HALLO BUNDAHHH, BESTII KU TERCINTAHHHHGA TAU AKU TEH MAU BILANG APA DI PEMBUKAAN INI JADI,
CEKIDOT
EH EH BTW JAN LUPA VOTE YEE PARA BESTIHHH
okey cekidot😚
Sebulan setelah kejadian di gudang sekolah..."Huwek, huwek."
Suara muntahan terdengar dari kamar mandi didalam kamar seorang gadis, yang tak lain dan tak bukan Ghaitsa Amira Zaudan. Tadi ia terbangun dari tidurnya karena rasa mual yang menyerang dirinya. Bukan kali ini saja ia mual mual, tapi sudah seminggu ia merasakan gejolak di dalam perutnya yang minta dikeluarkan.
Waktu masih pukul 04:00 Dini hari, tapi memang biasanya ia bangun jam segini untuk menunaikan Shalat Subuh dan mengerjakan pekerjaan rumah. Rumahnya termasuk perumahan elit, rumah berlantai tiga ini sebenarnya sudah dilengkapi para pekerja yang bertugas sebagai pembantu rumah tangga. Tapi orang tuanya menyuruhnya untuk membantu para pelayan, kebiasaan sejak kecil itu membuat ia menjadi terbiasa hingga besar.
Kamarnya berada di jajaran kamar para pekerja rumah, jangan berekspetasi besar dengan hidupnya. Meskipun namanya terselip marga Zaudan, tapi tidak membuat ia merasakan fasilitas yang mewah. Bahkan sejak ia masuk Taman Kanak-kanak ia tidak menggunakan marga Zaudan, entah apa yang membuat keluarganya mengasingkan dirinya.
"Ya allah, apa mungkin?" lirihnya sambil mengusap perutnya.
Mira berjalan perlahan menuju ranjang, lalu duduk di pinggiran ranjang dan menggapai kalender yang berada di meja samping tempat tidurnya itu.
"Telat 3 minggu," lirihnya sambil menatap nanar kalender ditangannya.
Mira menyimpan kembali kalender tersebut ditempat asalnya. Ia keluar dari kamarnya untuk membantu para pelayan mengerjakan pekerjaan rumah.
"Selamat pagi, bi." Sapa Mira kepada Bi yanti.
"Pagi, non." jawabnya sambil tersenyum tulus ke arah anak majikannya itu.
Bi Yanti adalah satu satunya orang yang menyayanginya, ahh tidak. Bahkan para pelayan disini sangat menyayanginya. Mereka tau anak majikannya yang satu ini. Baik, Ramah, Penyayang, Ceria, sabar dan kuat, itu lah gambaran Mira dimata mereka.
Tapi Bi Yanti adalah satu satunya orang yang tau dan mendengar gimana tangisan pedih dari Mira. Mira sudah menganggab Bi Yanti sebagai Orang tuanya sendiri. Ya, Mira Mendapatkan dan merasakan kasih sayang seorang ibu itu dari Bi Yanti.
"Masak apa Bi?" Tanyanya sambil melihat Bi Yanti yang sedang memotong sayuran.
"Sop Ayam non." Jawabnya.
"Ya udah, Mira Sapu sapu dulu ya bi dibelakang." Mira berlalu menuju taman belakang. Tugasnya sedari dulu membersihkan taman belakang, Terkadang membantu Bi Yanti masak didapur. Namun kali ini ia ingin membersihkan taman belakang saja. Mira mulai mengambil sapu lidi, pengki, dan tempat sampah kecil untuk bertempur ditaman belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASOKA
Teen Fiction⚠️WARNING⚠️ AREA NO PLAGIATRISME "Cukup aku aja yang ga dapet kasih sayang orang tua, anak aku jangan." "Gapapa hidup sederhana, asalkan kita hidup dari uang halal." "Bolehkah aku ngeluh?' Hidup dianggap mati itu sangat menyakitkan, tapi tidak apa a...