Zahira 1

1.2K 57 3
                                    

#Biarkan_Aku_Pergi
Ranjang Perawan 1

"Maaf! Abang tidak bisa menunaikan kewajiban dan memberikan hakmu sebagai istri!"

Sunting masih bertengger manis, menghiasi puncak kepala Zahira. Sementara, busana pengantin khas Minang pun, belumlah lepas dari tubuh ramping gadis yang baru saja menggenapkan usianya menjadi sosok perempuan dewasa—tujuh belas tahun. Akad pun, belum terhitung hari. Sekarang, Fadil—lelaki yang baru saja menghalalkannya itu sudah membuat pernyataan yang tentu saja membingungkan bagi Zahira.

"Tidak bisa dan tidak akan pernah!" ulangnya seakan mempertegas pernyataan sebelumnya.

"Kenapa?" Mata sendu Zahira menelisik ke dalam manik elang yang menyorot tajam.

"Kamu, adikku!"

"Adik?" Zahira mengulang satu kata yang diucapkan Fadil.

"Pastinya, aku tidak mencintaimu! Rasa itu, hanya milik Nayla. Hanya dia! Tak'kan ada perempuan lain!" Suara datar dan dingin Fadil mengoyak hati Zahira. Haruskah sebegitu lugasnya lelaki itu menyatakan perasaan dan menyakitinya?

"Tapi—di luaran sana, banyak suami yang tidak mencintai istrinya. Mereka bisa bahagia!"

"Itu mereka! Bukan aku!"

"Tidak ada salahnya mencoba! Siapa tahu, dengan kehadiran anak, rumah tangga kita bisa bertahan." Buru-buru Zahira menggigit lidahnya. Ia menekur dalam, melihat tatapan membunuh  Fadil.

"Sebegitu inginkah kamu disentuh? Murahan!" Fadil mendecih! Ucapannya terdengar sinis di telinga Zahira. "Ternyata, Zahira Malik tidak sepolos yang aku sangka." Lelaki itu menarik sudut bibirnya, menciptakan garis lengkung di tulang pipi dan mata yang menyipit.

"Bu—bukan begitu, Bang!" Zahira gugup! Tangan kanannya melambai, mempertegas jika ucapan Fadil tidak–lah benar adanya.

Mengabaikan pembelaan Zahira, lelaki yang telah berganti pakaian itu melangkah ke sofa panjang yang ada di sudut kamar. Setelah sebelumnya, ia mengambil selimut di dalam lemari tiga pintu yang bersandar di dinding bernuansa abu-abu.

"Kamu tidur di ranjang! Biar abang yang menempati sofa ini!" Fadil melunak! Terbukti, lelaki dua puluh delapan tahun itu kembali menamai dirinya abang.

"Kenapa abang tidur di sana? Bukankah, kasur itu luas? Ira rasa, cukup untuk kita berdua."

Seketika, Fadil yang hendak merebahkan tubuh jangkungnya, terpana! Mata setajam elang itu menatap Zahira. Ada raut tak senang, saat mendengar kalimat bantahan yang terus saja terlontar dari bibir tipis Zahira.

"Apa Ira salah? Kenapa Abang marah?"

"Jangan terlalu banyak berharap dengan pernikahan ini! Bagiku, kamu tak lebih dari perempuan yang tanpa sengaja masuk ke dalam kehidupanku. Aku tidak mencintaimu! Karena itu, kita jalani hidup masing-masing! Kamu dengan hidupmu, begitu juga aku!"

Kata-kata peringatan Fadil yang mengalir lancar disertai suara dingin dan datar, menusuk ulu hati Zahira. Apa meski segamblang itu, lelaki yang telah merubah status mereka dari sepupu menjadi suami–istri mengungkapkan ketidaksukaannya? Tidak adakah, sedikit saja empati untuk menjaga perasaan wanita yang saat ini telah menempatkan diri menjadi tulang rusuknya?

Sekian tahun Fadil dan Zahira menjalani kehidupan layaknya kakak–adik. Sekarang, karena suatu musibah, membuat mereka terjebak dalam zona yang tidak nyaman. Kematian calon mempelai wanita, membuat pernikahan Fadil terancam batal. Tidak mau hal itu terjadi, Bashir—paman Zahira sekaligus ayah Fadil, berinisiatif menjadikan sang keponakan sebagai menantu. Lalu, apakah itu salah Zahira? Kenapa ia yang terpaksa menjalani pernikahan di usia muda, mendapatkan perlakuan tidak layak dari sosok lelaki yang telah mengikatnya.

Biarkan Aku PergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang