11. Pergi

2.2K 173 24
                                    

Tidak terasa hari kelulusan sudah berlalu. Minho lulus dengan predikat mengesankan. Tentu saja, siapa yang meragukan kemampuan Minho.

Kini Minho bisa berjalan dengan normal. Walau tetap keadaannya belum pulih total, Minho belum bisa menari lagi seperti dulu. Tapi sudahlah, Minho sudah melupakan kegemarannya yang satu itu.

Tentang keputusannya untuk pergi ke Jepang, orang tuanya sudah tahu. Mereka tentu sangat terkejut dengan keputusan Minho.

Tapi untungnya, sang ayah dengan mudah mengizinkannya, ibunya pun mau tidak mau mengikuti. Walaupun beliau sempat menangis tersedu-sedu karena akan berpisah dengan sang anak.

Dan tangisan itu kembali terulang sekarang. Mereka di bandara, mengantar Minho untuk pergi.

Bukan hanya kedua orang tuanya dan Juyeon, disana juga ada para sahabatnya. Changbin, Bangchan, dan tentu saja Hyunjin.

"Lo disana juga jangan lupa pulang, sebulan sekali lah kalau bisa."

"Gila, Changbin. Bangkrut lah gue pulang sebulan sekali dari Jepang."

"Ya kan lo orang kaya, Ho."

"Tenang, ntar kalau gue udah jadi orang kaya, gue yang susulin lo ke Jepang kalau perlu seminggu sekali. Kak Changbin sama kak Chan juga entar gue beliin tiket pesawat sekalian."

"Ngayal dulu aja, Jin."

"Ah, lo mah."

"Adaw!!"

Bangchan meringis saat Hyunjin malah mencubit tangannya begitu keras. Rasanya menyakitkan.

Minho tertawa melihat keributan yang dibuat sahabatnya itu. Dia akan merindukan masa-masa seperti ini. Si nista-able Changbin, si lebay Hyunjin, dan si tua Bangchan. Ya, Bangchan disebut begitu karena kadang dia sangat bijaksana seperti orang tua.

"Udah udah... pesawatnya udah mau berangkat, gue harus pergi sekarang."

Satu per satu sahabatnya memeluk Minho. Dan tentu yang paling lebay adalah Hyunjin, dia kini menangis sesenggukan. Changbin dan Bangchan hanya saling tatap sambil berucap dalam hati 'bukan temen gue'.

Beralih pada Juyeon, Juyeon memberikan pelukan yang cukup lama.

"Lo sukses ya disana, kalau butuh apa-apa, kasih tau gue, gue langsung terbang kesana kalau perlu."

"Emangnya lo burung sampe bisa terbang?"

"Ho, serius anjir!"

"Lo juga jaga mama sama papa ya, gue titipin mereka sama lo. Sekarang giliran lo jagain mereka buat gue. Dan sukses juga jadi penerus papa."

"Hm. Lo tenang aja."

Terakhir, Minho memeluk kedua orang tuanya. Ini yang paling sulit, Minho pasti akan sangat merindukan merek berdua. Terutama mama nya, yang selalu memanjakan Minho. Sekarang, dia harus hidup mandiri tanpa ada mama nya. Tapi sudahlah, ini keputusan Minho.

"Minho pergi ya, sampai jumpa lagi."

Minho melambaikan tangannya pada semua orang yang mengantarnya. Sebuah senyuman dia berikan pada orang-orang terdekatnya itu.

"Jangan lupa hubungi mama kalau udah sampai."

"Iya, ma."

Mereka menatap tubuh Minho yang semakin lama semakin menjauh, hingga tak terlihat lagi.

Ini memang sebuah perpisahan, tapi ini kemauan Minho. Minho akan menjadi lebih baik disana. Minho akan lebih bahagia disana.

.

The EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang