Bab 4 Annisa Sadar Dan Rencana Pesta

2 2 0
                                    

Pagi yang cerah menyinari sang surya, semuanya setia menjaga Putri cantik yang terlelap. Kesedihan masih mewarnai seisi rumah itu.

"Apakah adikku sudah bangun?" tanya Adrian cemas namun tetap berwajah datar.

"Belum, Pangeran. Tampaknya, racun yang ada dalam tubuh indah itu mulai bekerja sangat lancar," ucap Haris yang usianya dua puluh tahun.

"Kenapa kamu tidak berbicara padaku sejak awal, Haris? Kalau seperti ini, adikku tidak akan se..."

"Tidak, Pangeran! Anda harus optimis bahwa adik cantik cepat pulih. Aku sudah mendapatkan obat penawar racun dari Kerajaan Obat. Ijinkan aku mengobatinya," ucapnya menundukkan kepala pada seisi ruangan termasuk Adrian.

"Lakukan yang terbaik untuk adik aku!" ucap Adrian diikuti oleh orang tuanya.

"Kupercayakan padamu, nak Haris," ucap Cindy sambil mengusap air matanya.

"Baik, Bu Cindy. Saya permisi dulu." Sambil menunduk hormat kepada Ratu dan juga Raja, dia pergi menghadap Annisa. Menyentuh luka sabetan pedang dan membacakan mantra pemusnah racun. Selesai mengucap itu, perlahan luka dan racun menguap dengan sendirinya. Senyum bahagia terukir dalam dirinya.

"Habis ini, aku pastikan kamu pulih dan selalu melindungi raga dari semua musuh,"ucapnya terharu karena usaha mengobati Annisa tidak sia-sia. Lalu, dia pergi menemui keluarga Kerajaan dan sahabatnya. Bergaya seperti dokter Istana, dia berjalan dengan gagah.

"Luka dalam tubuhnya sudah menghilang bersama racun. Dalam waktu tiga puluh menit, dia sadar. Bergembiralah," ucap Haris pada semuanya. Sontak, mereka semua tersenyum haru.

"Alhamdulillah ya Allah. Terimakasih telah mengirim bantuan berupa nak Haris ini untuk menyelamatkan putri kami ini," ucap Fahrul bahagia sambil memeluk Cindy.

"Mah, habis ini kita buat anak yuk," ucapnya mengedipkan sebelah mata membuat sang empu tersipu malu.

"Pah, jangan disini ah. Aku jadi pengen, ups!" ucapnya sambil memeluk lagi.

"Ehem! Jangan pamer di depan anakmu yang belum punya pasangan ya, Pak dan Ibu," ucap Adrian yang melihat datar kepada kedua orang tua. Semua pada ketawa sumbang.

***
Tak sadar, mata Annisa mulai buka membuat Nawa histeris bahagia.

"Annisa, ayo bangun seildikit lagi! Kita harus bisa melawan Iblis itu!" ucap Nawa memberi semangat. Akhirnya, dia tersadar dari tidur panjangnya.

"Aku ada dimana ini?" tanyanya pada Nawa.

"Kamu ada di rumah cadangan kami, Annisa. Aku sedang mencemaskan dirimu ini," ucapnya sambil menghapus butiran air mata.

"Aku harus pergi dari sini, Nawa,"

"Jangan! Keluargamu ada disini. Aku panggilkan mereka untukmu yah," ucapnya membuat gadis itu terpaku sendu. Lalu, dia pergi menuju ruangan tempat semua orang berada.

"Annisa sudah siuman, mari ikut aku menemuinya, Raja dan Ratu juga Pangeran," katanya menundukkan kepala mempersilahkan semuanya ikut.

"Annisa, kamu sadar rupanya. Kenapa tidak mati saja? Nyusahin saja!" ucap Adrian sukses membuat semua orang mendelik ke arahnya.

"Bukannya bersyukur malah nyuruh mati. Dasar es batu berjalan!" omel Bu Cindy sambil menjewer telinganya.

"Bukan main. Oh ya, kita tidak menyiapkan acara buat ulang tahun Miko Huang?" ucap Haris membuat semuanya tepuk jidat.

"Astaga! Kita lupa dengan hal ini. Sahabatku, cepat pulih nanti kita nyusun rencana untuknya," ucap Nawa diikuti anggukan kepala oleh Annisa.

"Jangan manja! Ayo kita pulang ke rumah dan mandi dengan tenang. Bau mayat!" ketus Adrian membuat Annisa melotot tak percaya.

"Kukira abang lebih sayang dan perduli padaku, ternyata...tidak," ucapnya sukses buat Adrian tampak bersalah.

"Adik abang yang manja, aku sayang pada..."

"Bohong! Aku tak nampak wajah teduh dan khawatir ketika tak sadarkan diri. Jahat kamu, Abang!" teriaknya sambi pegang dada karena sesak.

"Bukan maksudku begitu, Annisa. Tanyakan pada Haris bagaimana diriku mencemaskan seorang gadis yang lucu sepertimu?" ucap Adrian mengelus rambut dan memeluk Annisa yang sedang menangis. Setelah itu, tangisannya semakin memudar dan tersenyum bahagia. Abang datar dan dingin ini sangat menyayangi dirinya.

Siang hari, keluarga Senius meminta ijin pada Haris dan Nawa sekaligus mengucapkan terimakasih atas membantu kesembuhan Annisa. Ternyata, mereka berdua ingin menyusun rencana untuk hari ulang tahun Miko Huang yang ke lima belas. Waktu untuk menyiapkan semuanya hanya hari ini. Besok adalah waktunya memberi kejutan untuk Miko Huang.

"Aku akan membuat dia bahagia karena sudah mengabdi pada Kerajaan Senius untukku dan Annisa." Adrian melihat Miko dan Yuki berbahagia di taman itu.

Dear Princess Cumi, I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang