Akhir hayat Pena dan Buku tua

6 1 0
                                    

"Setahun sudah saat Prince kembali padaku, aku bahagia dikelilingi oleh orang-orang yang sayang padaku. Ayah yang pengertian, ibu yang penyayang dan baik, juga Prince yang tak pernah henti mengisi hari-hari ku dengan indah. Kau tau Pena, mungkin ini adalah wujud dari keinginan mu dulu, kau ingin agar aku menuntun mu mencoretkan kisah indah, namun sayang ini adalah satu lembar sebelum lembar terakhir milik mu buku. Tapi di lembar terakhir pasti akan berisi kisah paling indah dari kisah-kisah indah ku. Hari ini aku dan Prince akan datang ke tempat pertama kali kita bertemu. Kita lihat berapa banyak kisah indah yang akan ia lukis untukku hari ini, kalian tunggu dan aku akan bercerita pada kalian setelah pulang nanti." Lembar ke 199 buku tua.
"Harapan ku sama dengannya, nyawaku juga sudah tidak akan lama lagi, jadi mungkin jika kisah indahnya hari ini begitu banyak aku tidak bisa dituntunya untuk menulis semuanya pada mu buku."
"Aku sebentar lagi juga penuh, semoga yang terakhir jadi yang terindah". Keduanya terdiam dan menutup mata setelah menyaksikan Resti keluar kamar.

" Prince,, udah lama?" Resti menyapa Adi dengan wajah riang. Ada apa dengan Adi, ia hanya tertunduk dan tak menjawab sapaan pujaan hatinya. "Prince kamu kenapa, ada masalah ya, cerita aja." Resti mengangkat kepala Adi, menolehkan padanya. "Aku mau kita selesai disini." Ya tuhan,,,sekali lagi seperti ada sesuatu menyesakkan dadanya, jantungnya terasa mati, nafasnya benar-benar berhenti, tubuhnya lemas, matanya jangan ditanya lagi sangat sembab. "Dii" Hanya satu kata yang terucap dalam sesak dadanya.
Lelaki jahat itu, tanpa menjelaskan apapun atau setidaknya mengucap satu alasan pun ia pergi meninggalkan gadis sayu yang kini sudah dua kali ia remukan hatinya.
Cuaca seolah mengerti perasaan resti, rintikan hujan mulai turun membasahi tubuh lemas resti yang masih setia duduk di ayunan yang menyimpan banyak memori indahnya dengan Prince. "Kenapa, seperti ini".

Krek,, suara kunci pintu terbuka itu membangunkan Pena dan buku tua yang tengah beristirahat menikmati sisa hayatnya. Tidak berkata apa-apa dengan tubuh yang masih basah kuyup resti membuka lembar terakhir pada buku tua itu dan menuntun Pena kuno nya yang hanya sanggup menulis satu kata " Tidak". Kini Pena itu benar-benar habis masanya bersama Resti, begitu juga harapan buku mendapatkan kisah indah di lembar terakhir nya, sudah menjadi harapan tanpa kenyataan.

Pena Dan Lembar TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang