Bab 1 | Dilema Suami Dua Istri

30 3 0
                                    

Bab 1

Dilema Suami Dua Istri


"Sayang, ayo pulanglah. Jangan kuatirkan aku. Aku baik-baik aja kok," ucap Ravina sambil duduk bersandar di headboard ranjang sore itu. Dia masih mengenakan busana muslimah syar'i lengkap dan belum berniat untuk menggantinya.

Faiz tampak bimbang. Hatinya merasa berat jika harus meninggalkan istrinya dalam keadaan seperti itu.

"Aku nggak bisa meninggalkanmu, setidaknya sampai kamu sudah bisa kembali beraktivitas normal seperti biasa," jawab Faiz. Dia malah duduk di samping istrinya sembari mengelus-elus perut istrinya.

Faiz mendekat ke arah perut buncit istrinya. Dia pun mencium perut itu dengan penuh kasih sayang.

"Sehat-sehat ya, Nak. Abi sangat menyayangimu," ujar Faiz.

Ucapan Faiz itu cukup menghibur Ravina. Sejenak dia melupakan kelelahan yang menggerogoti tubuhnya. Dia tersenyum sambil mengelus-elus kepala suaminya.

"Sayang, tapi kalau kamu nggak pulang, kasih Kak Nadira. Dia pasti sedang menunggumu."

Hati Faiz membenarkan. Memang malam ini dia jadwal menggilir istri pertamanya, Nadira. Sejak tadi, Nadira sudah mengirimkan pesan untuknya. Namun ia belum sempat membaca dengan detail dan membalasnya karena masih mengkhawatirkan istri keduanya, Ravina yang saat ini sedang kepayahan.

"Nadira juga sudah mengirim pesan. Tapi aku belum sempat baca. Apa aku telepon dia aja?" tanya Faiz.

"Telepon buat, apa mending sekalian pulang aja sono. Kasihan. Malam ini kamu harus bermalam di rumah dia," kata Ravina.

"Aku minta izin satu malam lagi di sini mengingat kondisimu yang seperti ini," kata Faiz.

"Jangan, Yang. Gimana pun kamu harus tetap berusaha adil. Kalau memang jadwal kamu bermalam di sana, ya udah di sana," jelas Ravina mengingatkan kewajiban suaminya untuk berlaku adil terhadap dian dan Nadira.

"Terus kamu gimana?" Faiz masih juga mengkhawatirkan istrinya.

"Aku masih bisa ditinggal kok, Yang. Terkecuali kalau nanti mungkin jelang lahiran, ya kamu memang harus siaga. Tapi untuk saat ini sepertinya kamu jalankan tugasmu menggilir istri sebagaimana biasanya."

"Aku takut terjadi apa-apa sama kamu, Yang," ujar Faiz.

"Jangan kuatir terlalu berlebihan. Aku masih bisa mengandalkan Rama. Kalau perlu apa-apa dia sudah bisa kok dimintai tolong," jelas Ravina.

Rama alias Ramadan itu adalah anak pertamanya yang kini sudah berusia 6 tahun. Dia merupakan buah dari pernikahan Ravina dengan suami pertamanya yang sudah meninggal dunia.

Baru saja anak itu disebut oleh Ravina, anak itu muncul ke kamar.

"Mi, aku mau izin nonton ya, Mi," ucap Rama ke di hadapan Ravina dan Faiz.

"Kamu mau nonton apa, Sayang?"

"Nonton episode terbaru Riko," kata Rama.

"Boleh, tapi sebelum kamu nonton Umi minta tolong sama kamu boleh ya?"

"Minta tolong apa, Mi?" Rama bersemangat agar bisa segera melakukannya dan setelah dia akan diberikan gadget untuk menonton serial animasi favoritnya itu.

"Umi mau minum. Minta tolong ambilkan ya. Jangan lupa pake gelas plastik aja ya."

"Siap... Umi," kata Rama penuh semangat. Dia pun setengah berlari ke dapur untuk mengambil segelas air. Dan tak lama kemudian dia pun membawakan air persis seperti yang diminta oleh ibunya.

Bukan Pernikahan DambaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang