Seminggu setelahnya, tibalah hari Kamis yang dinanti-nanti Soobin. Ia melangkahkan kakinya cepat setelah membalas pesan singkat dari wanita paruh baya bermarga Choi itu.
Memasuki taman dengan terburu-buru, Soobin menangkap siluet anggun seorang Choi Minji dan otomatis melambaikan tangannya.
Pertemuan kedua Soobin dan Minji diiringi dengan canda tawa, keduanya cepat sekali akrab. Mereka memutuskan untuk mampir di cafe pinggir jalan yang terkenal dengan eclairnya.
"Jadi, Soobin, bagaimana kabarmu?" ucap Minji memulai pembicaraan.
"Baik, ahjumma. Akhir-akhir ini saya cukup sibuk dengan tugas kuliah dan kerja part-time, tapi masih bisa saya handle."
"Hei, kamu kok bicaranya formal sekali? Santai saja, Soobin-ah. Ahjumma tidak gigit, kok," cetusnya ringan.
Soobin mengangguk pelan, "Iya, ahjumma. Maaf, soalnya sa-, soalnya aku terbiasa bicara formal."
"Tidak apa. Jadi, bagaimana kabar grup k-pop favoritmu itu? Masih sering mengikuti kabar mereka?" tanyanya penasaran.
Sekilas kilat ketertarikan terlihat di kedua mata bulat itu, Soobin berpikir sebentar sebelum menjawab, "Masih, ahjumma. Mereka akan comeback dalam waktu dekat. Jadi aku juga sedang menabung untuk beli album."
Minji mengangguk paham, "Oh begitu. Selain mereka, kamu suka apalagi Soobin? Hobimu apa, sayang?"
"Aku suka membaca, ahjumma. Suka masak juga, jadi kalau lagi off kerja aku suka nyoba resep baru di rumah."
Tipe menantu idaman, batin Minji dalam hati.
"Kapan-kapan kita harus masak bareng, Soobin! Rumah ahjumma kan di dekat sini, nanti kita bisa masak terus makan bareng!" usulnya.
Soobin mengangguk cepat, "Boleh, ahjumma. Minggu depan kita bisa masak bareng kalau ahjumma mau."
"Ide bagus, sayang," respon Minji senang. "Kita foto bareng, yuk! Ahjumma mau pamer sama anak ahjumma," lanjutnya.
Kedua manusia yang terlihat layaknya anak dan ibu itu menghabiskan hampir sepuluh menit berganti gaya di depan kamera, entah berapa puluh foto tertangkap oleh mereka.
"Anak ahjumma itu selalu sibuk. Tapi dia tidak pernah lupa kasih kabar kalau ada waktu luang. Ahjumma sayang sekali sama dia, sampai-sampai ahjumma punya julukan buat dia, healing-ie. Soalnya dia bikin ahjumma bahagia," tutur wanita bermarga Choi itu selepas aktivitas pengambilan foto mereka.
Healing-ie? Aku jadi ingat Yeonjun, batin Soobin.
"Ahjumma mau mengenalkan kalian berdua, tapi healing sibuk sekali. Nanti ahjumma kenalkan ke appanya healing dulu, deh."
"Ngomong-ngomong, kamu tinggal sendiri, Soobin?" lanjut Minji.
Soobin mengiyakan, "Iya, ahjumma. Aku yatim piatu," jawabnya sembari menyunggingkan senyum tipis.
Mendengar pernyataan Soobin, hati ibu satu anak itu terenyuh. Sekarang dia mengerti kenapa Soobin bekerja sangat keras, bahkan pulang malam hampir setiap hari.
"Soobin-ie. Mulai sekarang, jangan panggil ahjumma, ya? Panggil eomma. Eomma mungkin bukan orang tua kandungmu, tapi eomma menganggap kamu seperti anak sendiri."
Pemuda kelahiran tahun 2000 itu tersentak, tidak tahu harus merespon apa. Dia tidak menyangka bahwa wanita di depannya akan membalas pernyataannya seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Querencia - Yeonbin
FanfictionSoobin tidak mau menikah dan tidak akan pernah. Hidup sendiri sejak dia lulus SMP, bekerja paruh waktu sembari belajar. Dia tidak perlu teman hidup. Dia punya TXT, idola yang menghiburnya kala sedih, idola yang membantunya menjalani hari. Dia tidak...