02

126 21 18
                                    

Happy Reading<3




Pagi yang indah datang menyambut hari, kicauan burung bergumara dalam indera, udara pagi yang sejuk tiada tara. Dilengkapi sinar mentari yang menyirami bumi, sungguh kenikmatan yang tak tertandingi. Namun sayang, itu semua seakan hanya ilusi.

Pagi yang sangat-sangat ia inginkan itu hanyalah sebuah harapan tak bertepi. Jangankan untuk menikmati udara segar dipagi hari, sekadar merasakan pagi yang sunyi dan damai pun serasa sangat sulit. Selalu ada teriakan dan gedoran pintu yang menjadi penyambut pagi harinya seakan itu sudah menjadi rutinitas wajib.

Tok tok tok!

"Ra, bangun udah siang ini. Kebiasaan banget kalau abis shubuh molor lagi." Ucap Leksa dengan kencang, mengingat kebiasaan adik satu-satunya itu.

"Ara, udah bangun bang ini lagi siap-siap." Sahut Ara dari dalam kamar tanpa membuka pintu.

"Cepet! Kalau udah kelar langsung turun sarapan udah ditunggu Mama sama Papa." Ucap Leksa kembali, namun sepi tak ada jawaban dari manusia didalam sana. Merasa tak direspon Leksa memilih pergi ke lantai satu yang penting ia sudah menyampaikan perintah sang Mama ia yakin Ara mendengar perkataannya tadi.

Sedangkan didalam kamar Ara sedang frustasi mencari sebelah dari kaos kaki miliknya yang berwarna putih. Sudah ia cari diberbagai sudut kamar tapi tak juga dia temukan, mulai dari lemari pakaian, rak buku, rak sepatu, keranjang pakaian kotor, laci meja bahkan sampai kolong tempat tidur.

"Duh!! Kemana sih nih kaos kaki yang satu, yakali gue sekolah pakai kaos kaki sebelahan gaya kagak norak iya." Gumama gadis itu yang sudah mulai kesal dan emosi.

"Turun aja lah, capek nyari nya nggak ketemu-ketemu. Mana udah laper lagi." Akhirnya Ara memutuskan untuk turun kebawah untuk sarapan, kebiasaan nya di pagi hari yang selalu merasa lapar, Ara ini tipe orang yang always sarapan, tiada hari tanpa sarapan.

Entah mengapa gadis itu selalu merasa lapar dipagi hari dan itu membuatnya tak bisa melewatkan sarapan.

"Pagi semua." Sapa Ara saat sampai di meja makan yang sudah berisi keluarga kecilnya.

"Pagi juga sayang."

"Itu muka kenapa pagi-pagi udah ditekuk gitu?" Tanya sang Papa yang menyadari raut wajah sang putri.

"Masa nih ya, kaos kaki Ara ilang semua tinggal satu doang. Aneh nggak sih kaos kaki Ara ilangnya berjamaah, ini kalau bukan Ata pasti bang Leksa biang kerok nya."

Leksa yang mendengar namanya disebut langsung menoleh dengan wajah tetap datar tapi seakan memancarkan rasa tak terima dengan ucapan adiknya. Ya intinya gitu lah susah menggambarkan raut-raut tembok berjalan.

"Gue nggak se-gabut itu sampai ngumpetin kaos kaki lo." Desis Leksa membela diri sebelum melanjutkan sesi mengunyah makanan.

"Kok bisa ilang semua sih, Ra?" Ara hanya menjawab dengan gelengan pertanyaan dari sang Mama yang sedang menuangkan segelas susu untuk dirinya.

"Yaudah pakai punya Mama aja dulu, Mama ada kok kaos kaki warna putih. Masih baru belum perrnah kepakai. Kamu sekarang sarapan dulu Mama mau ambil kaos kakinya."

"Makasih, Ma."

🌹🐻🌹🐻🌹

Seusai sarapan Ara memilih duduk di depan TV sambil menunggu ojek langganannya datang menjemput, dengan bersenandung riang mengikuti nyanyian yang terdengar dari televisi didepannya ia memakai kaos kaki hasil meminjam dari Mamanya.

"Loh kok belum berangkat, ini udah jam berapa, Ra?" Ara menoleh mendapati lelaki dewasa yang notabene adalah Papa nya itu tengah menatapnya dengan tas kantor berwarna hitam ditangan kanan.

Ata&AraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang