2. Penyihir Jahat

222 34 3
                                        

"Jadi, apakah kamu bersemangat terhadap kencan besar yang terjadi besok? Sudahkah kamu memilih pakaian dalam seksimu?" goda Somi, menyodok tulang rusuk milik Junkyu sementara dia meletakkan nampan makanannya di atas meja.

"Kamu harus berhati-hati saat memilih, oke? Pakaian dalam yang tepat dapat merayu priamu dalam hitungan detik, jika kamu memilihnya dengan bijak. Aku berbicara dari pengalaman. Kamu harus membuat catatan sekarang."

Junkyu memutar matanya. Jeon Somi, sahabat keduanya, sahabat karib yang menyebalkan, dan partner in crime. Gadis itu telah mengetahui hang out akhir pekannya bersama Jeongwoo. Dan terus menggoda dirinya tentang hal itu.

"Somi, aku sudah memberitahumu ribuan kali, ini bukan kencan! Aku hanya akan jalan-jalan dengan Jeongwoo dan membantunya melewati masa putusnya. Itu saja."

Somi mengintip ke kiri dengan penasaran, mendengarkan tawa Jeongwoo yang terdengar di seluruh kafetaria, lelaki itu sedang bermain-main dengan teman-teman tim sepak bolanya yang jaraknya tidak jauh dari meja miliknya.

"Dia tidak terlihat sedih sama sekali, kamu tahu itu kan." renung Somi dengan seringai.

"Dia pandai menyembunyikan perasaannya. Dia menderita jauh di lubuk hatinya, percayalah. Dia membutuhkan teman untuk membantunya melewati ini."

"Oh, baiklah, kurasa kamu benar." kata Somi sambil menepuk-nepuk rambut pirangnya.

"Kupikir! Aku juga harus ikut ke dalam hang out ini. Aku juga temannya, kan? Jam berapa aku harus datang besok?" Somi bertanya, menggigit apel dengan acuh tak acuh.

Junkyu tersedak jusnya, dia terbatuk dengan kesusahan. "Tidak! Kamu tidak perlu datang! Aku bisa menjaganya! Maksudku, aku bisa mengurus ini. Aku yakin kamu punya rencana lain untuk hari Sabtu, seperti pergi ke sebuah pesta besar... Kamu wanita yang sibuk, kan? Tidak perlu datang. Aku bisa mengatasi ini."

Somi selalu memiliki daftar panjang di akhir pekan. Gadis itu sangat populer dan juga sangat cantik. Dia memiliki seluruh paket yang lengkap, seperti pinggang yang tipis, payudara besar, rambut pirang yang panjang, bibir montok dan pantat yang besar. Tidak hanya itu, tetapi dia juga sangat pintar, dengan kepribadian yang galak.

"Oh, tapi aku benar-benar bebas." Somi membalas, memutar-mutar rambut pirangnya di antara jari-jarinya. "Aku bisa menghabiskan seluruh akhir pekanku dengan kalian!"

Junkyu resah dalam kepanikan ringan. "Mmm, jujur, Somi, kamu tidak perlu datang. Aku bisa menghibur Jeongwoo sendiri."

"Aku yakin kamu bisa." Somi merenung, menggoyangkan alisnya ke arah Junkyu.

Somi mencondongkan tubuhnya ke atas meja dan menunjuk ke arah Junkyu.

"Dengar, pretty boy. Kamu boleh berbohong semaumu pada Jeongwoo, tapi tidak denganku. Di akhir pekan ini, aku akan muncul dan menghabiskan setiap menitku dengan terpaku di sisi Jeongwoo, jika kamu tidak mengakui kepadaku, di detik ini juga, bahwa sebenarnya kamu ingin ditinggal sendirian dengannya karena jauh di lubuk hatimu, kamu berharap ini adalah kencan."

Junkyu memelototi Somi, belati api yang panas muncul di matanya.

Somi mengangkat bahu dan Junkyu menyerah dengan desahan berat.

"Baik! Kamu menang. Aku mengaku" teriak Junkyu sambil mengangkat tangan tanda kalah.

"Kamu mengakuinya...?" Somi menyuruh Junkyu untuk melanjutkan.

Junkyu melotot lagi. "Aku mengaku, aku ingin ditinggal berdua saja dengan Jeongwoo."

"Karena itu milikmu...?"

"Astaga, Somi! Kamu benar-benar menyebalkan!"

Somi terkekeh mendengar hal itu, menggoda Junkyu adalah hal yang paling menyenangkan dalam hidupnya.

Junkyu merosot dalam kekalahan, meletakkan dahinya di atas meja. Dia merasa seperti pecundang karena bersemangat tentang kencannya besok.

"Aku seharusnya memenangkan piala untuk kategori orang yang paling menyedihkan..." gumam Junkyu, terdengar kalah.

"Oh, santai, kamu adalah ratu drama besar! Tidakkah kamu memperhatikannya? Dia sama bersemangatnya denganmu terhadap kencan ini." kata Somi, melambai-lambaikan tangannya pada Junkyu.

"Ini bukan kencan untuknya, Somi. Dan dia tidak bersemangat tentang hal ini. Dia hanya senang bahwa dia akhirnya terbebas dari gadis yang menyebalkan itu, itu saja. Gadis itu sangat mengganggunya. Dia bahagia karena hal itu."

Jeongwoo memutuskan untuk bergabung dengan meja Junkyu pada saat yang tepat.

"Hai teman-teman! Hei, Junkyu, apa kabar?" Jeongwoo menyapa dengan nada khawatir. "Kenapa dengan wajahmu? Apakah kamu merasa sakit?"

"Dia baik-baik saja. Hanya menjadi ratu drama seperti biasa, kamu tahu akan hal itu." Somi meyakinkan Jeongwoo, menggigit apelnya dan mengunyahnya cukup keras.

"Yang dia lakukan hanyalah mengejekku. Aku tidak tahu berapa banyak lagi yang bisa aku terima." Junkyu merengek, bertingkah seperti ratu drama besar.

"Oh. Oke, bagus. Aku pikir kamu akan membatalkan acara akhir pekan ini." Jeongwoo berkata, kembali dengan suara bahagia.

"Aku tidak sabar untuk menunggu besok! Aku punya beberapa hal keren yang direncanakan untuk kita. Kamu akan berada di waktu terbaik yang pernah ada. Ini akan luar biasa!"

"Kedengarannya bagus! Bisakah aku ikut juga?" Somi masuk, membuat Junkyu mengangkat kepalanya dari meja.

Junkyu menyipitkan matanya kepada Somi, mengarahkan tatapan mengancam terhadap gadis itu.

Berani-beraninya penyihir jahat itu menikungku! Maksudku, membohongiku! Perempuan itu! Aku akan membunuhnya!

"Hm, kamu bisa datang jika kamu mau..." ucap Jeongwoo.

Junkyu serasa ingin membunuh Somi di hari itu juga, tetapi dia mengurungkan niatnya karena Jeongwoo menunjukkan informasi yang sangat menarik.

"Tapi kudengar kamu sudah merencanakan pesta tidur dengan tim pemandu sorak di rumahmu akhir pekan ini? Mereka baru saja membicarakannya."

Somi sudah berdiri dan melangkah menjauh dari meja. "Ups. Bagaimana aku bisa melupakannya?" Dia mencibir pada Junkyu.

"Kurasa aku tidak bisa bergabung dengan kalian. Hei, lihat jam, aku harus pergi, sampai jumpa lagi, anak-anak!" Somi berteriak dan berlari seperti orang gila, keluar dari kafetaria.

Sementara itu, Junkyu bergegas keluar dari tempat duduknya dan mengejar Somi, meneriakkan segala macam kata-kata kotor ke udara.

TWO BOYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang