TIGA

6 2 0
                                    

Musim kenaikan kelas ramai diperbincangkan orang tua dan anak anak sekolah dasar. Seringkali satu sama lain saling bertanya kapan pergi ke sekolah untuk pembagian buku raport dan hasil ulangan.

"Kamu kapan ambil raport, Dedi?" tanya Tiara. Ingin tahu apakah Dedi mendapat juara satu lagi atau tidak.

"Pasti kamu juara satu lagi ya, Ded?" Ahmad ikut menanyakan hal yang sama.

"Belum tentu, di kelasku banyak anak pintar." Ahmad dan Desi manggut-manggut bersama.

"Tapi kan, kamu selalu juara satu, Ded." Kali ini Rima ikut berkomentar matanya tak teralihkan dari permainannya membuat rumah-rumahan dari tanah.

Dedi hanya mengangguk mendengar perkataan Rima, membenarkan.

"Semoga nilai kamu lebih bagus dari kemarin, Rima," hibur Dedi lalu tersenyum.

"Ah, tidak mungkin!" sela Saiful lantang di sebelah Rima. Raut wajah Saiful menunjukkan ketidakyakinannya.

"Rima kan, malas mengerjakan tugas," imbuhnya. Mendengar komentar Saiful, Rima tertawa lebar memperlihatkan barisan gigi putihnya yang tersusun rapih. Memang, iya.

"Sudah sore, kalian pulanglah." Ibu Dedi keluar dari dalam rumah menghampiri mereka, "kalian harus menyiapkan alasan untuk besok." Nada bicaranya terdengar sangat angkuh.

"Apalagi kamu, Rima." Empat pasang mata melirik Rima tanpa aba-aba.

"Memang, saya kenapa, Bu?" tanya Rima menolehkan setengah badannya.

"Nilai kamu kan, yang paling rendah diantara yang lain," terangnya tanpa basa basi.

Rima tertunduk menahan panasnya mata yang sebentar lagi akan menetes. Dari sudut matanya, dia melihat Dedi menghampiri ibunya dan mengatakan sesuatu tetapi Rima tidak mendengar seketika telinganya berdengung dan pengang.

"Rima, pulang, yuk." Tiara meraih tangan Rima agar segera beranjak pergi. Ahmad dan Saiful mengekor di belakangnya tidak peduli meminta izin pulang terlebih dahulu ke ibu Dedi.

Sepanjang jalan, Rima diam membisu. Di dalam pikirannya semrawut. Perkataan ibunya Dedi terus berputar. Membuat pusing. Bayangan emak yang selalu mengingatkan tugas dari ibu guru pun berputar layaknya film. Juga bayangan mbak Nana yang selalu membantu mengerjakan tugasnya. Terus berputar berulang. Pening sekali. Tidak sadar air mata Rima menetes. Saking peningnya.

"Kita pulang duluan, ya." Ahmad dan Saiful berpisah di pertigaan jalan sedangkan Desi masih berjalan bersama Rima.

"Kalian hati-hati."

Tiara melihat kedua pipi Rima basah. Ikut merasa sedih. Terlalu sekali ibunya Dedi kalau bicara.

"Rima yang aku kenal selalu kuat. Tidak cengeng."

Rima buru-buru membersihkan wajahnya kasar. Ternyata Tiara melihat dirinya menangis.

"Tidak usah dipikirkan. Anggap saja ibunya Dedi sedang mendongeng," kata Tiara membuat Rima tertawa.

"Nah, gitu. Murah tertawa. Biar awet muda." Sekali lagi Rima tertawa.

"Mau aku bantu bersihkan wajahnya?" Tiara tidak berhenti menggoda.

"Tidak, terima kasih. Nanti timbul gosip diantara kita."

"Hahahaha." Kesedihan Rima sudah berlalu.

"Rim, besok berangkat sekolah bareng, yuk," ajak Desi saat mereka sudah di depan rumah Rima.

"Aku ke rumah, mu."

Mereka berpisah setelah Mbak Nana keluar dari dalam rumah membawa sapu ijuk yang bergagang bambu panjang. Wajahnya galak. Kedua matanya memelotot. Seolah alam mendukungnya. Angin bergerak kencang. Di sekitarnya perlahan menggelap.

"Pulang!" Rima dan Tiara bubar barisan. Rapi. Tidak saling menoleh. Telepati mereka yang berbicara.

"Besok aku ke rumah."
"Aku tunggu. Bye."

"Besok adek ambil raport, kan?" tanya Mbak Nana sambil menyapu teras.

Rima hanya bergumam menanggapi pertanyaan Mbak Nana, "aku berangkat bersama Desi besok, Mbak," katanya lalu beranjak masuk ke dalam rumah.

Mbak Nana mengiyakan perkataan Rima.

Senin pagi, anak-anak sekolah dasar Negeri 09 berhamburan ke kelas masing- masing bertemu dengan guru wali kelasnya sebelum libur panjang.

"Selamat pagi, anak-anak, ibu!" seru Ibu Tati selaku wali kelas 4A.

Hiruk pikuk anak- anak memecah keheningan setelah ibu Tati memberi salam. Rima dan Desi harap- harap cemas menunggu pembagian buku raport.

"Rima, aku khawatir nilaiku, bagus atau tidak," keluh Desi memangku sebelah tangan.

"Tenang aja, Desi. Pasti bagus, kata emak, kita pasrah hasil nilai kita, kan kita udah belajar," jelas Rima dengan bijak.

Desi manggut-manggut menanggapi perkataan Rima yang sangat bijak.

"Nanti buku raportnya akan diambil orang tua kalian ya, kalian bisa pulang dulu."

Semakin pecah suasana kelas 4A, teriak satu tiga anak, beberapa anak memukul- mukul meja dan bernyanyi-nyanyi. Sangat gaduh.

"Kita baca doa dulu sebelum pulang." Ibu Tati memberi aba-aba untuk bersiap pulang.

"Duduk bersiap!" seru Aji sebagai ketua kelas. Hening sekejap, anak-anak duduk rapih dengan meletakkan tangan diatas meja. Mereka membaca doa bersama, kompak dan seru.

"Jaga kesehatan kalian, tetap semangat. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," seru ibu Tati.

Seluruh siswa kelas 4A menjawab salam dengan kompak. Sangat antusias.

"Assalamualaikum!" seru Mbak Nana saat sudah di depan teras.

"Waalaikumsalam." Emak dan Rima menjawabnya bersamaan.

Mbak Nana segera melepas tasnya lalu setengah berlari menuju dapur.

Perbincangan hangat terjadi ditengah makan siang antara emak dan kedua anaknya.

"Mbak, bagaimana nilainya, masih dapat peringkat sepuluh besar?" tanya Rima disela-sela mengunyah makanannya.

Mbak Nana mengangguk sebelum menjawabnya, "iyah, kata Bu Asri, Mbak masih dapat peringkat sepuluh besar."

"Waaaah, Mbak hebat!" seru Rima setengah berteriak.

"Alhamdulillah, Rima juga bisa seperti Mbak Nana, asal selalu semangat dan rajin." Emak tersenyum mengelus lembut ujung kepala Rima.

"Adek, pasti bisa," ucap Mbak Nana mengedipkan mata.

"Mbak Nana harus lebih semangat ya, bentar lagi kan mau masuk kuliah."

"Tenang aja, mbak Nana sudah menyiapkan semuanya." Mba Nana meyakinkan Emak dan Rima kemudian membereskan piring-piring bekas makanannya.

"Semoga Allah SWT memberikan kemudahan untuk kalian berdua, anak Emak."


Terima kasih buat temen-temen yang udah baca. Dan udah klik star. 💖💖. Emang nggak mungkin kalau berharap ribuan yang baca dan ribuan klik bintang, apalagi masih baru, yekaaan. Berharap, kalian selalu menunggu lanjutan dari Mbak Nana feat Rima.

Menembus BatasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang