5 (Lima)

3 1 0
                                    

Saat Reza keluar dari lift, Athira masih terdiam di sana. Pikirannya kacau dicampur malu yang amat dalam, bagaimana tidak, orang yang tadi bersikap sebagai pahlawan kesiangan untuknya adalah orang yang sama yang dia temui di bioskop dua hari yang lalu.

Tepat pintu lift kembali tertutup, ponselnya berbunyi dan menyadarkannya kembali. Sambil menerima telepon, Athira bergegas keluar dari lift. Langkahnya kembali menuju kantin fakultasnya untuk mengambil barang-barangnya yang tertinggal.

"Kalo nyari gue sama yang lain, kita udah balik ke kos Alexa, kalo mau kesini nyusul aja." Ucap Gaby dari sambungan telepon.

Athira berdecak. "Ah, sialan."

Dengan langkah besarnya, Athira menuju kantin fakultasnya yang lumayan jauh dari fakultas seni. Dia juga melihat sekitar, siapa tahu ada orang yang dia kenal dan memberinya tumpangan, syukur-syukur sampai kos Alexa sekalian.

Tapi karena sudah sore, mahasiswa sudah banyak yang pulang ke rumah masing-masing. Ada beberapa kendaraan yang lewat dan Athira yakin itu adalah mobil dosen atau adik tingkatnya. Sepertinya Athira harus bersabar lagi kali ini.

Sesampainya di kantin fakultasnya, tanpa basa-basi Athira langsung mengambil tas beserta buku yang dititipkan di kios soto kesukaannya. Dia keluar dari kantin sambil menanyakan kepada orang-orang yang dia temui saat itu, apakah mereka akan pulang sekarang atau tidak. Tapi lagi-lagi mereka bilang masih ada janji dengan dosen-lah, nunggu pacarnya-lah, nunggu pesanannya-lah, dan masih banyak lagi alasan mereka.

Athira menghela napasnya, sepertinya hari ini memang hari sialnya dia. Athira keluar dari gedung fakultasnya dan memesan ojol, tapi seseorang berteriak kepadanya.

"Woi, Athira!"

Dengan helaan napas yang berat dan juga berharap ia akan dapat tumpangan ke kos Alexa, Athira mendongak, melihat siapa yang berteriak kepadanya.

"Bareng gue aja sini, mau kemana lo?"

"Gue mau ke kos Alexa, searah ngga?"

Hendra mengangguk dari dalam mobil, "iya, cepetan masuk."

Sambil berjalan menuju mobil Hendra, Athira melebarkan senyumnya. Ternyata dia tidak se-sial yang dibayangkan, Tuhan masih ingin melihatnya tersenyum hari ini. Ia langsung membuka pintu mobil bagian depan, tiba-tiba matanya melebar karena kaget.

"Di belakang duduknya, ngga bisa berdua disini." Ucap Reza.

Athira mencoba mengerti dengan keadaan yang terjadi saat ini, bagaimana bisa si pahlawan kesiangan yang ternyata orang yang terkena tumpahan popcorn dan cappucino itu bersama dengan Hendra? Benar-benar tidak bisa ditebak.

"Kos Alexa masih yang lama kan?" Tanya Hendra.

Athira mengangguk. "Iya. Eh iya, lo mau kemana? Kalo ngga searah turunin gue di gerbang aja, biar gue kesananya naik angkot."

"Searah kok, gue mau ke tempatnya Bagus." Hendra melirik Athira dari kaca, "kenalan dong lo berdua, Thir, dia Abang sepupu gue namanya Reza. Masih inget kan lo? Dia yang nonjok Gery tadi. Nah, ini Athira, yang tadi lo tanyain."

"Udah kenal." Ucap Athira dan Reza bersamaan.

Hendra tertawa. "Duh, Bang, kalo lo jodohnya Athira, gue mesti lo jajanin tiap hari ya."

***

"HAH?"

Tangan Gaby terulur seakan menerawang masa depan Athira, "menurut gue ya, Ra, lo sama cowok itu bakalan jadi jodoh deh."

Athira memutar matanya, "ngga usah ngada-ngada deh lo pada, dunia ngga bakal sesempit itu kali."

"Eh, Ra, yang lo bilang mau kerja itu.. jadi?" Tanya Sera tiba-tiba.

Athira mengangguk. "Jadi, gue udah ada beberapa lowongan yang mesti gue apply. Lo pada mau juga? Nanti gue share deh."

"Lo beneran mau nunda skripsi?"

"Setaun doang, itu juga ngga lama. Lagian kalo ada mood, gue bakalan lanjutin lagi. Buat sekarang ngga ada." Jawab Athira.

"Udah-udah, ngga usah ngomongin skripsi sekarang. Gue lagi pusing sama dosen gue." Joana menengahi. "Sekarang.. kita seneng-seneng yuk, udah lama banget ngga refreshing kan?"

Gaby menggeleng, "ngga sekarang deh, Jo, gue lagi males kemana-mana. Disini aja, order makanan banyak-banyak, trus nonton film atau ngapain gitu. Jangan keluar ah, feeling gue ngga enak."

Alexa mengangguk menyetujui ucapan Gaby. "Bener tuh. Takutnya anak-anaknya Gery pada ngincer Ira sekarang."

Athira tertawa. "Apaan sih lo, lebay banget. Emangnya bocah gue juga ngga banyak?"

Gaby berdecak. "Ngga usah ngeyel jadi orang, Ra. Lo tau kan Gery orangnya sepicik apa?"

"Pada mau makan apa? Pizza? Spaghetti? Burger? Ayam geprek? Croffle? Donat?" Tanya Sera sambil membuka aplikasi order makanan.

Athira terkekeh pelan melihat teman-temannya yang mudah sekali terdistraksi, pada saat yang diharapkan itu menjadi poin yang bagus. Seperti sekarang ini. Athira mengambil ponselnya dan melihat ribuan chat yang masuk. Athira memang bukan seseorang yang penting di kampusnya, tapi dia cukup berpengaruh.

Walaupun hanya mahasiswa biasa, tapi semua mahasiswa di angkatannya pasti mengenalnya, apalagi tadi ada kejadian yang sama sekali tidak dia harapkan, pasti dia sudah dikenal dimana-mana sekarang.

***

Hope u enjoy this story!

Winwin: Puzzle PieceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang