Beberapa hari berlalu, Rama belum pernah bertemu lagi dengan Rara semenjak kejadian di depan toilet itu.
"Is?, menurut elo gimana?, cinta pada pandangan pertama tu ada nggak sih?, Rama bertanya sambil duduk di lantai bersandar pada sofa ruang tamu rumahnya.
"Sekali aja gue ingetin nih ya, stop panggil gue Is, panggil aja Faisal, atau Fais kek, Isal juga bisa kan?. Nanti orang-orang nyangkanya Iis Dahlia gimana coba?" Faisal kesal.
"Iya-iya deh, jadi gimana bos Faisal..?, saya dengar-dengar anda sudah pacaran sejak SMP ya?, dan bagaimana soal cinta pada pandangan pertama?," Rama mengulang pertanyaan dengan malas.
"Ya ada lah cuy, anda bertanya pada orang yang tepat. Cinta pada pandangan pertama itu benar adanya wahai kawanku," kata Faisal berlagak seperti motivator.
Fajar berdiri dari sebelah kiri Rama dan pergi ke dapur untuk mengambil minum.
"Eh nitip dong sekalian", Faisal melihat Fajar menuju arah dapur.
"Iyahh...," balas Fajar.
"Eh iya, itu di kulkas ada es krim tadi malem kelebihan belinya. Kalo mau ambil aja Jar", teriak Rama pada Fajar di dapur.
"Jadi gini broku yang pintar, cinta pada pandangan pertama itu tuh ada. Cuman..., elunya aja yang memilih untuk nggak percaya," Faisal menjawab Rama sambil rebahan di sofa.
"Ya jelas nggak percayalah, ada gituh?, orang pertama kali baru ketemu terus langsung cinta?," Rama heran.
Fajar kembali dari dapur membawa dua botol air dingin.
"Ada bro, yaelah nggak percaya banget dah ah. Cinta itu beda bro, nggak sama kayak mata pelajaran yang kalo ulangan elu dapet seratus itu tuh." Faisal meyakinkan Rama.
"Cinta itu bisa merubah seseorang. Entah menjadi pribadi yang lebih baik, atau bahkan bisa jadi lebih buruk," Fajar yang sedang ngerjain tugas, tiba-tiba ngomong.
"Nahhhh tuhhh, bener kata Fajar," sahut Faisal.
"Aahhhh, terserahlah, mending ngerjain tugas, jelas bisa selesainya. Kalo mikirin cinta nggak ada abis nya," Rama mengambil bukunya.
"Idihhhh, tadi kan elu yang nanya. Lagian nih ram, cinta itu nggak usah dipikirin tapi dirasain, aaseeeekkk," kata Faisal lalu minum air dingin dan mabar game online.
"Sadar Is, tugas IPA punya elu tuh kerjain heyy... Nanti nggak dapet nilai nangesss ahahahh," Rama mengejek Faisal.
"Jangan panggil gue is pliss lahh aahh. Kan ada elu berdua, nanti tinggal liat tugas elu berdua aja kan gurunya sama, aahhaayy... cocok. Udah sono kerjain, gue mau mabarrr," Faisal ngeyel.
"Heehh!, enak aja lu tinggal nyontek," Fajar menjawab Faisal.
"Biarin..," Faisal lanjut mabar game.
Setelah mengerjakan PR, Faisal dan Fajar langsung pulang ke rumah masing-masing.
~
Memasuki minggu kedua pembelajaran tatap muka, kegiatan-kegiatan sekolah seperti ekstrakurikuler dan yang lainnya mulai dilakukan kembali.Tak sengaja Rama bertemu Rara yang sedang berdiri di depan mading membaca sesuatu sepulang sekolah.
"Haii, lagi ngapain?," tiba-tiba Rama menyapa Rara.
"Ehh, ini lagi liat info pendaftaran pengurus OSIS," jawab Rara sedikit terkejut.
"Heemmm, kayaknya gue pernah denger suara elo deh. Atau emang kita pernah ketemu?," tanya Rara pada Rama.
KAMU SEDANG MEMBACA
BERSEMI BERSAMA PANDEMI
Teen FictionPandemi memiliki dampak yang sangat besar bagi umat manusia, termasuk Rama. Ia harus hidup berdampingan dengan pandemi. Masa remaja Rama yaitu perihal asmara pun tak luput dari dampak yang ditimbulkan oleh pandemi. Asmara pertama Rama tumbuh, tapi I...