, kerajaannya. Dan silsilah keluarga Jake hanya untuk hidup bersama Jake berdua. Mendampinginya sampai ajal datang menghampiri Heeseung.
Sayangnya yang terjadi? Jake sepertinya menolak kehadirannya.
"Bawa aku bersamamu." Heeseung berucap pelan. Ada sirat lirih dari ucapan itu. Hatinya teriris sakit. Dan orang yang pikirnya akan berkenan bersamanya malah kini seperti menyalahkannya atas apa yang terjadi. Bulir bening dari kelopak mata Heeseung mulai bobol. Heeseung perlahan segugukan.
Ia ingin hidup bersama Jake. Alasan dirinya pun menghabisi keluarganya agar kutukan itu tak lagi ada yang menyerukan dihadapan Heeseung saat bersama Jake nanti. "Jake." Heeseung memanggil. "Aku ingin pulang bersamamu. Kau adalah rumah bagiku. Bawa aku bersamamu."
END