2. Setuju?

1.6K 38 0
                                    

Kini Arga dan Shana sudah berada di sebuah tempat makan. Mereka duduk berhadap-hadapan satu sama lain. Salah satu pelayan menghampiri meja mereka sembari membawa buku menu.

"Ingin pesan apa?" Tanya pelayan tersebut.

Arga menyilakan Shana untuk membuka buku menu tersebut terlebih dahulu. Membiarkan memilih makanan dan minuman. Tatapannya begitu dalam, memperhatikan sosok Shana yang begitu cantik.

Perlu digaris bawahi, cantik.

"Saya mau yang ini satu, ya, Mbak. Minumannya air mineral aja."

Alis Arga mengerut. "Kenapa air putih? Nggak mau yang lain?"

Shana menggeleng pasti.

Arga mengalihkan pandangannya pada buku menu tersebut. Jarinya menelusuri berbagai menu yang tersedia di sana. Hingga jari telunjuknya berhenti di salah satu menu.

"Sirloin steak satu, ya."

"Baik. Untuk minumannya?"

"Samain aja, mineral."

"Mohon ditunggu sekitar dua puluh menit, ya, Kak." Ujar karyawan tersebut lalu melenggang pergi meninggalkan meja mereka.

Ada keheningan yang menimpa keduanya, tetapi hanya sesaat. Arga, cowok yang tak suka dengan keheningan dan canggung seperti inipun membuka obrolan terlebih dahulu. Sembari menunggu pesanan mereka datang.

"Shana," panggil Arga seraya menatap wajah Shana.

"Iya?"

"lo setuju sama perjodohan itu?" Lanjut Arga.

"Aku ikut apa kata Bunda aja." Cowok itu hanya mengangguk-anggukkan kepalanya sebagai tanda mengerti.

"Kalau kamu gimana?" Kini Shana yang menanyakan hal yang sama kepada Arga. 10 detik Arga berdiam seorang diri, jari telunjuknya bergerak memegang dagunya dan mengetuk-ngetuk seperti sedang memikirkan jawaban yang pas. Sampai akhirnya ia menjawab...

"Gue dari kecil juga setuju!"

Alis Shana mengkerut, matanya menyipit. Berusaha untuk mencerna kalimat Arga barusan. Apa? Dari kecil?

Saat mereka keduanya masih berusia 11 tahun?

Saat mereka bertengkar hanya karena berebut salah?

Tak lama pesanan mereka datang, pelayan menghidangkan dengan hati-hati agar tak belepotan kemana-mana. Pun Shana yang tadinya bingung memilih untuk membuang jauh-jauh pikirannya.

Shana memakannya dengan sangat telaten, agar tidak terkena pipinya. Juga agar tidak jatuh ke meja. Ia malu jika itu terjadi, apa lagi di depan calon suaminya. Sementara Arga—cowok itu belum sama sekali mencicipi hidangan tersebut. Ia asyik menatap Shana yang sedang makan.

Itu lucu.

Shana yang menyadari pun langsung memalingkan wajahnya. "Arga, kenapa nggak dimakan? Nanti dingin, nggak enak."

"Liatin lo aja udah kenyang." Godanya seraya menunjukkan ujung bibirnya yang terangkat sebelah yang menurut Shana itu menakutkan. Arga hanya terkikik geli melihat ekspresi Shana yang kelewat gemas nan lucu itu. Lalu memakan makanan yang ia pesan tadi sampai habis.

Kunyahan demi kunyahan. Keduanya menghabiskan pesanan mereka masing-masing dengan kurun waktu kurang lebih 30 menit. Topik obrolan mereka sudah habis, sementara Arga bingung untuk mencari bahan obrolan yang pas.

Sebelum pergi dari sana, tentu Arga sudah membayarnya. Saat ia memesan tadi, pelayan memberikan sebuah buku berwarna hitam kepada Arga. Argapun segera membayarnya secara cash.

Di dalam mobil yang tengah membelah jalanan, Shana yang tadi menatap jendela mobil kini sudah tertidur pulas. Arga menoleh menatap wajah cantik Shana, tanpa disadari, senyuman pun terukir di wajah Arga. Sialan! Bisa nggak, sih, wajahnya biasa aja?! -Ujar Arga dalam hatinya.

Tak lama mereka pun sampai di rumah Shana. Arga membangunkan Shana dengan sangat lembut, "Shanaaa, ayo bangun. Udah sampe."

"Eunghh." Rengek Shana. Meregangkan otot-otot tangannya sekilas. Ia membuka matanya sedikit demi sedikit. Mengumpulkan niatnya yang masih berkeliaran entah kemana. Setelah benar-benar terkumpul, Shana membuka matanya langsung, yang pertama ia lihat adalah wajah Arga yang menunjukkan senyumnya. Hal itu membuat Shana sangat terkejut.

"TOLONG! ADA YANG MESUM!" Teriaknya. Mendorong dada Arga secara paksa dan kasar. Sehingga Arga terjatuh ke belakang. Mata Arga melotot menatap Shana yang meneriakinya dengan kata 'mesum'.

Enak saja!

Dengan begitu langsung saja Arga membekap mulut Shana kala melihat Shana ingin mengeluarkan kata-katanya lagi, "Hmpphhh."

"Ssstt, enak aja lo ngatain orang sembarangan!" Bentaknya kepada Shana dan melepaskan bekapan itu.

Shana bernapas lega. "Ya lagian ngapain ada di atas aku." Seraya menunjukkan wajah sinisnya. Wajah bangun tidurnya meski terdapat air liur di pipi kananya tetap saja ia cantik.

"Turun, udah sampe, Shan."

Shana pun turun dari mobil, ia berjalan ke samping mobil tepat pada pintu di mana Arga menyetir. Gadis itu melambaikan tangannya ke kaca, Arga yang sadar akan hal itu langsung memencet tombol untuk menurunkan kaca mobilnya.

"Masuk dulu, ya. Nanti aku diomelin sama Bunda kalau nggak nyuruh kamu masuk." Arga tertawa mendengarnya, ia turun dan ikut Shana untuk masuk ke dalam.

***

"Arga? Shana? Lama banget sampe Bunda sama Mamanya Arga pulang duluan." Ujar Dewi memberitahu kedua makhluk bernapas itu yang baru saja datang. Arga dan Shana tersenyum canggung.

"Gara-gara Shana, Tan. Pake acara tidur di mobil."

"Kok aku, sih, Ar? Kan aku ngantuk!" Jelasnya, ia sangat kesal dengan Arga yang sudah menuduhnya sebagai alasan telat pulang. Lagian, kenapa ia tidak mengebut saja membawa mobilnya?

Dewi tertawa keras melihat Arga dan Shana bertengkar, layaknya mereka saat kecil dulu. Arga selalu memancing Shana dan ia juga tidak mau mengalah. Berakhir Shana yang selalu mengalah menyudahi pertengakaran itu.

"Gue nggak mau ngebut, takut lo kebangun soalnya."

"Kalian berdua sama aja kayak dulu, berantem terus. Lucunya Arga selalu nggak mau ngalah. Itu kalian berdua. Kalau di inget-inget, Tante jadi kangen." Arga melotot tak percaya, apa ia segitunya? Seperti perempuan. Ia benar-benar malu!

Sedangkan Shana tertawa puas mendengar itu, menjulurkan lidahnya pada Arga. "Wleee! Kayak perempuan, haha!" Ejeknya.

"Ya... maklum aja 'kan dulu masih anak kecil!" Mengejek Shana kembali, Shana pun tak mau kalah akan hal itu. "Tapi dulu kamu cowok sendiri, Ar. Aku, Aqil, sama Asha perempuan. Terus aku inget banget dulu kita main make-up - make-up an. Terus kamunya mau aja disuruh jadi yang dimake-up in nya" Shana semakin puas melihat ekspresi Arga, Dewi pun sama, ia ketawa sekeras mungkin. Arga hanya bisa diam menahan malu.

TBC

ARSHANA | ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang