7 (Tujuh)

2 1 0
                                    

Athira membuka matanya dengan berat karena mendengar suara berisik tepat di telinganya, saat menyandarkan badannya dan melihat ponselnya, Athira berteriak kencang. Dia sangat terkejut melihat siapa yang tertidur pulas di sampingnya, walaupun memunggunginya, tetap saja tidak bisa dipercaya. Secara perlahan, Athira turun dari kasurnya dan melihat wajah laki-laki yang tertidur bersamanya.

Ia membelalakkan matanya dan berjalan mundur ke belakang, meraba pakaian yang Athira pakai apakah masih sama seperti dengan yang semalam dikenakannya. Pakaian laki-laki itu juga masih terpakai rapih, hanya saja terlihat kusut karena dipakai tidur. Athira terus mengingat apa yang terjadi dengannya semalam, sampai-sampai laki-laki itu ada di kamarnya.

Athira membangunkan Reza, sedikit mengguncangkan tubuhnya. "Mas, bangun, Mas."

Reza masih berjalan-jalan dialam mimpinya, sama sekali belum terpengaruh.

"Aduh, Mas, cepetan bangun. Nanti kerjanya telat."

Dengan berat, Reza membuka matanya. Sama seperti Athira, dia membelalakkan matanya terkejut. "Lo mau ngapain?" Ia menghalangi tubuhnya dengan menyilangkan kedua tangannya.

"Harusnya gue yang nanya, lo kenapa bisa disini?"

Reza mencoba duduk, "semalam mobil saya mogok, terus kamu bantuin saya, tapi temen kamu maksa saya buat masuk kedalam mobil yang kamu tumpangi, pas udah sampe kosan kamu, kamunya tidur, makanya saya yang disuruh anter kamu ke kamar. Saya ketiduran pas lagi nunggu mobil saya."

Athira memejamkan mobilnya, "aduh, pasti yang narik lo Jago deh, bangsat emang." 

"Sekarang jam berapa deh?"

"Setengah sepuluh." Ucap Athira.

Reza menghela napasnya, dia melihat ponselnya sudah banyak telepon yang masuk dari teman-teman kantornya. Entah alasan apa yang harus dia buat untuk menutupi kesalahannya agar teman-teman kantornya yang sudah ada janji meeting dengannya tidak kecewa. Dengan sengaja, Reza mencoba mengabaikan semua pesan masuk dari teman-temanny, tapi dia mencoba membalas pesan Artika.

"Lo telat ke kantor kan? Mau mandi dulu ngga? Kebetulan gue masih ada setelan cowok disini, mau pake ngga?"

Reza melirik Athira, lalu mengangguk. Dia tidak punya pilihan sekarang selain meminjam setelan itu kepada Athira dan bergegas ke kantornya. 

Selagi Reza memakai kamar mandinya, Athira menyiapkan baju untuk dipakai Reza. Untung saja dia masih menyimpan setelan itu didalam lemarinya, setelan yang membuatnya meringis kesal kalau diingat tentang sejarahnya. Athira memperhatikan setelan yang ada ditangannya, seakan langsung me-rewind kembali ingatan masa lalunya tanpa disuruh.

Setelah itu dia membuat teh hangat untuk dirinya dan juga Reza, Athira juga menyiapkan roti isi cokelat siap makan diatas meja kecilnya. Sambil menunggu Reza, Athira membuka kembali ponselnya dan mengirimi pesan singkat kepada teman-temannya agar mereka berkumpul saat makan siang di kantin fakultasnya untuk memberi tahu apa yanng terjadi dengannya.

Dua puluh menit sudah Reza di kamar mandi, dia sudah memakai setelan yang diberikan oleh Athira. Setelan itu tampak pas di tubuh Reza.

Athira yang melihat itu tertawa sekilas, ternyata masih bagus seperti dugaannya, tidak tampak cacat sedikit pun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Athira yang melihat itu tertawa sekilas, ternyata masih bagus seperti dugaannya, tidak tampak cacat sedikit pun. Dia bersyukur karena tidak memberikan orang lain pakaian bekas yang tidak layak.

Athira menunjuk teh dan roti isi cokelat dengan dagunya, "gue udah bikinin teh terus itu ada roti, gue ngga punya roti tawar, jadi kalo lo ngga mau makan ngga usah dibuka."

Alih-alih membiarkan roti isi cokelas itu terbungkus rapih, Reza langsung membuka bungkusnya dan memakan dengan dua gigitan. Tidak lupa juga ia meminum teh yang sudah disediakan Athira. Setelah itu, Reza langsung bersiap untuk pergi ke kantornya.

"Kalo lo naik taksi, bakalan macet, jadi mending naik ojek aja." Ucap Athira.

Reza menatap Athira, "ojek terdekat disini, dimana?"

"Mau gue panggilin temen gue atau lo cari sendiri?" Tanya Athira.

"Panggilin temen kamu.. boleh?" 

Athira mengambil ponselnya dan menelpon seseorang, Reza yang melihat itu dibuat takjub karena pergaulan Athira yang tiada batas. "Lo tunggu di bawah aja, dia lagi ambil motornya."

Reza mengangguk, dia segera keluar dari kamar Athira. "Pasti nanti saya balikin baju dan celananya."

"Ngga usah, buat lo aja, kalo ngga mau ya dibuang aja atau kasih ke orang lain. Gue bukan cowok, jadi ngga bisa pake itu." Athira melihat-lihat lorong kamarnya, "buruan deh lo ke bawah, gue ngga bisa nganterin lo karena gue masih berantakan. Nanti gue kasih tau Hendra soal mobil lo udah beres atau belumnya." Tanpa menunggu jawaban dari Reza, Athira langsung menutup pintu kamarnya.

Didalam kamarnya, Athira terduduk di tepi kasur melihat pintu dengan miris. Semua ingatan tentang setelan yang dipakai Reza benar-benar tidak mau pergi dari ingatannya. Athira mengacak-acak rambutnya dengan kesal sambil berharap ingatannya kembali sedia kala dan melupakan apa yang baru saja terlintas diingatannya.

Bunyi deringan ponsel memecah pikiran Athira, dia mengambil ponselnya tapi tidak ada telepon yang masuk, Athira mencari sumber suara. Ternyata ponsel Reza tertinggal di kamarnya. Benar-benar sangat tidak terduga. Athira tidak berani mengangkatnya, jadi dia biarkan saja berdering. Setelah telepon itu mati, Athira langsung mengubahnya menjadi mode hening.

Athira beranjak untuk mandi, dia ingat panggilan interview untuk bekerja setelah menunggu jawaban dari sebulan yang lalu. Ia tidak mau menyia-nyiakan begitu saja kesempatan kali ini. "Ayo, Ra, semangat."

***

Hope u enjoy this story!

Winwin: Puzzle PieceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang