🍺 BAGIAN TIGA

50 6 0
                                    

Suara bantingan sendok sup yang mengenai dinding dan teriakan Jongin menghindari amukan Yuri sore itu benar-benar ramai.

Sehun hanya memandang santai. Meluruskan kedua kakinya di sofa putih ruang tamu yang megah dan besar. Rumah minimalis ini memiliki perabot yang luar biasa bagus dan tema-tema yang indah. Mungkin karena ayah Jongin adalah pengusaha di bidang properti.

Ibu dan anak itu masih berkejar-kejaran, Yuri membawa beberapa sumpit tajam untuk dilemparkan pada Jongin, dan Jongin yang memegangi topi hitam Sehun di kepalanya.

"Dengarkan aku dulu, ibu!" Jongin menaiki tangga namun turun lagi sebelum Yuri sempat naik. Jongin itu bodoh atau bagaimana. Padahal mlebih baik dia langsung saja mengunci diri di kamar daripada turun lagi.

"Sehun! Selamatkan akuuu!" teriak Jongin ketika akhirnya ia berhasil ditangkap Yuri.

Anak lulusan SD yang bandel. Berbeda sekali dengan Sehun yang penurut dan selalu juara satu. Padahal Yuri merasa ia mendidik Jongin dan Sehun secara bersamaan. Kenapa hasilnya berbeda begini? Sifat tiap anak memang unik.

Sehun hanya memandanginya sembari memakan satu bucket es krim stroberi yang dibelinya ketika perjalanan pulang mengantar Jongin ke salon potong rambut langganannya.

"Lepas topimu anak nakaaal!" ibu dan anak itu saling tarik menarik topi.

Plup!

Topi itu akhirnya lepas dan jatuh ke lantai.

Rambut hitam panjang Jongin kini sudah tidak ada. Berganti dengan rambut warna dark brown cepak berponi yang halus. Bagian belakangnya benar-benar habis dikerik.

"Oh Tuhan selamatkan aku. Jangan kirim kabat apapun pada ayahmu! Kenakan selimut atau apapun ketika ayahmu menelpon video, mengerti?!" keplakan manis yang sakit didapatkan Jongin di belakang kepalanya dari tangan hangat Yuri.

Ibu cantik itu berlalu kembali ke dapur untuk memasak sup.

"Jongin! Punguti peralatan masak yang berserakan! Jangsn biarkan Sehun menghabiskan es krimnya, nanti dia sakit demam makan sebanyak itu!" Yuri berteriak dari dapur.

Jongin hanya mencebik lalu mulai memunguti sumpit sumpit tajam dan sendok sup yang berserakan.

"Hun, bagi, aku juga mau.. Kau tidak kasihan apa pada dirik- yak kenapa kau habiskaan?! Mati aku dimarahi ibu!" Jongin merebut bucket es krim yang sudah kosong itu.

Lalu beralih menatap wajah tampan putih Sehun yang menatapnya datar.

"Enak." komentar Sehun seadanya. Menjilati sendok es krimnya.

"Enak matamu!" Jongin menjitak kepala Sehun. Membuang bucket itu ke tempat sampah lalu mencuci semua peralatan makan hasil keberantakan amukan ibunya.

Bruk!

Jongin menjatuhkan tubuhnya di sisi Sehun, lalu beringsut meletakkan kepalanya dipangkuan Sehun. Menyembunyikan kepalanya di perut Sehun.

"Huee.. Kukira aku akan keren sepertimu, Hun. Ternysta aku malah seperti tante Amber tetangga kita yang bertatto dan memiliki anjing galak ituu" rengek Jongin sembari memukul mukul Sehun.

"Itu karena tubuhmu terlalu cepat puber. Perempuan lain seumuran kita belun ada yang mempunyai dada dan pinggul besar sepertimu." sahut Sehun acuh.

Jongin langsung bangkit dari perut Sehun dan menyilangkan tangan di dadanya serta merapatkan kaki menekuk lututnya.

*badan Jongin lebih montok dari cimoy.

"Ibuuu.. Sehun nakaaaal!!" Jongin kabur berlari ke dapur. Lihatlah pantat kencangnya yang bergoyang. Mana ada anak lulusan sekolah dasar seperti itu.

BRIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang