8. Berkunjung

1.5K 165 1
                                    

Minho masih berpikir jika saja dia dapat mengulang waktu. Jika saja dirinya langsung menemui Jisung, bukan Lia.

Mama nya bilang, Minho tidak boleh larut terus menerus dalam kesedihan. Tapi bagaimana, dia menyesal, sangat menyesal. Kata seandainya terus berputar di otaknya.

Jisung mengajaknya untuk memperbaiki hubungan mereka berdua, tapi yang dia lakukan malah... ah, sudahlah. Minho memang begitu bodoh.

Hari ini, dia memutuskan untuk berkunjung ke apartemen Jisung. Seorang diri. Changbin menawarkan diri untuk menemani, tapi Minho menolaknya.

"Hai, Ji. Kakak datang."

Sepi. Kosong. Tidak ada suara yang menyambutnya seperti biasa.

"Kakak lama banget, liat nih Jiji udah masak, jadi makanannya dingin lagi kan..."

Dia ingat omelan Jisung jika dirinya datang telat. Padahal hanya lewat sepuluh menit, tapi si manis itu mengomel dengan cerewet.

Apartemen itu terlihat rapi. Jisung sepertinya menuruti apa kata Minho. Jisung itu sedikit pemalas, biasanya apartemennya berantakan karena Jisung malas beres-beres. Tapi Minho selalu menyuruhnya agar tidak menjadi orang malas.

"Gimana mau jadi istri kakak kalau beres-beres aja males."

"Kalau udah nikah nanti Jiji jadi rajin kok."

"Mana bisa gitu, ya harus dimulai dari sekarang dong biar terbiasa."

Minho tersenyum sendu. Mengingat semua kejadian itu. Kenangan bersama Jisung.

Minho melangkahkan kakinya menuju dapur. Tempat dia dan Jisung menghabiskan waktu untuk memasak dan bereksperimen segala jenis makanan.

Membuka kulkasnya, yang ternyata di dalamnya kosong. Hanya ada beberapa botol air mineral dan sayuran yang mulai membusuk.

"Dia masih malas berbelanja."

Ya, Jisung selalu malas pergi berbelanja ke supermarket, kecuali ada yang menemaninya. Karena Jisung bilang, nanti dia bukan berbelanja sayur, dan malah berbelanja cokelat, permen, es krim, dan makanan ringan lainnya.

Minho jadi berpikir, selama dirinya tidak bersama Jisung, apa si manis itu makan dengan baik?

Minho melanjutkan langkahnya menuju kamar Jisung. Di apartemen Jisung hanya ada dua kamar. Sementara kamar satunya malah digunakan sebagai gudang oleh Jisung.

Minho membuka pintu kamar itu. Seketika harum khas Jisung menghampiri penciumannya.

Kamarnya rapi. Benar, sepertinya Jisung benar-benar bertekad untuk menjadi istri yang baik.

Ada baju seragam Jisung menggantung disana. Minho menghirup baunya, dan masih terasa sangat nyata. Seolah Jisung masih ada disana.

Minho berjalan ke arah meja belajar Jisung, dimana si manis itu menghabiskan waktunya mengerjakan tugas. Buku matematikanya masih terbuka lebar, halaman 453. Ada beberapa coretan Jisung di halaman itu.

'Ini apa?'

'Angka ini darimana?'

'Matematika susah!'

'Jiji gak paham :('

Minho tertawa gemas melihat coretan-coretan itu. Jisung memang lemah di pelajaran matematika, dan Minho biasanya selalu mengajarinya.

"Bantuin napa! Jangan liatin doang! Ini Jiji besok kuis matematika! Jiji gak mau remed lagi, kakak..."

"Iya iya... mana sini yang gak paham bagian mana?"

The EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang