Wounded Universe [03]

219 43 0
                                    

"Muel, ayamnya enak?"

"Enak banget!" sahut Samuel dengan senyuman yang mengembang. "Apalagi ini paha ayam, mirip sama ayamnya Upin Ipin!"

Jisung mengerucutkan bibir. Kepalanya menunduk, menatap nasi bercampur kecap yang sudah menjadi makanan sehari-harinya. Sangat jauh berbeda dengan Samuel yang jika makan, pasti lauknya akan berbeda-beda.

"Aku juga mau ayamnya," pinta Jisung kepada Samuel.

Samuel menggelengkan kepala, menggeser makanannya menjauh dari Jisung. "Jangan, ini punyaku. Ibu bilang, aku nggak boleh kasih kamu makananku. Aku nggak mau jadi pembangkang, nanti ibu bakal pukul aku kalau aku kasih kamu ayam," tolaknya.

"Tapi aku juga mau ayamnya, Muel." Bola mata Jisung berkaca-kaca, membuat anak laki-laki seusianya tersebut menatapnya dengan iba. "Makanan kamu beda terus setiap hari. Sedangkan aku, pasti cuma nasi sama kecap. Padahal dulu kalau Ayah datang, aku pasti dapet makanan enak terus kamu juga aku bagi."

"Jisung ..."

"Muel jahat!"

"Muel enggak jahat," lirih Samuel sambil menggelengkan kepala. Mata anak itu ikut berkaca-kaca saat melihat Jisung yang hampir menangis.

"Jisung nggak mau temenan sama Samuel! Mau sama Kak Renjun aja."

Tepat setelah itu, Jisung langsung berlari meninggalkan Samuel yang menangis kencang di teras menuju ke rumah tetangganya.

Mau bagaimana pun juga, Jisung adalah seorang anak kecil yang suka mengeluarkan apa yang ada dalam isi kepalanya. Dia tidak bisa berbohong dan tidak bisa sepenuhnya jujur. Dia hanya akan mengeluarkan apa saja yang mengganjal di hatinya jika memang dia suka dan tidak suka.

"ANAK NGGAK TAHU DIRI!! UDAH DI KASIH MAKAN MALAH BIKIN MASALAH! SINI KAMU, JISUNG!!"

Anak kecil yang diteriaki itu tidak peduli dan terus berlari. Jika terus berada di sana, dia hanyalah akan terus menderita.

.
.
.

"MAKAN, SIALAN!!"

Renjun mengatupkan bibirnya serapat mungkin saat perempuan di hadapannya itu terus memaksanya membuka mulut. Benar-benar tidak memberi celah sedikit pun untuk dijadikan kesempatan agar makanan itu masuk ke dalam mulutnya.

Geram.

Gadis dengan rambut yang digerai itu memukul kencang kepala Renjun dengan kepalan tangan. "Bisa nggak sih kamu jangan bikin susah? Aku udah repot-repot ngasih kamu makanan bukannya dihargai, malah sok-sokan nggak mau makan. Mau kamu apa, hah?!" sentaknya.

Renjun tetap diam. Dia tidak berani menjawab atau hal itu akan dijadikan kesempatan oleh Rara memasukan makanan ke dalam mulutnya.

"Punya mulut, 'kan? Jawab!" Rara membentak kasar. "Bisa nggak sih kamu jangan nyusahin mulu? Aku capek tiap hari harus ngerawat anak yang bisanya cuma nyusahin kaya kamu, sampah!"

"Lagian ngapain sih kamu dulu pakai acara jatuh dari balkon? Mau mati? Kalau mau mati mah sekalian aja kamu jatuhin diri dari gedung perusahaan Mama."

"Terserah kamu deh. Mau makan ya serah, mau kelaperan ya serah, bahkan mau mati pun juga silahkan. Males banget ngurusin anak nggak tau diuntung kaya kamu."

"KAK RARA, JAGA UCAPAN KAKAK, YA!!" Jisung yang sudah berdiri di ambang pintu rumah mewah tersebut berteriak.

Mata yang biasanya menyiratkan tatapan memelas itu berubah nyalang. Dia berlari menuju ke arah Renjun, kemudian memeluk sahabatnya itu dengan erat.

"Kamu lagi, kamu lagi. Anak kecil bau kencur kaya kamu ngapain sih pakai ikut campur urusan orang? Sok jadi pahlawan," decak Rara sebal.

"Sama!" balas Jisung sewot. "Kakak lagi, Kakak lagi. Cewek nggak tahu diri yang kasar sama anak kecil ngapain sih pakai hidup segala? Nambah-nambahin pendosa di dunia aja."

Wounded Universe | NCT DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang