Ayah Bunda

17 1 0
                                    


Flashback on 6 Juni 2011


Hari ini adalah hari ulang tahun Chandra yang kelima. Johnathan dan Sabrina memutuskan untuk membuat barbeque party di halaman belakang rumah mereka. Meskipun tak mengundang siapapun, suasana terasa sangat menyenangkan. Sabrina dan sang suami menyiapkan alat pemanggang sedangkan Mahesa dan Chandra sedang berlarian kesana kemari. Johnathan sebenarnya ingin istrinya untuk duduk saja menunggu alatnya siap digunakan, ia memang sangat menjaga istrinya yang saat ini sedang hamil 5 bulan. Ya, Sabrina sedang mengandung anak ketiga mereka..


Setelah selesai memanggang daging, Sabrina pun memanggil anak-anaknya untuk makan.

"Esa, Chandra, ayo sini makan dulu" panggilnya lembut. Membuat kedua anaknya langsung datang menghampiri dan duduk di bangku panjang, Sabrina pun meletakkan dua piring berisi irisan daging panggang dan kentang goreng di hadapan mereka berdua.

"wahh, asyik." pekik Chandra kecil lalu memasukkan irisan daging ke dalam mulutnya menggunakan garpu. Mahesa yang gemas dengan tingkah adiknya itu langsung saja menyubit pipi chubby Chandra.

"Ade makannya pelan-pelan nanti keselek" kata Mahesa sambil mengelap sudut bibir adiknya yang terkena saus.

Johnathan memperhatikan tingkah kedua anaknya itu dengan senyuman bangga. Melihat bagaimana Mahesanya yang sangat menyayangi Chandra, bahkan anak sulungnya itu tak pernah memarahi adiknya.

Jonathan menghampiri keduanya dengan dua gelas susu dingin, ia meletakkan kedua gelas itu di samping piring mereka.

"setelah habis, minum susunya ya sayang" ucap Jonathan lalu mengecup pipi Chandra dan beralih ke Mahesa untuk mengusap rambutnya dengan kasih sayang.

Johnathan dan Sabrina pun duduk di bangku seberang keduanya dan menyantap makanan masing-masing.




Selesai makan Mahesaa pun tertidur di pangkuan ayahnya. Membuat Chandra merasa bosan karena tak ada yang menemaninya bermain, Chandra pun berdiri dan menarik pelan tangan bundanya agar ikut berdiri.

"bunda, ayo temenin ade main" kata Chandra memelas. Sabrina pun mau tak mau mengikuti keinginan Chandra, ia berdiri dan berjalan mengikuti anaknya tersebut.

"Chan, jangan main lari-larian ya. Kasian adenya nanti" tegur sang ayah membuat Chandra mengerucutkan bibirnya.

"ayah ih, aku sukanya main lari-lari" protesnya

"udah mas, gapapa. Ayo sayang kita main" bela sang ibu membuat Chandra tersenyum lagi.


Keduanya pun bermain, sampai saat Sabrina ingin mengejar anaknya, kakinya tersandung di sebuah selang dan membuatnya jatuh ke depan. Sabrina tersungkur dan perutnya tertindih, ia pun berteriak kesakitan. Johnathan yang melihat itupun panik dan langsung saja meninggalkan Mahesa yang sudah bangun sejak tadi.

Johnathan menghampiri mereka dan melihat kondisi istrinya. Ia membantu istrinya untuk berdiri dan membawanya masuk ke rumah dan menghubungi dokter, ia juga menyuruh Mahesa untuk masuk menemani Sabrina. Ia lalu menghampiri Chandra yang masih kaget dengan kejadian barusan. Emosi menguasai diri Johnathan sekarang, ia mencengkram bahu Chandra dan mengguncangnya.

"sudah ayah bilang, jangan main lari-larian. Lihat sekarang? Kamu nyelakain bunda sama adik kamu. Kamu emang gamau punya adik ya? kalo gasuka seenggaknya jangan nyelakain" bentak Johnathan membuat Chandra menangis.

"ampun ayah, ade ga sengaja. hiks" jawab Chandra ketakutan. Johnathan yang sudah dikuasai oleh amarah tak tahan mendengar tangisan Chandra dan langsung menampar pipi Chandra. Bayangkan saja tangan besar milik Johnathan menampar kencang pipi lembut milik Chandra yang masih sangat kecil, saking kerasnya tamparan itu sampai membuat sudut bibir Chandra berdarah.

Tak puas hanya menampar, Johnathan mengambil selang yang membuat istrinya terjatuh dan menyambuk kaki Chandra.

"rasakan ini, dasar pembawa sial" Johnathan menyambuk Chandra berulang kali membuat Chandra berteriak meminta ampun.

"Ampun ayah ampuun, sakit sekali ayaahh. Ade ga sengaja ayah" Chandra terus memohon ampunan dari sang ayah, namun tak didengar sama sekali. Hujan pun turun membuat rasa sakit Chandra makin bertambah, luka cambukan yang masih perih harus terkena air hujan yang membuatnya tambah perih. Jangan lupakan Johnathan yang masih terus menyambuk kaki Chandra.

Mahesa yang tak tahan mendengar suara teriakan dan tangisan Chandra langsung berlari menghampiri mereka.

"ayah ini apaan sih. Ayah bisa bikin ade trauma tau ga? Lagian ga malu? bentar lagi dokter datang" Johnathan lalu menghempas selang yang dicengkramnya dan beralih mencengkram pipi Chandra.

"kalau anak saya kenapa-napa, saya ga bakal maafin kamu, bahkan bunda kamu juga bakal benci sama kamu" ucap Johnathan melepas cengkramannya lalu masuk ke rumah. Mahesa pun membantu adiknya untuk berjalan. Sesampainya di kamar, Mahesa mengobati luka Chandra.

"abang, ade takut. Ayah sama bunda nanti ga sayang lagi sama ade" ucap Chandra masih saja menangis. Mahesa pun hanya mampu menenangkan adiknya.

"sudah jangan menangis. Masih ada abang kalo nanti ayah sama bunda ga sayang ade." ucap Mahesa mengusap bekas luka Chandra dengan kapas.


Pintu kamar mereka terbuka membuat keduanya terkejut. Johnathan berdiri di ambang pintu dan menunjuk ke arah Chandra. "Kamu pembunuh, gara-gara kamu adik kamu mati. Jangan pernah berharap kasih sayang dari saya lagi" ucap Johnathan lalu meninggalkan Chandra yang sudah gemetaran.

"Ade pembunuh" kata Chandra lalu menangis kembali. "ngga de, ade ga sengaja kan?" Mahesa memeluk adiknya menenangkan.


Flashback off


"Chandra ga pernah bunuh siapapun, yah. Bahkan dia masih sangat kecil waktu itu" monolog Mahesa mengingat kejadian 10 tahun lalu yang membuat orangtuanya membenci adik kecilnya. Mahesa tak kuasa, ia menjatuhkan air matanya. Ia lalu menatap Chandra yang sudah terlelap dengan wajah polosnya.

"Abang janji bakal terus jagain Chandra, urusin Chandra, sayangin Chandra. Jadi abang sekaligus pengganti ayah bunda buat Chandra. Bahagia terus ya de" Ucap Mahesa mengelus pipi Chandra.

Tentang WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang