01

274 39 149
                                    

Martin Moore terpaku di tempatnya. Keragu-raguan terus membelitnya. Hal ini sering terjadi ketika ia hendak menghadapi ayah dari kekasihnya. Sifat tegas, mengintimidasi, dan ketusnya membuat Martin harus mencari alasan untuk menghindari pertemuan dengan orang tua kekasihnya. Bukannya tidak mau, tapi Martin merasa rendah diri. Namun kali ini, mau tidak mau dia mengiyakan ajakan sang kekasih untuk bertemu ayahnya agar ia tidak kecewa.

Sejak awal ayah Lily -kekasih Martin- memang tidak merestui hubungan asmara si bungsu. Dia merasa Martin tidak cukup baik untuk anaknya. Apalagi Martin berprofesi sebagai pemain bola. Hal itu tidak lebih baik dari menjadi seorang pengusaha sebuah perusahaan seperti mantan kekasih Lily dahulu. Dia juga mengkhawatirkan pendidikan sang putri. Sejak berhubungan dengan Martin, Lily sering membolos kelas hanya untuk menemani Martin latihan dan menonton pertandingan di stadion. Dia tidak suka itu.

Dan Lily adalah Lily. Gadis keras kepala yang mencintai Martin. Baginya lelaki itu sudah lebih dari cukup untuk menyempurnakan hidupnya. Lily bahagia memiliki Martin di sisinya. Laki-laki itu ramah dan penuh kasih sayang. Dia juga penuh semangat. Yang Lily sukai dari pria itu adalah pria itu selalu berhasil membuatnya tenang meski hanya dengan ulasan senyumnya. Martin adalah tipekal pria yang selalu mengalah agar wanitanya bahagia. Lily sangat percaya diri bisa memiliki Martin, ia tidak peduli dengan apa yang dikatakan orang lain, termasuk ayahnya.

Lily melirik Martin yang menunduk dekat mobil SUVnya. Lily mengerti bagaimana perasaan Martin saat ini. Dia melakukan ini agar sang ayah sadar bahwa Martinlah yang Lily mau, dan agar Martin tahu bahwa ayahnya tidak membencinya.

Gadis itu memegang kedua bahu sang kekasih. Martin mengangkat kepalanya, menemukan dua pasang sorot lembut menatapnya. Lily tersenyum. "It's gonna be fine. I promise."

Lily menggenggam tangan sang kekasih masuk ke rumah. Dia menyapa begitu masuk ke dalam rumah. Namun tidak ada sambutan apapun dari sang ayah, kecuali keluarga kecil sang kakak dari Lily yang memang sangat mendukung hubungan mereka. Terlebih suami dari kakak Lily adalah penggemar berat klub Chelsea.

"Bagaimana perjalanan kalian?" tanya Liora, setelah mengecup kedua pipi sang adik dan memeluk Martin singkat.

"It's awful. Hujan deras membuat perjalanan kami sedikit terhambat. Namun begitu sampai, hujan berhenti. It's annoying, isn't it?" Lily mengeluh sembari melepaskan coat cokelat dan menggantungnya dekat pintu.

"Uncle Martin!" teriak Neil, anak Liora yang berumur lima tahun itu berhambur memeluk Martin.

Martin tersenyum dan memangku bocah yang tersenyum-senyum dengan mata berbinar itu.

Lily berkacak pinggang. "Okay, great! Kau sudah tidak menyayangi bibimu ini ya, Neil?"

Bocah itu terkekeh. Lalu merentangkan tangannya pada Lily. Dengan sigap wanita itu memeluknya dan mengayun-ayun bocah itu sampai ia tertawa riang. "I miss you, aunty."

"And?" Lily menaikan kedua alisnya. Ingin mendengar lebih dari keponakannya.

"And I love you," katanya yang langsung dihujani ciuman Lily.

Begitu Neil turun dari gendongan Lily, wanita itu mengedarkan matanya mencari keberadaan ayahnya. Lalu ia menatap Liora dan bertanya, "Where is dad?"

Tanpa suara, Liora menggerakkan dagunya ke kanan, di mana ruang keluarga berada. Lily mengangguk. Lalu menatap Martin yang minim suara sedari tadi.

"Aku akan menyapa ayahku dulu, kau mau ikut?" tanya Lily.

Meski ragu, Martin mengangguk. Dia masih sadar akan siapa dirinya. Walaupun belum mendapat restu dari ayah Lily, setidaknya dia harus menunjukkan etika yang baik terhadap orang tua.

"Dad, aku pulang," kata Lily.

Harry Johnson, ayah Lily, memalingkan wajah dari siaran televisi yang sedang ditontonnya. Dia tersenyum melihat si bungsu. Kemudian menatap datar pada seseorang di samping putrinya.

"Good afternoon, sir," sapa Martin gugup.

Menyadari kecanggungan yang ada, Liora berdeham dan mengalihkan perhatian semua orang. "Um, aku sudah memasak tadi, jadi bagaimana kalau kita makan bersama dulu? Kalian pasti sangat lapar karena menempuh perjalanan yang jauh. David, honey, tolong panggil Nate untuk makan," kata Liora tersenyum. "Ayo."

Lily dan Martin mengangguk. Wanita itu lalu menggenggam hangat tangan berkeringat Martin. Pria itu menoleh dan mendapati Lily tersenyum dan berbisik, "It's okay. Just relax."

Hati Martin menghangat.

*****

Mason Mount as Martin Moore

Bella Thorne as Lily Johnson

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bella Thorne as Lily Johnson

Bella Thorne as Lily Johnson

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Reflection ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang