Ting ting tingBel istirahat terdengar, Faizal mulai keluar kelas saat kelas mulai kosong. Tujuannya bukan kantin melainkan kelas gadis, ah tidak bukan gadi melainkan wanita yang sudah ia rebut masa depannya.
Sudah satu bulan berlalu dari kejadian itu, namun ia belum bisa melupakannya sama sekali. Setiap malam rasa bersalah selalu hinggap dihatinya, ia tau bagaimana kehidupan Mira. Ia takut jika kenyataan itu akan membuat Mira semakin hancur. Bahkan tanpa Faizal tau hidup Mira sudah hancur lebur, sulit untuk disatukan kembali.
Saat di koridor menuju kelas Mira, ia melihat Mira yang berlari sambil membekap mulutnya menuju toilet sekolah. Faizal ikut berlari mengikuti Mira. Saat sampai di depan toilet sekolah, ia mendengar suara muntahan dari dalam kamar mandi. Kebetulan kamar mandi disekolahnya hanya berisi 6 kamar mandi yang berjajar lalu ditengahnya di sekat oleh tembok yang memisahkan antara kamar mandi wanita dan pria.
Faizal berdiri didepan kamar mandi yang didalamnya terdapat Mira, keadaan dikamar mandi sedang sepi. Karena semua siswa sedang berada di kantin.
Mira keluar dari kamar mandi dengan muka pucat dan tubuh lemas. Pandangannya bertemu dengan pandangan Faizal yang menatapnya tersirat tatapan khawatir dimatanya.
"Ke UKS ya? aku anter." Faizal membantu Mira menuju UKS.
Sesampainya di UKS Faizal membaringkan Mira di brankar yang disediakan disana, lalu ia berlalu keluar menuju kantin untuk membeli makanan.
Faizal kembali dari kantin dengan satu kresek kecil ditangannya. Ia berjalan menghampiri Mira.
"Makan dulu, Mira." Ucapnya.
"Ga mau, Mual." Lirih Mira dengan suara yang sangat kecil.
"Aku suapin ayok,"
Mira pun mau tidak mau memakan makanan tersebut. 1 sendok, 2 sendok, 3 sendok, 4 sendok, hingga ia merasa kenyang dan menyudahi acara makan tersebut.
"Udah," Tolak Mira saat satu sendok didepan mulutnya. Faizal pun mengangguk lalu memakan makanan sisa Mira tanpa rasa jijik sedikit pun.
"Eh, eh itu makanan bekas aku. Kenapa kamu makan? apa ga jijik?" Tanya Mira saat Faizal memasukan makanan sisa darinya kedalam mulutnya.
"Enggak, sayang kalau dibuang ini masih banyak, Mubazir nantinya." Jawabnya sambil terus memakan sisa makanan Mira tadi.
Suapan terakhir, ia beranjak dari kursi tempat duduknya tadi untuk membuang bekas makanan ke tempat sampah. Lalu ia kembali dan duduk dibangku yang tadi ia tempati.
"Sejak kapan?" Tanya dari Faizal membuka keheningan di UKS.
Mira yang mendengar pertanyaan itu mengenyeringitkan dahinya, "Apanya?"
"Mual, sejak kapan kamu merasakan mual dan muntah muntah?" Tanyanya kembali.
"Seminggu yang lalu," Mira menundukan kepalanya, Sungguh ia malu mengakui itu kepada Faizal dan ada sedikit rasa takut jika benar ia hamil darah daging pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASOKA
Teen Fiction⚠️WARNING⚠️ AREA NO PLAGIATRISME "Cukup aku aja yang ga dapet kasih sayang orang tua, anak aku jangan." "Gapapa hidup sederhana, asalkan kita hidup dari uang halal." "Bolehkah aku ngeluh?' Hidup dianggap mati itu sangat menyakitkan, tapi tidak apa a...