Malam yang gulita, beserta hujan deras yang melanda. Nuansa dingin namun sedap untuk dinikmatin, apalagi dengan segelas kopi susu.
"Sega!"
Sega terlonjak kaget. Ia menoleh ke belakang, menampakkan Saga yang sudah bersedekap dada dan menatap kearah nya.
"Lo ngapain disini? Dibawah, lo di tunggu sama Mama baru kita. Lo bikin gue repot aja, tahu gak?!" Saga nampak marah.
Sega menggeleng. Demi apapun, Sega akan menghindari Ibu baru nya, karena dia masih mencari keberadaan Ibunda nya yang asli.
"Cepetan, anjing. Lo napa anti sosial banget sama keluarga? Mama udah nerima lo walaupun lo cacat dan lemah! Tapi lo gak ada rasa bersyukur nya sama sekali!?" pekik Saga menahan amarah. Ia mengepalkan tangan kanan nya dengan sangat keras sampai kulit tangannya semakin terlihat putih.
Diatas balkon itu nampak sengit, ditambah hujan yang semakin deras dan petir melanda. Bulan di malam gulita kini tertutupi awan abu-abu.
"Lo, goblok!"
Saga membalikkan badannya, memilih meninggalkan Sega diatas balkon tersebut. Sega mencurutkan sedikit bibirnya, sedikit merasa bersalah karena perkataan Saga ada benarnya.
•••
Mau tak mau, acuh tak acuh, Sega harus ikut berkumpul bersama nuansa keluarga baru. Bertemu Ibunda nya yang baru, Nona Sandra.
"Hai, Sega. Mama tungguin kamu loh, daritadi!" sapa wanita berparas rupawan tersebut seraya menampakkan senyuman manisnya kearah Sega.
Sega membalasnya dengan senyuman tipis, lalu duduk disamping Saga yang nampak memancarkan wajah bahagia.
"Gimana, kalian terima Mama Sandra sebagai pengganti Mama Mina?" tanya sang Ayah tiba-tiba.
Saga mengangguk antusias, "tentu! Mama Sandra itu baik, cantik, penyayang, lembut dan pintar buat masakan yang enak!" ujarnya nampak girang.
Atensi satu keluarga kecil itu teralihkan pada Sega. Sega kaku untuk turut mengangguk. Wajahnya datar, ranum merah muda nya membuka sedikit cela, serasa Sega ingin mengatakan sesuatu namun tercekat.
Saga menyenggol pelan lengan Sega, menegur dan melakukan kode agar memberi jawaban yang memuaskan.
Sega mengangguk dengan terpaksa.
"Ah, bagus deh! Papa bangga sama kalian!" Sang Ayah nampak turut senang.
"Maaf, Mama..." Sega membatin, merasa amat bersalah.
•••
Go big or go home
Alarm pagi Saga berbunyi. Pagi yang cerah berserta pepohonan yang basah akibat semalam. Kicauan burung dipagi hari, napas segar yang dapat kita rasakan dan suara tetesan air bekas hujan semalam.
Saga menggeliat diatas kasur nya, merogoh ponsel yang sedari tadi berlantun lagu Go Big Or Go Home.
Saat ia melihat jam, ah, ternyata masih jam setengah enam pagi. Masih santai, Saga mulai mencoba meninggalkan kasurnya dengan keadaan kantuk dan gontai.
"Ck, ngapa Fisika kudu lupa di kerjain sih!" umpat Saga kesal sendiri.
Saga beralih menuju meja belajarnya yang terlihat sudah tertata rapih. Tumpukan buku pelajaran yang awalnya berantakan kini rapi, bersih dan sempurna. Disana juga, terpampang buku catatan Fisika milik Saga yang sudah dipenuhi dengan catatan per-angka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sega dan Saga [SUDAH TERBIT]
Fiksi PenggemarPARK SUNGHOON :: LOKAL AU (SUDAH TERBIT:AVAILABLE ON SHOPEE) Sega dan Saga awalnya seperti rembulan dan gemintang, namun, karena keadaan keluarga yang hancur, mereka malah seperti rembulan dan bagaskara, lalu kembali bagai bunga bersama kupu-kupuny...