Aku dan Yeonjun

2 1 0
                                    



16.00 sore

Aku baru terbangun dari tidurku sekitar pukul tiga sore, dan sejak daritadi aku masih duduk diatas ranjangku dengan pikiran yang melayang entah kemana. Entah kenapa tibatiba saja aku sangat takut, seperti hal buruk mungkin saja akan terjadi.


‘ting!’
‘ting!’
‘ting!’


Kulirik ponsel di sudut ranjangku, ada begitu banyak notifikasi pesan dan panggilan masuk yang tidak terjawab dari Christ dan juga teman kantorku yang lain, mungkin mereka khawatir karena tidak melihatku seharian. Ahhh sepertinya aku benar benar dirindukan.


Setelah bangun dan mandi, aku berniat ingin duduk santai di ruang tamu sambil menonton siaran tv. Namun tidak ada satupun siaran yang menarik akhir akhir ini, jadi kuputuskan keluar hanya untuk sekedar jalan jalan sore. aku juga belum makan, jadi aku akan sekalian mencari makanan enak yang dijajankan di pinggir jalan dekat sini.


Mimpi yang tadi malam masih saja menghantui ku sampai saat ini, sedari tadi aku masih terus terbayang mimpi itu. Aku juga jadi termenung dan menghayal yang tidak tidak. Jadi pada akhirnya aku pergi ke minimarket untuk membeli ramyun dan makan disana. Aku benar benar stres akhir akhir ini kan. Kupikir aku butuh udara segar.


Namun ternyata duduk dengan semangkuk ramyun didepanku pun tidak bisa membuatku tenang dan bersantai. Biasanya, ramyun adalah jawaban atas segala masalahku, aku bisa sangat tenang dan menemukan jalan keluar masalahku setiap berhadapan dengan ramyun, namun tidak dengan kali ini.



‘jika aku ceritakan pada Christ, apa dia akan percaya?’



‘apa ada orang yang akan percaya pada ceritaku?’


‘apa reaksi orang ketika mendengar ceritaku?’


‘kupikir aku akan di exorcist’



‘apa yang sebenarnya sedang terjadi padaku..?’













“CHAE!!!”


“HAHH?!! APAA?!!” aku terlonjak kaget saat seseorang tibatiba berteriak memanggil namaku


“ohh, Yeonjun?! Kenapa kau teriak didepan ku? Aku kagett tau!”


“iya aku tau, dan aku tidak akan melakukannya kalau kau menyahut panggilanku dari awal” jawabnya santai, lalu dia menarik kursi didepan ku dan duduk dengan semangkuk- tidak, dua mangkuk ramyun.



“kau melamun sedari tadi, kau juga tidak terlihat di kantor agensi tadi, apa yang terjadi? Sedang ada masalah? Kau sakit?” dia mengajukan serentetan pertanyaan dengan mulut yang penuh dengan makanan.


“aishh- habiskan dulu semua makanan di mulutmu. Aku tidak apa apa, aku hanya begitu malas untuk kerja, bahkan aku baru bangun tadi jam tiga”


“heol- kurasa itu namanya bukan tidur, tapi kau latihan meninggal”






-_-







“ngomong ngomong, kenapa kau bisa ada disini jun?”


“aku baru dari rumah temanku di ujung lorong sana, aku berencana langsung pulang tapi aku melihatmu disini termenung seperti ayam sakit. yaa aku jadi mampir”




Omong omong soal Yeonjun, aku menyuruhnya untuk tidak memanggilku dengan panggilan formal, lagipula ternyata kami seumuran. Itulah mengapa dia menjadi tidak sopan seperti sekarang ini, dengan santainya dia meraih cup ramyun ku yang sudah mulai mengembang dan mulai menghabiskannya.



“heyy! Itu punyaku!” aku mencoba menarik cup ramyunku. berhasil kutarik memang, yang tidak berhasil kulakukan adalah menyelamatkan ramyun nya. cup nya sudah kosong 🙃


“kulihat kau tidak memakannya dari tadi, mie nya juga sudah mengembang dan kau sedang ada masalah namun mencoba menyembunyikannya”


Aku hanya diam meratapi nasib ramyunku yang sudah kandas. Lalu kulihat Yeonjun sedang mengeluarkan notes kecil dari tas nya dan menuliskan sesuatu disana.


“ini” ucapnya


“apa?” dia menyerahkan kertas dan selembar uang padaku.


‘siapa yang harus ku bunuh?😨’ pikirku




“uang. Kugantikan uangmu untuk beli ramyun yang baru”


“ini nomorku dan alamat rumahku, aku tidak tau sebesar apa masalahmu sekarang, jika kau butuh teman untuk berbagi ceritamu, hubungi aku atau datang kerumahku, aku menjamin seluruh rahasianya akan terjaga. Aku mungkin tidak bisa memberikan solusi yang bagus, tapi aku akan membantumu sebisa ku. Aku harus pulang sekarang, bye”


Aku hanya menatap kepergian Yeonjun sambil memegang uang dan kertas notes darinya tadi. Mungkin dia benar, aku butuh seseorang untuk berbagi cerita dan keluh kesahku. Namun, apa orang akan mau mendengarkan ceritaku?


Tbc.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 16, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ME, YOU, AND OUR MAGIC ISLANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang