Memories

124 13 3
                                    

Semilir angin menemani siang cerah kala itu. Surai silvernya bergerak mengikuti langkah kaki sosok pria berpakaian merah.

Kakinya terus berjalan, seolah membelah rumput untuk memberinya langkah. Kali ini, Ia berhenti di sebuah pohon. Tempat dirinya dan wanita itu bertemu. Tangannya diangkat, mengusap pohon yang kerap dipanggil Goshinboku. Inuyasha tersenyum, sambil mengingat saat saat Ia bertemu dengannya. Inuyasha ingat perasaan dendam dan kecewa yang dirasakannya kala melihat wanita itu.

Pohon ini adalah sejarah baginya dan juga dia. Pohon ini adalah sosok penghubung antara dirinya serta dia.

Pria itu melepaskan tangannya dari Goshinboku. Inuyasha kembali melangkah menyusuri jalannya. Sinar matahari mulai menyusup, mengisi indra penglihatannya kala pohon pohon yang mengelilingi Ia tinggalkan.

Sang Inuhanyou berjalan menghampiri sebuah sumur. Tempat Ia pergi ke masa depan, untuk menemuinya. Juga tempatnya menunggu kedatangan wanita itu.

Sebuah tempat yang menjadi saksi atas kesetiaan dan penantiannya selama tiga tahun lamanya.

Inuyasha kembali tersenyum. Mengingat memori kecil yang terlintas di pikirannya. Sebuah ingatan dimana wanita itu mengucapkan mantranya berkali-kali kala dirinya menghalangi si Gadis Cengeng agar bisa kembali ke zamannya.

Kalau dipikir-pikir, mantra itu sudah jadi bagian dalam hidupnya. Namun sayang, mantra tersebut harus hilang ditelan waktu. Inuyasha menghela nafas, menyadari bahwa mantra tersebut sangatlah dirindukannya.

Inuyasha berjalan lagi, meninggalkan sumur yang jadi penghubung antara dirinya dan juga dia. Putra bungsu dari Inu no Taisho itu sesekali menghirup udara segar yang mengelilinginya.

Tatapannya berubah sendu kala menatap batu nisan dibawah pohon yang ada di hadapannya. Namun, tatapan itu segera diubahnya dengan tatapan angkuh seperti biasa.

Inuyasha berdeham untuk sekali, "Oi, Kagome! Kuharap kau tidak marah karena aku tidak sempat mengunjungimu kemarin."

Tidak ada jawaban, tentu saja. Sosok Kagome yang selalu dipikirkannya kini sedang berbaring di bawah sana dengan tanah yang menutupinya.

Namun, Inuyasha tak peduli. Dia kemudian berjalan menghampiri makam wanita yang telah mencairkan hatinya. Sosok cengeng namun perhatian. Kagome, wanita yang telah menjadi teman hidup terbaiknya.

Inuhanyou tersebut bersandar dibalik batu nisan Kagome, "Keh. Kau pasti sedang senang disana."

Hanya keheningan dan angin yang menjawab. Walaupun begitu, Inuyasha tetap tidak peduli. Karena, inilah kesehariannya. Berjalan menuju makam, lalu mengajak Kagome bicara meskipun tanpa jawaban. Karena dengan ini, dia tidak akan merasa kesepian.

"Manusia... memiliki hidup yang pendek," ucapnya lagi dengan nada sendu. "Dan bodohnya, aku pernah berharap akan bisa hidup bersamamu selamanya."

Sang Inuhanyou menghembuskan nafas, "Walaupun begitu ... Terimakasih karena sudah mau memberikan sisa waktumu untukku, Kagome."

Kini, iris emasnya terpejam. Menikmati alam mimpi bersama angin sepoi yang menerpa wajahnya.

Pada akhirnya, waktulah yang akan berkuasa. Menentukan segalanya, dan tak bisa dihentikan dengan kekuatan sebesar apapun.

Inuyasha harap, waktu bisa dipercepat. Agar Ia dan Kagome bisa bertemu kembali. Inuyasha ingin kembali menemuinya, menggenggam tangannya, dan menceritakan segalanya pada wanita yang telah meninggalkannya untuk saat ini.






Gabud euy. Jadinya bikin fanfic gaje ini (~-v-)~

Gapapa lah. Sekalian melepas rindu pada InuKag:'D

Gimana? Ceritanya fluff banget, ya kan?! >< //plak//

Limerence [Inuyasha and Kagome Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang