7. Kehilangan

2K 184 18
                                    

"Lo buruan ke alamat rumah sakit yang gue kasih. Sekarang."

Minho bertanya-tanya pada dirinya sendiri, menebak apa yang sebenarnya terjadi hingga Changbin menyuruhnya datang ke sebuah rumah sakit.

Dia terpaksa meninggalkan Lia. Beruntung ibunya Lia sudah stabil. Lia pun sudah tidak lagi menangis seperti sebelumnya.

"Pak, cepetan ya. Kayanya ini urgent banget."

"Siap, tuan."

Entah kenapa merasa Minho tidak enak. Rasanya juga tiba-tiba sesak. Minho yakin ada sesuatu buruk yang terjadi.

Perasaannya semakin berkecamuk disaat mobil yang dikendarai supir pribadinya melewati cafe itu. Tempat yang seharusnya dia datangi karena Jisung menunggunya disana.

Minho hanya berharap Jisung sudah pulang ke rumahnya. Karena sekarang sudah se jam lebih berlalu dari waktu yang dijanjikan.

"Tuan, ini rumah sakitnya."

Minho sampai tidak sadar jika sudah sampai. Dia memasuki rumah sakit seorang diri. Changbin menyuruhnya untuk segera ke IGD.

Sesampainya disana, Minho melihat Changbin, Bangchan, dan Felix.

Minho semakin bingung ketika Felix menangis begitu keras dalam pelukan Changbin.

"A-ada apa? Ini sebenernya ada apa?"

"Ikut gue."

Minho mengikuti Bangchan ke sebuah bilik. Sebelum membuka tirainya, Bangchan menggenggam tangannya, begitu erat.

"Chan..."

Bangchan menghela nafasnya. Terlihat dia sedang berusaha sekuat tenaga menahan tangisnya.

"Jisung..."

DEG

Jantung Minho semakin berdegup tidak karuan. Pikirannya semakin melayang, memikirkan hal-hal buruk yang terjadi.

"Lo harus kuat ya, Ho."

"Jisung kenapa?"

Sebisa mungkin, Minho tetap tenang. Walaupun dalam hati dia ingin memaksa Bangchan agar tidak bertele-tele.

"Jisung... kecelakaan. Bis yang dia tumpangi kecelakaan."

"Terus sekarang Jisung gimana? Dia disana?"

Minho menunjuk bilik itu yang masih tertutup tirai.

"Minho... Jisung... udah gak ada."

Pikiran Minho kosong. Hingga beberapa saat kemudian, dia menampar pipinya sendiri menggunakan tangannya yang tidak memakai gips.

"Ini mimpi kan? Bilang sama gue kalau ini mimpi! Ini mimpi kan, Chan!?"

"Minho..."

"Atau lo lagi bercanda... iya kan, Chan?"

"Minho... please..."

"INI GAK LUCU! BERCANDA LO GAK LUCU!!"

"Ini bukan bercanda! Lo liat sendiri!"

Kali ini bukan Bangchan, tapi Changbin yang datang sambil menarik Minho dan membuka tirai bilik di depannya.

Changbin tidak peduli kalau kaki Minho sedang sakit.

Pertahanan Minho runtuh. Dia terduduk sambil menangis di lantai rumah sakit yang dingin itu.

Itu benar Jisung. Tapi dia terlihat berbeda.

Wajahnya pucat pasi dengan lebam kebiruan di beberapa titik. Ada banyak lecet juga di wajahnya.

"Gak mungkin... Jisung pasti udah pulang ke apartemennya, ini bukan Jisung..."

The EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang