Hujan

9 1 0
                                    

Siang ini hujan turun dengan derasnya, membasahi kota, dengan ditambah suara gemuruh.

Sudah menjadi kebiasaan, saat turun hujan Chandra tidak akan keluar dari kelas. Sekarang ia sendirian di kelas, kepalanya ia letakkan di atas tumpukan kedua tangannya di atas meja. Sahabat-sahabatnya sedang ke kantin. Chandra pun hanya menikmati waktu sendirinya, walaupun kadang iya terkejut dengan suara gemuruh.

"Ujannya jangan gede-gede napa, suaranya gua ga suka" monolog Chandra. Tak lama setelah itu, Nando masuk ke kelas.

"Assalamualaikum bapak, kaga tidur?" Tanya Nando lalu duduk di kursi di hadapan Chandra.

"Kaga, mana bisa gua tidur pas lagi ujan deres gini." Jawab Chandra mengerucurkan bibirnya.

"Iya juga sih, nih makan, lu pasti laper" Nando pun menyerahkan plastik berisi sandwich dan sekotak susu kepada sahabatnya.

Chandra pun menerima kantong tersebut dan membukanya, matanya berbinar. Chandra pun merentangkan tangan dan memajukan bibirnya seakan ingin mencium Nando.

"Uuuu ayang Nando sweet banget deh, kan Chandra jadi sayang, sini cium" kata Chandra menggoda Nando.

"Anjir geli bego, gua sambit nih" Nando bergedik ngeri lalu mendorong bahu Chandra yang mendekat ke arahnya.

Setelah Chandra selesai makan, guru pun masuk dan mulai mengajar.

"Chan, lu ngerti ga?" Bisik Rendy yang duduk di sebelah Chandra.

"Kaga anjir, bu Fira ngejelasinnya cepet banget. Kita belum ngerti dia udah pindah materi aja" gerutu Chandra sambil berbisik.

"Dia aja ga ngerti apa yang dia jelasin, gimana kita bisa ngerti?" Kata Jendra yang duduk di depan Rendy sambil berbisik.

Chandra, Rendy dan Nando pun sontak tertawa pelan membuat guru mereka menegur mereka.

"Rendy, Nando, Chandra. Kalian ngetawain apa?" Tanya guru tersebut kepada mereka.

"Ga ada kok bu" jawab Nando cepat

"Masa kalian ketawa kalau ga ada yang lucu. Ayo bilang kalian bahas apa?"

"Anu bu, tadi ada kecoa si Jendra nya takut, jadi kita ketawa. Tapi udah dibunuh sama Nando kok" jawab Chandra setelah berpikir.

"Bener itu Jendra?" Tanya sang guru memastikan.

"Iya bu bener" jawab Jendra sambil menyengir.

"Ya sudah kita lanjut pelajarannya" sang guru pun lanjut menjelaskan materi yang sebenarnya ia tak mengerti juga, ia hanya membacakan apa yang tertera di buku paket.

Kini bel pulang telah berbunyi, para murid bernafas lega setelah lebih dari dua jam mendapatkan penjelasan yang salah, bahkan yang mendapat penjelasan lebih paham daripada yang menjelaskan.

"Huh gila, greget banget gua pengen jelasin balik ke tu guru" gerutu Rendy.

"Heh ga boleh gitu, harus tetep sopan" tegur Nando.

"Iya sih, tapi liat kan tadi kayak gimana? Itu materi simple banget, kenapa jelasinnya bertele-tele" seru Rendy kembali.

"Udah-udah, yuk pulang, ngantuk nih" kata Chandra sambil membereskan barang-barangnya.

"Iya ayo" Kata Jendra lalu mereka berempat berjalan ke parkiran. Rumah Jendra searah dengan rumah Nando, maka ia mengantar Nando pulang. Begitu pula dengan Rendy, rumahnya searah dengan rumah Chandra maka Rendy selalu mengantar Chandra pulang.

Saat ini Chandra telah sampai di depan rumahnya. "Hati-hati ya Ren" ucap Chandra pada Rendy.

"Iya Chan, salamin ke bang Esa ya" kata Rendy lalu melajukan motornya.

Chandra lalu masuk ke rumah dan memasuki kamar, "ah cape, tidur dulu bentar deh" Chandra pun tertidur.

Mahesa sekarang sudah di rumah, pekerjaan hari ini cukup melelahkan baginya. Ia pun segera memasuki kamar, saat tiba di kamar ia menemukan sang adik sedang tertidur dengan lelapnya.

Mahesa pun mendekati Chandra dan menepuk pelan bahu adiknya itu.

"De, bangun udah malem" Suara Mahesa pun membuat Chandra bangun.

Iya membuka matanya perlahan lalu menggosoknya. "Abang udah pulang? Ini jam berapa?" Tanya Chandra

"Ini jam 7, kamu mandi terus ganti baju gih." Perintah Mahesa sembari menyisir rambut adiknya menggunakan jemarinya.

"Iya abang, Chandra mandi dulu ya." Chadnra pun berlalu ke kamar mandi, sedangkan Mahesa melepas tas kerja dan jasnya.



Kini Mahesa dan Chandra sedang berada di ruang makan, mereka memesan nasi goreng untuk makan malam ini. Mahesa menyiapkan piring dan menata makanannya di piring sedangkan Chandra mengambil dua gelas air dingin untuk mereka.

Mereka berdua mulai memakan makanannya. Hanya ada suara sendok yang beradu dengan piring, sampai Chandra bertanya.

"Bang, kira-kira bunda sama ayah dari Singapur pulang dulu ga ya?" Tanya Chandra memiringkan kepalanya menghadap sang abang.

"Abang ga tau sih, kenapa Chan?" Chandra menghela nafas panjang mengaduk makanannya. Iya lalu menggelengkan kepala menjawab pertanyaan Mahesa.

"Gapapa bang, ade kangen aja sama bunda sama ayah." Jawaban Chandra membuat hati Mahesa mencelos sakit, adiknya ini sangat menyayangi ayah dan bunda mereka, namun balasannya adalah kebencian.

"Yaudah, makanannya dihabisin dong, masa diaduk terus? Nanti berubah jadi bubur loh." Mahesa mencoba menghibur adik kesayangannya itu.

"Hehe iya bang, ini ade makan." Chandra terkekeh, lalu kembali menyuapkan nasi goreng ke mulutnya. 


Setelah selesai makan malam Chandra pun membersihkan meja makan, sedangkan Mahesa mencuci piring kotor. Kini keduanya selesai dengan tugas masing-masing, mereka pun kembali ke kamar, Chandra mengerjakan tugas sekolahnya dan Mahesa mengerjakan pekerjaannya.


Setelah selesai dengan tugasnya, Chandra pun memilih untuk tidur. Ia menghampiri Mahesa yang sedang berada di mejanya.

"Bang Eca, ade tidur duluan ya?" Ucap Chandra sembari memeluk tubuh abangnya itu dari samping.

"Eh? Iya Chan, tidur ya, nanti abang nyusul." Mahesa mengelus surai sang adik dengan lembut. Chandra pun mengangguk lalu berjalan menuju ranjang dan merebahkan tubuhnya. Tak menunggu lama ia pun tertidur dengan lelap.

Tentang WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang