ME, YOU, AND OUR MAGIC ISLAND

Aku dan Sebuah Pulau Imaji

“jadi tempat apa ini sebenarnya? Kau tinggal disini?”

“tempat ini? Aku tinggal disini”

“sendirian?”

“tidak, ada banyak hewan disini, kau mungkin akan suka berada disini”

“yaaahh itu mungkin”
.
.
.
.
.
     Sungguh keajaiban setelah menguras banyak emosi, kini aku menjadi lebih dekat dengan Terry, dia mengajakku berkeliling sekarang. ah tidak tidak, aku yang memaksanya. Aku hanya meyakinkan diriku bahwa semakin lama aku berada ditempat ini, aku semakin yakin kalau ini bukan mimpi.

     Tempat ini luar biasa cantik, langitnya merah muda bercampur ungu, ada banyak pohon yang rindang menutupi cahaya, sungai nya benar benar sangat jernih, udara segar ada dimana mana, tidak ada pencemaran udara sama sekali. ada banyak bunga liar dan aneh yang tumbuh bermekaran, ahh jangan lupakan kalau bunga bunga itu sangat harum.

     Aku juga melihat ada beberapa hewan yang aneh, salah satunya ular kecil berwarna merah bergaris merah muda (atau sebaliknya) yang datang lalu melingkar di pergelangan tangan Terry, itu terlihat seperti gelang tali yang biasa dibuat untuk mengusir hantu :((( Terry bilang ular itu selalu bersamanya. Kuberi dia nama Kang Temmy, ular itu.

     Terry mengajakku pergi kearah sungai, dia bilang Temmy mungkin ingin main air. Gila kan? Jadi aku hanya duduk dipinggiran sungai memperhatikan Terry yang menenggelamkan pergelangan tangannya ke dalam air, kemudian ular itu- (ahh maksudku Temmy ._.) dia mulai berenang entah kemana, benar benar main di dalam air.

“tempat ini luar biasa... seandainya aku bisa setiap hari main kemari”

“kau tidak bisa?”

“aku belum pernah bermimpi datang ketempat yang sama secara berulang”

“aku...tidak menger.ti?”

“kau tidak perlu mengerti”
.
.
     Kemudian hening. Tidak ada suara yang keluar selain suara aliran air sungi dan cicitan burung yang berterbangan kesana kemari. Ini benar benar damai, pulau ini mempermainkan perasaaanku. Aku takut menjadi gila karena tempat ini, namun aku dibuat tidak ingin pergi dari sini.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
     Ahh sudah kah aku memberitahu mu kalau ada bintang disini? Terry bilang disini hanya ada satu bintang. Tapi bagi ku ada dua, satu lagi di mata kiri nya karena itu terlihat sangat mirip. Dia bilang bintang itu hidup setiap hari dan setiap malam, aku tidak tau bagaimana maksudnya, tapi yang pasti katanya sih seperti itu.

.
.
.
.
“ceha..?” 

     Aku tidak tau dia memanggilku atau hanya ingin menyebutnya. Dia juga terus mengulang kata ‘Terry’ sedari tadi, sejujurnya nama itu tidak terlalu bagus :( seharusnya kuberi nama yang lebih bagus tadi.

“apa?”

“bagaimana kalau aku lupa namaku? Bagaimana kalau aku melupakanmu? Bagaimana kalau kau yang lupa nama ku? Bagaimana?” dia menanyakan serentetan pertanyaan, dan jangan lupakan caranya melihatku dengan mata bulatnya yang sempurna itu, matanya seperti tapioka pearl, LOL. terlihat seperti anak anjing yang lucu.

“maka bintang yang kau bilang selalu hidup itu akan tertidur...”
   

Dia terdiam,  menengadahkan kepalanya keatas kemudian, melihat bintang itu, bintang yang bergerak berputar tanpa henti, menyinari tempat itu dengan cahaya putih kuning yang lembut.
.
.
.
.
.
“Ceha, kau tau apa yang terjadi kalau bintang itu tertidur?”

“tidak..”

“maka langit akan kehilangan cahaya bintang dan impian serta kebahagiaan semua orang akan hilang...”

“makanya kamu jangan pernah lupa, semuanya. Tentang mu, aku, kita, dan tempat ini. cahaya bintang yang kita lihat hari ini, jangan lupakan itu selamanya.”

“baiklah, aku tidak akan pernah lupa. Aku juga tidak akan lupa

bahwa saat ini kita adalah bintang nya”

EOMMAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA   ≥﹏≤

“kau kenapa? Kenapa kau jadi merah?”

     Kurasa aku terlihat sangat salah tingkah. Wajah dan telinga ku memanas, aku benar benar malu, pasti wajahku semerah tomat sekarang. Sedangkan Terry, dia masih saja melihatku dengan tatapannya yang sendu namun dalam. rasa rasanya aku bisa ditelan kedalam mata bintang nya itu, jangan lupakan senyum nya yang manis.

“kupikir aku harus kembali” ucapku cepat, dan bahkan aku melihat kearah lain. aahhh eomma aku maluuuuuww :333

“baiklah, tutup matamu...” dia meraih kedua tanganku dan menuntun mereka untuk menutup mataku.

“ahh tunggu tunggu, apa aku bisa kembali?”

“entahlah, tapi kupikir kau harus mencoba kembali kesini”

“bagaimana caranya?”

“dengan mengingat ku?”

“......”

“aku akan menjadi keabadian mu, panggil aku dan larilah kemari, maka mantra pemanggil akan menyatukan kita”

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
      Aku membuka mata ku dan ku lihat bahwa aku kembali.

     Di kamar ku. Aku masih dalam posisi duduk di pinggir ranjang ku, masih sama seperti saat sebelum aku bermimpi eh berkhayal ehh- ah aku tidak tau harus menyebutnya apa :(( kulirik jam disebelah ranjang ku, masih menunjukkan pukul 03.30. kupikir aku sudah berkeliling entah kemana namun waktu terasa sangat sebentar.

     ‘sraaakk’
 
     Ku buka tas kerja ku, ada buku lirik didalamnya, buku kesayanganku. Buku yang biasanya kugunakan untuk menulis lirik lagu secara asal sebelum menyusunnya.

     Kubuka buku itu hingga lembar paling akhir, mengambil pena dan menuliskan sesuatu di ujung sisi lembar terakhir itu.

     Iya, sesuatu. Yang mungkin dapat merubah hidupku. Aku tidak tau, aku hanya merasa seperti ‘sihir akan terjadi padaku’ jika aku mengingatnya.

    

‘Aku, Terry dan sebuah pulau imaji’

TBC